Frozen TransjakartaWell, artikel ini sama sekali tidak ditulis di tanggal 13. Banyak Triskaidekaphobians atau orang-orang yang fobia angka 13 khawatir mengenai angka 13 dobel untuk hal ini. Bayangkan, mereka yang sudah tertancap paradigma bahwa 13 adalah angka sial harus menghadapi kenyataan bahwa Transjakarta koridor 13 harus pertama kali beroperasi tanggal 13.

Pagi itu mata saya berbinar karena tidak sabar mencoba rute baru yang pembangunannya sangat merepotkan tersebut. Teknik marketing dan iming-iming yang menyebutkan bahwa rute tersebut dapat ditempuh hanya dalam 13 menit benar-benar merangsang naluri saya untuk langsung mencobanya di hari pertamanya beroperasi. Bahkan di pagi hari saya terbangun, saya mengecek rute koridor 13 sudah tertera di Trafi!

Mulai dari halte Warung Jati, kebetulan Transjakarta menyediakan rute bonus Ragunan – Ciledug sehingga saya tidak perlu pusing-pusing transit lagi. Naas, setibanya di halte, bus arah Cidedug baru saja pergi tepat depan mata saya. Namun ternyata bus Ciledug selanjutnya hanya berjarak sekitar 25 menit.

Ok, saatnya melanglang buana di angkasa… ehm, maksud saya, flyover.


Pose!

Rute di Trafi pada saat itu tidak benar. Bus tidak melewati Mampang Prapatan dan bahkan tidak melewati halte Imigrasi Jakarta Selatan, membuat halte Warung Jati adalah halte terakhir yang disinggahi bus tujuan Ciledug yang kemudian berbelok ke kanan di jalan Duren Tiga melewati jalan Raya Pasar Minggu, yang pada akhirnya bus berbelok ke kiri di perempatan Pancoran dan masuk halte Tendean. Karena melewati lajur biasa/nonbusway, bus seri Jadul/Vintage yang saya tumpangi tersebut sering mengeluarkan klakson teloletnya.

Di halte Tendean bus sempat berhenti cukup lama. Untuk apa? Saya melihat banyak wartawan dan mobil-mobil TV terparkir di samping halte. Sejumlah wartawan yang saya tidak tahu dari TV atau situs berita mana memotret sekeliling bus dengan brutal, membuat bus menjadi berisik dengan suara shutter kamera. Saya tentu saja mengambil pose yang elegan dengan berharap semoga menjadi ikon berita, hehe. (pas cari di Google ternyata tidak satu pun foto saya muncul, padahal banyak jurnalis yang berkali-kali mengambil foto ke arah saya, hiks)

Kemudian bus diberangkatkan kembali. Lucunya, ada beberapa jurnalis yang tidak sempat keluar dan terjebak di dalam bus, yang kemudian lebih memilih memotret lagi di dalam bus.


Macet? Sudah lupa tuh

Saya secara terburu-buru membuka kamera foto saya dan tentu saja, Instagram Story untuk berpuas-puas diri dengan norak sambil mendengarkan lagu Let It Gonya Frozen dalam bahasa Denmark. It’s superbly fitting that scene! Kemacetan? Let It Go… Let It Go…

Bus naik perlahan ke atas flyover, membuat jantung saya dag dig dug. Sebuah penantian panjang, yang kini JLKB (Jalan Layang Khusus Busway) tersebut dapat dinikmati. Saya melihat jalanan yang sepi dengan pemandangan yang tidak biasa pada hari itu. Apalagi ketika bus sudah berada di titik tertinggi seperti di atas flyover Mampang Prapatan. Membuat saya ber-waw-waw ria. Dan apalagi di atas Flyover CSW dan JORR!

Rasanya lucu ketika yang terlihat kanan kiri hanya daun-daun pepohonan dan genteng-genteng rumah penduduk. Saya sendiri penasaran apakah ketika sedang cerah Gunung Salak atau bahkan gunung Gede Pangrango dapat dengan jelas dinikmati dari sini? If it does, it would be fkn amazing! Ditambah lagi dengan laju bus yang luar biasa smooth, tanpa rintangan sedikitpun dan kecepatannya super stabil.


Trial Version

Sayangnya, tidak semua halte buka. Rawa Barat? Lewat. Tirtayasa? Lewat! CSW? LEWAT! Dan baru berhenti di Halte Budi Luhur! Katanya menurut Trafi dapat juga berhenti di Tirtayasa, Mayestik, dan Cipulir. Ternyata tidak, setidaknya untuk tanggal 13 Agustus saja. Bahkan ada calon penumpang yang rela berjalan dari Blok M ke Tirtayasa hanya untuk mencoba Busway Koridor 13 yang ternyata haltenya belum buka. Ya ampun.

