Karangan Bebas

urban legend by : anandastoon

Karangan Bebas

Aku adalah staf pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di sebuah SMP di daerah Sampit, Kalimantan Tengah. Hari itu kebetulan aku tidak punya materi yang akan aku ajarkan dan aku memang sedang malas-malasnya. Jadi aku perintahkan anak didikku untuk mengarang bebas saja. Ketika ditanya ingin temanya apa oleh mereka, aku sejujurnya senang cerita yang berbau mistis, jadinya aku putuskan itu saja yang menjadi tema.

Mungkin karena terlalu sibuk anak-anak mencari ide dan kompleksnya cerita yang ingin mereka jabarkan, tak terasa bel pulang berbunyi dan aku menyuruh anak-anak agar melanjutkannya esok dan tidak perlu dijadikan PR.

Esoknya, aku perhatikan satu per satu anak-anak mulai mengumpulkan cerita terbaik mereka ke hadapanku dengan tidak terpaksa. Jadi aku dapat periksa karangan mereka sekaligus menambah database cerita hororku hehe… Lumayan kan?

Namanya anak-anak masih polos, banyak yang berasal dari kisah nyata dan beberapa hanya mengarang tidak tentu arah. Tidak apa, bahasa mereka yang masih polos dapat kunikmati… kecuali satu. Karangan dari anak didikku yang bernama Arif. Yang ternyata kejadiannya baru ia dapatkan semalam. Berikut kisahnya,

Ibu guruku menyuruhku untuk membuat sebuah cerita horor. Kebetulan aku tidak tahu apa yang harus aku ceritakan tetapi untungnya bu guru memberi kami keringanan dengan melanjutkan di rumah. Jadi, aku langsung membuat petualangan hororku sendiri ke rumah kosong yang berjarak 2 km dari rumahku.

Aku melakukannya sendirian, tidak perlu dipermasalahkan dengan keberanianku. Jadi malam itu aku berjalan yang bulan pun sedang tidak sudi menemaniku. Jadi aku bawa peneranganku sendiri. Sesampainya, ketika aku mendekati pintu rumah tersebut, tiba-tiba pintu terbuka sedikit dan cepat dengan sendirinya.

Bulu romaku berdiri dan aku tidak ingin merasakan apa pun karena aku tidak pernah benar-benar meyakini makhluk halus itu ada. Ketika aku masuk, bau busuk tercium seakan ada jasad seseorang yang sudah dibiarkan bertahun-tahun. Aku abaikan. Rumahnya ada dua lantai, jadi aku ke lantai dua.

Bau busuk semakin menyengat, hingga tiba aku di sebuah pintu kamar yang sedikit terbuka. Maka ketika aku buka, aku melihat seseorang tertidur di atas sebuah lantai kayu, yang sepertinya bau busuk tersebut berasal dari sana. Aku menyorot apa itu dan ketika sampai senterku ke arahnya tiba-tiba ‘dia’ membuka mata lebar-lebar dan langsung melotot cepat ke arahku.

Aku katakan ini adalah cerita yang benar-benar tidak main-main yang dikarang oleh seorang anak kelas dua SMP. Maka dengan detak jantung yang mulai terpacu aku membuka lember berikutnya untuk mengetahui apa yang akan terjadi.

Aku jelas kaget, seseorang atau sesuatu itu terlihat memiliki kulit retak seperti sisik dan hidung yang menggantung. Memiliki rambut yang panjang dan baju yang memiliki banyak noda darah. Tidak jelas apakah dia laki-laki atau perempuan.

Aku mulai sadar bahwa dia mulai bangun dengan setengah badan, memutar seluruh tangannya dari posisi kayang menjadi normal seperti tidak memiliki tulang, semakin memperhatikanku dengan tatapan amarah. Aku mulai mundur, makhluk itu berjalan perlahan dengan tangannya, menyeret tubuhnya. Aku tidak tahu di mana kakinya, atau justru dia tidak memiliki kaki.

Makhluk itu dengan tiba-tiba ‘berjalan’ dengan sangat cepat bahkan sebelum aku sempat mengambil nafas. Aku berlari secepatnya diiringi dengan suara cakaran tangan ke lantai dengan tidak beraturan di belakangku. Makhluk itu berjalan dengan mencengkeram lantai, dan suara seretan tubuhnya membuatku benar-benar semakin ketakutan.

Aku turun tangga dengan secepat kilat tanpa tahu anak tangga mana yang aku injak. Namun sial, aku terjatuh di anak tangga paling bawah, dan ketika melihat ke atas, makhluk menyeramkan itu juga sedang menuruni tangga dengan kecepatan tinggi diwarnai suara cakaran lantai yang semakin menjadi-jadi. Mulut yang terbuka, mata yang putih, gigi-gigi yang sepertinya semuanya gigi taring, seakan ingin memakanku hidup-hidup.

Aku mulai bangun sambil sedikit menyeret tubuhku untuk membantu kakiku berdiri. Tapi senterku justru terpental jauh dari hadapanku dan aku tidak bisa mengambilnya karena makhluk itu kini hanya beberapa jengkal dari kakiku berdiri. Kakiku hampir kena cengkeramannya. Di tengah gulita aku berusaha menyelamatkan diri dengan mencari di mana pintunya berada.

Dari kejauhan sudah terlihat pintu yang tadi aku masuki. Tidak! Pintunya mulai menutup sendiri. Aku tidak mau terkurung bersama makhluk yang aku tidak tahu apa ini. Makanya aku berlari sekuat tenaga untuk mencapai pintunya sebelum menutup total.

Tolong katakan kepadaku bahwa ini hanya karangan. Karangan! Ya, semoga ini hanya karangan. Lembar berikutnya aku buka diikuti suara degup jantungku yang semakin keras.

Tepat! Tanganku berhasil mengganjal pintu dan mulai membuka pintunya. Berat. Berat sekali untuk dibuka, sedangkan makhluk itu semakin mendekatiku dari belakang. Akhirnya sekuat tenaga aku berhasil membuka sedikit pintunya dan keluar dengan tubuh menyamping. Sebentar lagi aku dapat keluar dari rumah itu.

“Grep!” Seutas tangan keluar dari pintu dan mencengkeram kakiku erat-erat. Kulitnya kasar dan sangat dingin, dengan kuku-kuku yang panjang namun terlihat patah-patah. Aku melihat ada kayu menggantung di jendela. Jadi tanpa pikir panjang aku ambil kayu tersebut dan memukul tangan makhluk itu dengan sangat keras.

Berhasil! Tangan itu lepas dari kakiku yang menjadi lecet karena keras dan kasarnya dia menggenggam. Aku kembali lari dari rumah terkutuk itu dan bersumpah tidak akan pernah melewati jalannya lagi.

Malamnya, aku bermimpi didatangi makhluk tersebut, yang kembali mengejarku dari dalam mimpi. Aku seperti berada di labirin-labirin yang sepertinya tidak memiliki ujung. Suara-suara cakaran menakutkan kembali datang dari mana-mana, aku tidak tahu dari arah mana ia akan datang.

Ruang demi ruang aku singgahi dengan putus asa dengan harapan aku dapat keluar dari sini. Namun yang aku temui adalah sebuah ruang buntu, persis seperti aku menemukan makhluk itu pertama kali, dengan posisi yang sama, yaitu posisi yang bersiap mengejarku. Aku balik arah, ternyata makhluk itu ada pada sisi lainnya. Aku kembali berbelok, dia juga ada di sana, dia ada juga di sisi satunya, dia mulai muncul dari mana-mana.

BERSAMBUNG!

Apa? Belum selesai? Ini cerita yang super. Aku pasti akan memberi Arif nilai sempurna. Aku bangun dari tempat dudukku dan melihatnya masih menulis. Sepertinya dia masih melanjutkan. Namun aku melihat sesuatu yang tidak beres darinya, teman-temannya juga melihatnya dengan tatapan yang aneh.

Aku menghampiri, dia ternyata menulis dengan mata terpejam, aku juga melihat apa yang ia tulis,

Terima kasih sudah membebaskanku, anak ini sudah jadi milikku, dia lezat, setelah tulisan ini selesai aku akan mulai mencoba anak lainnya.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Horor Pendek 20 : Tragedi Cermin Hotel

    Berikutnya
    Horor Pendek 21 : Wisata Air Terjun


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema horor