Berarti

Tips Lebih Bahagia Ala Anandastoon #36

Sedikit Namun Berarti

Saya pindah kantor beberapa bulan lalu.

Seluruh aspek di kantor baru, benar-benar menjadi jauh lebih baik daripada apa pun yang ada di kantor lama. Kecuali satu.

Sebagai muslim, saya memilih kantor yang menyediakan fasilitas musala setidaknya di setiap lantainya. Namun, saya justru tidak salat di musala ruangan kantor, melainkan saya lebih memilih untuk salat di musala ruang bawah tanah gedung yang jauh lebih luas dan dapat dipakai berjamaah.

Musala ruang bawah tanah di gedung kantor baru ini, ternyata tidak lebih baik daripada musala lama. Tidak ada karpet (harus dengan sajadah lipat manual), pendinginnya rusak, tempat wudu terbatas, tidak begitu bersih, dan lebih sempit.

Akan tetapi saya dan tim masih memilih untuk salat di musala tersebut.

Sampai beberapa bulan kemudian, ketika saya membuka ruangan musala, ada sesuatu yang tidak biasa saya temukan, dan itu membuat saya bahagia.

Sebuah karpet yang biasa saya temukan di masjid-masjid, kini tergelar dengan wanginya di musala tersebut.

Sebuah karpet yang panjangnya hanya beberapa meter, namun cukup untuk membuat sumringah saya di hari itu.

It’s not much, but it’s means a lot to me.

Saya yakin banyak dari kita yang memang mengharapkan sesuatu yang besar dalam meraih kebahagiaan. Dalam hal ini, sesuatu tersebut dapat kita sebut sebagai impian.

Misalnya, memiliki kendaraan baru, atau memiliki peralatan elektronik baru, atau dapat membeli tiket untuk berlibur. Saya yakin semua itu tidaklah murah dan tidaklah sebentar untuk kita raih.

Sayangnya, seluruh impian yang menurut kita membahagiakan itu tidak terjadi setiap waktu, bahkan jauh lebih jarang. Jika patokan kebahagiaan kita hanya sebatas itu, artinya jarang sekali kita merasakan kebahagiaan yang benar-benar murni.

Bagaimana hanya sebuah karpet musala dengan panjang yang tidak seberapa membuat saya berbahagia dengan sepenuh hati? Hal ‘kecil’ itu cukup untuk membangkitkan suasana hati saya untuk bekerja lebih giat pada hari itu.

Dari sini saya berpikir, sebuah kejutan positif yang sedikit, dapat meledakkan perasaan positif audiens yang terdampak.

Mencari remah-remah kecil kebahagiaan ini perlu tingkat kepekaan yang cukup tinggi. Atau sebenarnya kita peka, namun pikiran kita terlalu tertumpu dengan kebahagiaan besar yang masih jadi angan-angan.

Ini juga bisa berlaku dua arah, kebahagiaan-kebahagiaan kecil ini dapat kita berikan juga kepada orang lain jika kebahagiaan besar masih belum mampu kita berikan.

Namun bagaimana cara mengasah kepekaan kita terhadap kebahagiaan yang rawan kita lewatkan?

Cara yang paling mudah adalah jujur kepada diri kita apa yang saat ini membuat kita tidak nyaman, sekecil apa pun itu.

Banyak dari kita yang sedari kecil terlalu ditekan untuk menyembunyikan perasaan. Ketidaknyamanan itu bahkan disalahartikan sebagai simbol cengeng dan manja.

Jika memang sesuatu yang dapat menutupi ketidaknyamanan kita membuat kita bahagia, lakukanlah selama tidak menuntut orang lain dan menyusahkan mereka.

Tidak perlu berpura-pura tegar saat menghadapi ketidaknyamanan dan berusaha mengakalinya dengan sesuatu yang justru menyulitkan kita. Kita tidak akan mendapatkan predikat tegar jika seperti itu.

Orang-orang yang terbiasa jujur dengan ketidaknyamanannya, juga akan terbiasa peka dengan ketidaknyamanan orang lain. Kepekaan dapat tumbuh dengan sendirinya di sini.