Terakhir berhenti di halte Puri Beta 2 yang hanya segede upil. Padahal kondisinya sedang hujan pada saat itu, membuat penumpang yang tidak membawa payung tidak dapat keluar, menyebabkan penumpang dari luar sulit masuk. Padahal itu adalah halte terminus. Kemudian tunggu, nama haltenya adalah halte Puri Beta 2, di mana halte Puri Beta 1 nya? Atau memang daerah tersebut bernama Puri Beta 2?

Parahnya, ketika bus tiba di halte terakhir bukan berarti penumpang langsung dapat diturunkan. Perlu menunggu sekitar 20 menit hingga bus di depannya mulai berjalan, padahal hanya menunggu 1 antrian bus. Lagipula, haltenya hanya satu pintu. Cukup merepotkan.

Banyak yang turun di halte terakhir tersebut, namun banyak juga penumpang yang lebih memilih diam di bus untuk berbalik arah kembali. Ternyata turun di halte Puri Beta tidaklah wajib meski itu adalah halte terakhir. Beberapa saat kemudian ada wartawan TV masuk ke dalam bus untuk menyampaikan siaran langsung. Kameranya mengarah ke saya, hampir. HmYGaD! HmYGaD! Saya mempersiapkan pose duduk sok manis dan bertindak seelegan mungkin, namun saya khawatir nanti jika berlebihan justru dibuat meme. Ah, abaikan, dasar orang norak kamera hehe…


Terkunci mati, beku harapan

Sebuah minus besar saya berikan kepada busway koridor 13. Apanya? Koridor ini baru saja berpotongan dengan koridor 1, 6, 8, dan 9, bahkan MRT dan KRL. Namun apakah ada transit? Jawabannya adalah NOL besar. Halte Pasar Kebayoran Lama dengan Velbak? Hopeless. Halte Tegal Parang dengan Tendean? Nearly Impossible. Halte Rawa Barat dengan Mampang Prapatan? Hell No! Halte Masjid Agung dengan CSW? Cukup! Intinya koridor ini tidak ada transit. Sekian dan terima kasih.

Apa yang dilakukan Transjakarta kemudian melihat kenyataan yang terlampau pahit seperti itu? Mereka akhirnya membuat rute-rute tambahan yang bersinggungan antar koridor. Seperti Ciledug – Pancoran Barat untuk menyambungkan koridor 13 dengan 9, Ciledug – Blok M untuk menyambungkan koridor 13 dan 1, Ciledug – Tosari yang hanya beroperasi cuma 2 jam dari jam 5 shubuh hingga jam 7 pagi untuk menyambungkan koridor 13 dengan 1, dan terakhir adalah rute Ciledug – Ragunan yang hanya tersedia di hari libur untuk menyambungkan koridor 13 dengan 6.

Efektif? I don’t think so.

Transit sementara hanya dapat dilakukan di halte Pancoran Barat dan Blok M. Untuk transit dari Pancoran Barat ke arah Ciledug dapat dilakukan di halte Pancoran Barat baik yang arah Pluit maupun arah PGC/Pinang Ranti. Bus berhenti di kedua halte tersebut untuk dapat dilakukan transit.

Kemudian transit di halte Blok M jauh lebih gila. Transit baik dari koridor 1 dan 13 semuanya dilakukan di pintu penaikan halte Blok M. Penumpang yang ingin transit dari Blok M ke Ciledug atau sebaliknya agar turun di halte penaikan dan bukan halte penurunan, di mana untuk melakukan hal tersebut harus mengantri dengan bus-bus koridor 1 yang sudah duluan mengantri dari kapan tahu.


Harapan Kedepannya

Bus terakhir berangkat dari Halte Puri Beta jam 18.00 dan berangkat dari Halte Pancoran Barat terakhir pukul 19.00. Alasannya karena penerangan jalan yang belum semuanya terpasang. Dan semua halte baru dibuka di bulan Oktober. Untuk sementara halte yang buka hanya halte Tendean, Tirtayasa, Mayestik, Cipulir, Adam Malik, dan Puri Beta.

Fasilitas juga masih terlihat simpang siur untuk segera dilengkapi seperti pemasangan lift di halte CSW dan eskalator di beberapa halte yang dapat dikatakan cukup tinggi. Saya belum dapat banyak berkomentar untuk hal ini, karena sejauh ini halte yang sarana dan prasarananya yang sudah lengkap baru halte Cipulir saja, halte lain setidaknya masih dalam proses. Semoga dapat segera dilengkapi mengingat letak halte yang tinggi dan para penumpang yang di antaranya adalah disabilitas, orang cacat, lansia, orang hamil, balita, orang sakit, orang yang membawa banyak barang, dan tentu saja, orang tuamu.


-o( Sekian )o-

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Oh Jakarta, Berhenti Bangun Flyover!

    Berikutnya
    Apa Bakat Saya dan Bagaimana Bentuk Usahanya?


  • 1 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    1. Agita Fury Arsiandhi

      Halte PURIBETA 1 nya ada kok, haltenya cuma 1 arah, arah tendean

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas