Mungkin ketika masa-masa kecil perumahan masih agak jarang, jalanan masih banyak yang gelap dan sepi, pepohonan besar di mana-mana, ditambah lagi banyaknya tayangan-tayangan horor yang menyebabkan orang-orang yang lahir di tahun milenial memiliki banyak cerita misteri. Iya, saya termasuk salah satunya. Makanya saya tertarik untuk mengumpulkan beberapa kisah-kisah masa kecil saya dalam artikel ini.
Berikut sekelebat kisah-kisah yang benar-benar nyata terjadi di βzaman sayaβ, Part II :
Masih ingat tayangan misteri yang berjudul “Kismis”, di era 90an, tayangan misteri ini sangat, sangat populer sehingga hampir setiap orang tahu akan ini. Kismis, kependekan dari Kisah-Kisah Misteri, bukan Kisah-Kisah Orang Miskin juga merupakan tontonan favorit kakak saya pada waktu itu.
Suatu malam, kakak saya yang pada waktu itu masih duduk di bangku SD, bangun pada jam setengah 11 malam karena rasa lapar. Ke dapur lah dia dan memasak mie. Di tengah keasyikan kakak saya memasak mie, ayah saya menegur dari pintu dapur,
“Lagi ngapain Neng?”
“Lagi masak mie Yah.”
Pas menengok ke pintu dapur kakak saya tidak menemukan siapa-siapa. “Lagi beli rokok kali, pikirnya.”
Mie telah selesai di masak, kakak saya kemudian memakannya sambil menonton Kismis. Di tengah tontonan, ternyata ada adegan suara Kuntilanak yang tertawa keras. Bersamaan dengan itu, angin kencang tiba-tiba masuk dari arah dapur ke ruang tamu, padahal di dapur tidak ada jendela sedikitpun kecuali sebuah ventilasi kecil di atas pintu.
Tepat setelah angin berhenti, seseorang yang tidak terlalu jelas wujudnya, duduk bersama kakak saya menonton Kismis. Dan pintu depan masih dalam keadaan terkunci.
Teman sekantor ayah saya datang berkunjung ke rumah saya waktu masih tinggal di Kebon Kacang gang 26. Diketuklah pintu beberapa kali namun tidak ada yang membukakan pintu. Kesal karena lama tidak dibukakan, akhirnya teman ayah saya pulang kembali.
Esoknya, teman ayah saya menggerutu,
“Kemaren kemana saya datang kok tidak dibuka? Anak-anakmu (saya dan kakak saya maksudnya) bercanda berlarian di tangga dan kamu tidak dengar ketukan saya?”
Ayah bertanya kembali, “Kapan?”
“Kemarin!”
Ayah saya memberikan sebuah jawaban, “Kemarin kami sekeluarga pulang kampung.”
Di Kebon Kacang terdapat banyak sekali rumah susun. Ada rumah susun yang terlihat jelas dari Jembatan Busway Sarinah, di sana kabarnya pernah terlihat kursi goyang yang bergoyang sendiri, angin mana yang dapat menggerakkan kursi goyang dengan cepat dan kencang kecuali angin topan?
Ada lagi rumah susun di jalan Kebon Kacang 11, yang ini tidak terlalu mengerikan. Yang jadi topik hangat adalah rumah susun di jalan Kebon Kacang 9, yang mana rumah susun tersebut minim pencahayaan di lingkungannya dan terlihat sepi.
Bagi yang ‘beruntung’ akan melihat pocong melompati portal maju mundur dan berulang-ulang, tanpa henti. Dan bagi yang telah berhasil melihat itu, kejadian yang sama akan kembali terulang dalam mimpinya.
Orang yang tinggal di Kelurahan Kebon Melati (sebelah Kebon Kacang) pasti kenal gang Mess. Sepupu saya pernah tinggal di sana. Pada suatu siang, dia ditakut-takuti oleh teror Kuntilanak oleh teman-temannya, namun dia justru menantang balik Kuntilanak tersebut.
“Tidak takut!” Tantangnya.
Malamnya ketika ia tidur, kepalanya seperti diusap oleh seseorang. Sepupu saya terbangun, namun dengan mata yang masih terpejam. Keringatnya basah dan dingin, tentu saja ia ketakutan.
Tetapi ia memberanikan diri untuk membuka matanya sedikit dan menatap siapa yang mengelus-elusnya. Terlihat seseorang wanita dengan gaun putih dan rambut yang panjang, tidak terlihat jelas bagaimana wajahnya, dan dia mengusap sambil bersenandung layaknya menidurkan anak kecil.
Di satu sisi, sepupu saya juga melihat 3 pocong berdiri di sudut kamar.
Dekat di samping rumah saya, atau tetangga 2 rumah di samping rumah saya, ada seorang anak gadis yang juga teman main kakak saya. Yeni, namanya. Suatu hari dia menemukan selop di rumahnya, mungkin karena masih kecil dan pertama kalinya, dia memakai selop tersebut. Mungkin milik ibunya, pikirnya.
Yang namanya anak kecil, berjalan dengan tidak biasa dengan bunyi “plak, plok” adalah suatu hal yang menyenangkan. Sepanjang hari ia menggunakan selop di rumahnya.
Oh, rumahnya hanya 2 petak tanpa tembok pembatas kamar. Jadi ketika masuk rumahnya langsung ke ruang tamu dan ada lemari sebagai pembatas kamar tidur keluarga dengan ruang depan/tamu. Yang memiliki ruangan terpisah hanyalah toilet dan itupun hanya sebuah lubang kecil sebagai tempat pup.
Malamnya, Yeni merasa perutnya sakit dan kemudian buang air besar. Dari luar ruang WC, terdengar “plak, plok, plak, plok, plak, plok…”
Selesai bagian kedua, bagian lainnya insyaAllah menyusul.