Misalnya saat kipas angin di kamar kita sudah kurang tenaga, tidak perlu bertahan dengan kondisi seperti itu. Saat kita memiliki uang yang cukup, belilah yang baru. Kita tidak tahu dengan kipas yang kembali kencang ternyata dapat menurunkan tingkat stres kita.

Atau ruangan kita terlalu gelap dan membuat kita kurang nyaman, tidak ada salahnya kita beli lampu portable untuk itu. Mungkin hati kita akan berterima kasih dengan kamar yang lebih terang.

Saya pernah membaca buku tentang minimalisme. Siapa sangka kehidupan seseorang yang begitu menyedihkan ternyata dapat kembali bersemangat hanya karena ia bangkit dan membuang barang-barang yang tidak lagi ia perlukan?

Aksi-aksi tersebut bisa juga kita sebut dengan pelayanan kepada diri sendiri, yang mana pernah saya bahas di tips bahagia yang lain.

Sekarang, kapankah kita meraih kebahagiaan yang kita impi-impikan itu? Mungkin tidak sebentar, sangat tidak sebentar. Lalu apa yang kita lakukan setiap hari selama menunggu impian itu? Apakah akan melakukan sesuatu yang pada akhirnya membosankan?

Setidaknya, dengan kita peka mengumpulkan kebahagiaan-kebahagiaan kecil itu, hidup kita menjadi lebih berwarna dan masa menunggu kebahagiaan besar akan terasa semakin ringan dan singkat.

Misalnya, pada hari itu kita dilanda banyak hal yang tidak menyenangkan. Kemudian saat kita duduk, di samping kita ada kue lezat yang ternyata merupakan hadiah dari kolega kita. Kuenya benar-benar enak, harum, hingga sedikit membuat lupa jika kita sedang berada di tengah kubangan masalah.

Apalagi jika kebahagiaan-kebahagiaan singkat itu kita yang hasilkan sendiri dan terasa manfaatnya oleh orang lain.

Sekalipun kita tidak mengerti masalah orang lain, bisa jadi dengan memberikan sebuah kuis atau permainan berhadiah kecil-kecilan yang menyenangkan bisa mengurangi sedikit penderitaan mereka.

Kecuali jika orang lain yang kita tawarkan hal yang menurut kita menyenangkan tersebut memang tidak mau, lebih baik kita tinggalkan karena paksaan kita mungkin akan semakin mengganggunya.

Ketika kita mengunjungi rumah atau kamar seseorang, kita bisa menganggap seolah-olah itu adalah ruangan kita sendiri. Bukan untuk melakukan semau kita, melainkan untuk menangkap hal-hal yang dapat membuatnya lebih baik.

Contohnya, saat kita melihat pojok ruangan kamar teman kita yang polos serta terkena sinar matahari yang menyilaukan dan membuat gerah, mungkin kita dapat menawarkan untuk memberinya beberapa tanaman hias dalam rumah.

Harga tanaman hias beserta potnya yang bentuknya manis, saya pernah membeli satu untuk ruangan kantor, tidak sampai seratus ribu rupiah. Tetapi tanaman itu memang memiliki ‘aura’ positif di lingkungan saya kerja.

Maka dari itu, saat ada dari kita yang telah merasa hidupnya membosankan dan hampir tidak ada lagi hal baik yang kita harapkan dari sekeliling, mungkin mulai sekarang kita dapat mencoba untuk menganalisa ketidaknyamanan yang sepele di kehidupan kita sehari-hari.

Kita bisa mencari artikel nostalgia dan membacanya, berjalan-jalan keliling dengan transportasi umum, membaca buku, memberikan kejutan kecil kepada orang lain, mencari permainan unik, mengasah otak dengan teka-teki, membersihkan kamar, membeli pengharum ruangan, dan membuat daftar apa yang ternyata dapat menjadi remah-remah kebahagiaan kecil kita.

Sebab siapa lagi yang dapat memberikan kebahagiaan itu selain diri kita sendiri saat tidak ada lagi yang kita harapkan?

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Sulit Memulai Tugas & Suka Menunda? Belum Tentu Malas

    Berikutnya
    Tips Lebih Bahagia 37: Kekuatan Fantasi


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas