Pengalaman Saya Melaksanakan Shalat Hajat

Terima kasih atas kunjungannya mbak Dewi, tidak perlu meminta maaf. 🙂

Saya belum pernah mendengar jika ada ‘tata cara khusus’ dalam melaksanakan Shalat Hajat seperti harus membaca surat tertentu dan berapa kalinya.

Saya hanya melaksanakannya dua rakaat, dua rakaat, dengan bacaan Al-Kaafirun pada rakaat pertama, kemudian Al-Ikhlas pada rakaat kedua. Dibacanya cukup sekali persis shalat sunah lainnya.

Allah Maha Tahu. Terima kasih. 🙂

Waalaikumussalaam.
Bapak Pujiyono, saya ikut prihatin dengan masalah yang bapak alami.
Saya hanya punya beberapa tips untuk bapak jalankan dengan harapan Allah memudahkan bapak dalam mencari jalan keluar.
1. Sesuai artikel saya di atas, lebih baik bapak mulai melaksanakan Shalat Hajat secara rutin.
2. Mengenai istri bapak, lebih baik bapak juga kembali kepada ramuan herbal. Untuk diabetes, rebus kayumanis dan minum. Hindari yang manis-manis, turuti apa kata dokter, serta usahakan istri bapak agar terus bergerak/olahraga setiap hari. Semoga istri bapak disembuhkan Allah.
3. Bapak harus berusaha dengan lebih baik lagi. Terkadang masalah yang sama terjadi karena apa yang kita lakukan masih sama dengan kemarin-kemarin. Cobalah untuk berubah, bekerja lebih giat lagi, tingkatkan kedisiplinan, profesionalitas, dan pelayanan bapak, berusaha 2x lipat dari yang sebelum-sebelumnya. Semoga usaha bapak dinilai Allah.
4. Jangan meminjam kepada rentenir. Bapak akan masuk jurang 2x. Mengapa tidak mengajukan penggalangan dana ke organisasi nirlaba/sosial?
5. Berbuatbaiklah kepada orang lain, sering-sering mendoakan orang lain. Kita tidak ingin ujian datang tiba2 karena ada orang yang secara diam-diam tidak ridha dengan kita.
6. Mohon agar jalankan semua saran saya di atas dengan harapan insyaAllah bapak bisa menemukan jalan keluar.

Terima kasih. 🙂

Ibu Ita, shalat 5 waktu adalah wajib dan tidak boleh ditinggalkan, sedangkan mengurus anak bukanlah hal yang membolehkan seseorang untuk meninggalkan shalat.

Saya mengerti dengan kerewelan sang anak namun biarkanlah dia rewel dan menangis selagi kita melaksanakan kewajiban. Paling hanya 5 menit durasi tangisannya.

Lagipula, tidak selamanya anak benar-benar dalam saat kerewelannya, jadi ibu harus cari celah ketika dia sedang ‘anteng’ atau memberikan tayangan favoritnya atau syukur jika dia mau shalat bareng. 🙂

Saran saya agar Ibu Ita mengganti dahulu seluruh shalat wajib yang ibu tinggalkan selama mengurus anak, perkiraan saja jika memang lupa jumlahnya. Tidak perlu sekaligus pun insyaAllah tidak apa.

Atau Ibu dapat menyisipkan shalat hajat di sela-sela Ibu membayar hutang shalat Ibu dan berdoa dengan harapan Allah menjadikan si anak menurut dan memberikan ibu kemudahan beribadah sebelum meminta yang lainnya.

Wallahu A’lam.

Terima kasih atas komentarnya Ibu Ita. 🙂

Ibu Suriati,

Saya belum pernah menemukan pernyataan atau dalil bahwa shalat hajat hanya boleh dilakukan sehari sekali. Yang saya temukan adalah dalil bahwa Allah Ta’ala senang dengan hamba yang terus meminta kepadaNya.

Jadi silakan saja shalat hajat kapan pun (selama bukan di waktu yang diharamkan seperti saat matahari terbit/terbenam atau 15 menit sebelum Zhuhur) dan berapa pun rakaat nya.

Pastikan shalat hajatnya tidak mengganggu atau bahkan mengorbankan shalat sunnah yang lain seperti shalat Tahajjud, Rawatib (Qabliyah/Ba’diyah) dan Dhuha ya. 🙂

Wallahu A’lam.

Terima kasih.

Waalaikumussalaam Sis Sherly. 🙂

Ada hadits yang bunyinya sebagai berikut, mungkin Sis Sherly pernah mendengar atau bahkan sudah tahu:
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang istiqamah/rutin walaupun itu sedikit.”

Jadi silakan laksanakan shalat hajat 2 rakaat atau semampunya, asalkan setiap hari rutin Sis. 🙂
Jangan lupa, imbangi pula dengan berusaha mendalami ilmu yang dibutuhkan untuk kerjaan part time tersebut dengan harapan Allah menilai usaha Sis dan membuat keinginan Sis lebih cepat dikabul, juga agar Sis Sherly lebih siap dalam mengemban pekerjaan tersebut.
Insya Allah.

Wallaahu A’lam Bishshawaab.
Terima kasih. 🙂

Waalaikumussalaam, Ibu Savira, mengapa tidak? Selama itu baik, berdoalah. Allah Ta’ala Maha Mengabulkan segala doa.

Ibu Savira juga harus tawakkal dan mengimbanginya dengan usaha dengan harapan doa-doa Ibu lebih cepat dikabulkan.

InsyaAllah.
Terima kasih. 🙂

Ibu Kanata,
Tidak ada larangan dalam berdoa selama itu baik, karena Tuhan Ibu, Allah Ta’ala adalah Maha Mengabulkan.

Namun Ibu perlu ingat bahwa Jodoh sudah diatur, insyaAllah jika bukan laki-laki tersebut yang kelak jadi pasangan, laki-laki lain yang jauh lebih tampan, kayaraya, perhatian, dan agamis bisa Allah pertemukan. 🙂

Dengan catatan, Ibu Katana harus memantaskan diri dengan akhlak dan cara Ibu berkehidupan dan bersosialisasi yang baik. Karena setiap laki-laki yang baik tentu menyukai perempuan yang baik.

Wallahu A’lam.

Terima kasih. 🙂

Waalaikumussalaam ibu Rizki.

Yang namanya halangan mungkin kadangkala datang terkhusus bagi kaum hawa seperti haid, hamil, hingga menyusui.
Perlu ibu ketahui, insyaAllah Allah Ta’ala melihat dari seberapa kuat tekad ibu untuk berusaha.
Bahkan guru saya pernah berkata, jika kita memang rajin mengerjakan sebuah shalat sunah namun suatu hari kita terpaksa tidak shalat karena suatu halangan yang tidak kita ingin, insyaAllah akan tetap dihitung sebagai shalat sunah meski tidak dikerjakan.

Yang penting ibu tetap istiqamah dan jangan sampai dikalahkan oleh agama karena agama ini pada dasarnya mudah meski tidak boleh digampangkan.

Saya hanya bantu doa semoga masalah ibu Rizki secepatnya bisa teratasi, jika memungkinkan hindari meminjam dari bank karena bunga bank selain berdosa, lama-kelamaan akan mencekik ibu Rizki jika tidak sanggup membayar. InsyaAllah yang halal selalu memiliki jalan.

Wallaahu A’lam.
Terima kasih. 🙂

Bapak Iwan, lebih boleh lagi jika digabung dengan shalat Tahajjud dan ditutup shalat witir.

🙂

Wallahu A’lam.
Terima kasih.

Hai Aldi,

Apa yang telah saya tulis di atas memang saya lakukan setelah shalat Isya.
Mengenai mustajab atau tidak sebuah doa sebaiknya jangan diburu-buru karena mungkin Allah Ta’ala tidak akan suka.

“Doa seorang hamba akan senantiasa dikabulkan, selama dia berdo’a bukan untuk keburukan atau memutus tali silaturahim dan selama dia tidak tergesa-gesa dalam berdo’a. Kemudian seseorang bertanya, ‘Ya Rasulallah, apa yang dimaksud tergesa-gesa dalam berdo’a ?’. Kemudian Rasulullah menjawab, yaitu seseorang yang berkata, ‘Sungguh aku telah berdo’a dan berdo’a, namun tak juga aku melihat do’aku dikabulkan’, lalu dia merasa jenuh dan meninggalkan do’a tersebut”. (HR Muslim)

Jika memang doamu ingin cepat dikabul, pastikan agar barengi dengan akhlak dan perkataan yang baik dan bermanfaat, serta berusahalah sesuai dengan apa yang kamu cita-citakan tersebut semampumu saja. InsyaAllah doamu akan dikabulkan pada waktu yang tepat.

Terima kasih. 🙂

Waalaikumussalaam sis Mufidah.

Sebuah hadits berbunyi, “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Keadaan paling dekat seorang hamba dari rabbnya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di dalamnya).” HR. Muslim.

Namun hal ini bukan berarti sis harus memperpanjang sujud sis. Karena Syaikh ‘Abdullah Al-Jibrin rahimahullah berkata, “Aku tidak mengetahui adanya dalil yang menyebutkan untuk memperlama sujud terakhir dalam shalat. Yang disebutkan dalam berbagai hadits, rukun shalat atau keadaan lainnya itu hampir sama lamanya.”

Cukuplah sis berdoa ketika selesai shalat sepuas yang sis inginkan selama itu menjadi hajat baik sis.

Wallahu A’lam.
Terima kasih. 🙂

Waalaikumussalaam Sis Lyla.

Kita bisa meminta apa pun setelah Shalat Hajat selama itu positif, termasuk meminta disembuhkan dari penyakit.
Ingat, Allah Ta’ala, Maha Menyembuhkan dan hanya Dia yang dapat menyembuhkan penyakit. Namun tetap, Allah Ta’ala juga menilai usaha hambaNya dalam berjuang untuk menyembuhkan penyakit tersebut dalam ini mengunjungi dokter apabila mampu serta meminum obat yang sesuai.

Saya tidak tahu jika ada urutan khusus dalam shalat sunnah, tetapi saya biasanya melaksanakan shalat Hajat setelah Tahajjud jika bangun malam.

Wallaahu A’lam Bishshawaab.
Terima kasih. 🙂

Ibu Afifah, shalat hajat itu dapat dilakukan kapan saja selain waktu-waktu yang diharamkan untuk shalat (terbit/terbenam matahari, dan 15 menit sebelum Zhuhur).
Shalat hajat tidak sama dengan shalat Tahajjud yang sebagian besar ulama menganjurkan untuk tidur terlebih dahulu.
Artikel saya di atas, dengan sangat jelas saya sebutkan bahwa saya shalat Hajat tepat setelah saya shalat Isya, bahkan pernah saya kerjakan setelah shalat Jum’at.

Wallaahu A’lam.
Terima kasih.

Ibu Dian, tidak ada larangan meminta apa pun kepada Allah selama itu bukanlah hal yang dilarang dan merusak silaturahmi.

Jadi dipersilakan jika ibu Dian ingin meminta anak ibu dapat nilai bagus dan dapat sekolah atau kuliah yang ibu suka.

Jika memang itu yang terbaik bagi Ibu dan anak ibu, insyaAllah Allah kabulkan.

Wallaahu A’lam.
Terima kasih.

Hai Nope,
Boleh dikerjakan sebelum atau sesudah. Yang tidak boleh adalah di tiga waktu yang diharamkan seperti saat terbit atau terbenam matahari, atau bahkan ketika matahari tepat di atas kepala sekitar 15 menit sebelum waktu Zhuhur.

Pastikan shalat hajatnya tidak mengganggu shalat sunnah lainnya seperti Dhuha atau Ba’diyyah Jumat ya… 🙂

Terima kasih.

Abang Randy, sebaiknya tidak dilakukan shalat setelah Shubuh atau Ashar dikarenakan itu bukan waktu-waktu yang dianjurkan untuk shalat.
Dikhawatirkan, waktu tersebut bersinggungan dengan waktu yang diharamkannya shalat sunnah yaitu terbit atau terbenam matahari.

Wallahu A’lam.
Terima kasih. 🙂

Ibu Yeyona, sudah ibu sebutkan bahwa puasa dan shalat wajib itu adalah hutang yang pastinya harus dibayar.

Lebih baik ibu cicil hutang wajib Ibu karena saya khawatir meskipun sudah dibarengi dengan shalat Taubat, Allah Ta’ala belum rida dengan ibu karena hutang tersebut.

Seperti halnya kita berhutang dengan teman kita, tidak mungkin kita bayar hanya dengan maaf saja. Apalagi ini urusannya langsung dengan Tuhan.

Ibu jangan khawatir, cicil saja dahulu hutang-hutang ibadah wajib ibu yang ibu dapat perkirakan, tidak berturut-turut pun insyaAllah tidak mengapa. Di tengah itu bisa sisipkan shalat Taubat agar Ibu tidak mengulangi dosa meninggalkan ibadah wajib Ibu.

Ibu juga bisa melaksanakan shalat Hajat sekarang juga dengan meminta kebaikan apa pun, misalnya ingin punya kendaraan, atau ingin anak ibu diterima kuliah di universitas favorit ibu walaupun ibu sedang di tengah-tengah melunasi hutang ibadah ibu. InsyaAllah Allah akan tetap mengabulkan doa ibu meski Ibu belum selesai melunasi hutang ibu.

Wallaahu A’lam.
Terima kasih. 🙂

Waalaikumussalaam sis Riska.

Jangan khawatir, shalat hajat tidak sama dengan shalat Tahajjud yang sebagian besar ulama berpendapat bahwa harus tidur dahulu.

Artikel saya di atas telah jelas saya menulis bahwa shalat hajat saya lakukan tepat setelah shalat Isya, atau shalat badiyyah Isya, bahkan masih sekitar pukul 8 malam. 🙂

Wallaahu A’lam.
Terima kasih.

Waalaikumussalaam.

Bapak, mohon maaf baru saya balas.

Saya tidak pernah tahu jika ada sesuatu yang disebut dengan wirid mahabbah atau apa itu. Mahabbah memiliki arti yang berhubungan dengan cinta (asal kata hubbun). Namun saya belum pernah mendengar ada amalan khusus tertentu seperti mahabbah ini yang diajarkan Rasulullah.
Saya hanya khawatir itu bid’ah.

Yang perlu Bapak ketahui, shalat Hajat tidak memiliki ‘efek samping’ yang negatif seperti badan panas atau berat. Jika bapak ingin istri bapak kembali, cukup berdoa biasa dengan bahasa Indonesia jika bapak tidak mengerti bahasa Arab.

Yang terpenting, pastikan amalan yang bapak lakukan benar-benar diajarkan oleh Rasulullah saw. Karena jika tidak, dikhawatirkan hajat bapak sulit dikabulkan Allah sebab Dia tidak suka atau bahkan justru disukai oleh (maaf) setan yang memang terkutuk.

Intinya, jangan meyakini bahwa Tuhan adalah ‘robot’ yang hanya dapat mengabulkan sesuatu lewat amalan tertentu. Sebaliknya, Dia Maha Mengetahui apa yang diinginkan makhlukNya, dari dalam dadanya. Perbanyaklah dzikir dan sedekah sebagai ‘pembantu’ shalat hajat bapak, dengan harapan Allah ta’ala menyukai apa yang kita lakukan dan mengabulkan hajat bapak lebih cepat.

Terima kasih. 🙂
Wallaahu A’lam.

Hai Nanda,

Sebelumnya alhamdulillah saya ucapkan selamat karena muallafnya Nanda. Selamat bergabung di indahnya agama Islam.
Perlu diketahui, Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Maha Pemalu. Maha Dermawan. Maha Mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Jadi jangan khawatir mengenai masalah pengabulan doa. Yang pasti Nanda harus terus berdoa karena kita tidak tahu kapan saat terbaik bagi Allah dalam urusan pengabulan doa.
Cukup doakan agar calon pasangan mendapatkan hidayah, itu pun sudah lebih dari cukup.

Jangan lupa agar Nanda terus banyak belajar Agama Islam, insyaAllah Nanda lebih paham bagaimana menyikapi kehidupan terutama permasalahan-permasalahan hidup Nanda, dengan cara yang sebaik-baiknya.

Terima kasih.
Wallaahu A’lam.

Hai Aini, boleh dijelaskan lebih lanjut bagaimana keadaan mantan suami sis saat ini?
Jika memang mantan suami sudah menjadi milik orang lain, tentu saja tidak boleh. Namun jika belum, insyaAllah tidak masalah jika berdoa akan keinginan tersebut.

Wallaahu A’lam.
Terima kasih.

Waalaikumussalaam warahmatullah wabarakatuh.

Ibu Sri, insyaAllah didoakan. Ibu insyaAllah sudah benar shalat taubat karena meminjam di kebanyakan PinjOl atau Fintech yang menggunakan sistem riba hukumnya sudah jelas haramnya.

Ibu bisa ‘membuang’ riba tersebut dengan memberikan hak-hak mereka yang membutuhkan, atau setidaknya beramal di kotak amal masjid (bisa lewat suami), minimal seribu atau dua ribu setiap hari, niatnya karena Allah, kemudian niatkan untuk membersihkan diri dari dosa riba. InsyaAllah kehidupan ibu akan Allah Ta’ala permudah setelah ini.

Wallaahu A’lam.
Terima kasih.

Waalaikumussalaam warahmatullah.

Hai sis Angelica, untuk pertanyaannya,
1. Saya hanya cukup sekali saja dalam membaca surat-suratnya. Lagipula, sis dapat menggunakan surat lain di luar Al-Kaafirun dan Al-Ikhlas hitung-hitung sekaligus memperkuat hafalan surat sis Angelica.

2. Boleh, shalat Hajat dan Tahajjud adalah bagian dari shalat malam. Hanya mengerjakan hajat saja tidak mengapa, namun yang disayangkan pahala shalat Tahajjud mungkin tidak dapat diraih. Syukur sis Angelica bisa menambah shalat Witir meski satu rakaat sebagai penutup shalat malam. 🙂
Namun sekali lagi, jika sis hanya mengerjakan shalat hajat saja meski sudah tidur malam tanpa shalat tahajjud maka itu tidak mengapa.

Terima kasih.
Wallaahu A’lam.

Waalaikumussalaam Deltha,

Tidak ada yang konyol dengan pertanyaan tersebut justru saya kagum dengan doa kamu. Teruslah istiqomah dalam doanya karena Allah Ta’ala bukan hanya Maha Menghilangkan kesedihan melainkan juga Maha Menghilangkan rasa galau, rasa gundah, mungkin termasuk salah satunya rasa bimbang.

Terima kasih. 🙂
Wallaahu A’lam.

Waalaikumussalaam Rakha. Ingin berkomentar mengenai apa?

Waalaikumussalaam Ricky, tidak perlu minta maaf karena bahasa saya pun masih sering berantakan hehe…

Rasulullah saw. bersabda,
“Tidak ada dua witir dalam satu malam.” (Hr. Ahmad: 15704, Abu Daud: 1227, Nasa’i: 1661, dan Tirmidzi: 432; dinilai shahih oeh Ibnu Hibban)

Artinya, kamu tidak perlu shalat Witir setiap masing-masing shalat, cukup kamu laksanakan satu shalat witir saja (berapa pun rakaatnya) pada akhir shalat sunnah.
Jadi jika kamu melaksanakan shalat hajat, taubat, tahajjud, tasbih, dan lain sebagainya, cukup witirnya sekali saja setelah semua shalat sunnah tersebut terlaksana karena Rasulullah saw. bersabda, “Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah shalat witir.” (HR Bukhari Muslim)

Terima kasih. 🙂
Wallahu A’lam.

Waalaikumussalaam Intan, boleh-boleh saja jika kamu melakukan dan berdoa hal itu. Namun tentunya dengan konteks yang tidak memaksa Allah Ta’ala seperti wajib menjadikan doi menjadi jodoh kamu.
InsyaAllah jika kamu sudah berdoa dan -kemungkinan terburuknya- si doi ternyata bukan jodoh kamu karena Allah Maha Mengerti tentang si doi, Dia akan mencarikan kamu jodoh lain yang jauh lebih baik dari si doi sehingga kamu akan dapat dengan mudah move on dari si doi. Namun jika tidak semoga doi insyaAllah jadi jodoh kamu, terus berusahalah menjadi orang baik dan berguna karena orang baik biasanya akan berjodoh dengan orang baik yang selevel juga, ini berdasarkan ayat Al-Qur’an An-Nuur ayat 26.

Terima kasih.
Wallaahu A’lam.