Judulnya agak bertentangan sepertinya ya. Tapi memang benar, saya punya alasan mengapa ada tips-tips beriklan yang tidak ingin saya terapkan di blog saya ini.
Berawal dari saya ketika mulai memutuskan untuk memasang iklan lewat Google Adsense di situs saya sebenarnya sudah dari dua tahun lalu sejak artikel ini diterbitkan. Namun ternyata baru di-approve oleh Google awal tahun 2018. Berkali-kali ditolak sebelumnya. Kontennya terlalu sedikit, begitu alasan penolakannya. Wah, padahal waktu itu sudah hampir 200 konten? Masih dibilang sedikit katanya.
Ya know? Setelah di approve, waktu itu sehari jika tidak ada orang yang mengklik iklannya, saya hanya dihargai 11 rupiah per hari. Tidak, saya tidak salah lihat, itu hanya sebuah angka 11, tanpa embel-embel angka 0 apapun di belakangnya, tanpa huruf “K”, dan dalam kurs rupiah. Sebuah nominal yang jika dibuat untuk beli seekor kutu pun tidak akan cukup.
Namun ya Alhamdulillah semakin hari semakin meningkat seiring saya tambah konten di blog ini meskipun pertumbuhan pendapatannya hanya “sedikitttt begete”.
Saya punya teman yang mengerti tentang Adsense, dan melihat dasbor Adsense saya yang ‘memalukan’ itu tepat di depan wajahnya. Tanpa diminta, teman saya yang baik tersebut membeberkan sejumlah tips agar pendapatan iklan yang saya pasang meningkat. Setiap tipsnya diiringi dengan bukti yang begitu wah. Namun sayang, tidak semua tipsnya saya terima. Lah kok?
Berikut tips dari teman saya tentang Adsense yang saya tolak.
Saya pernah mendapatkan klik dari luar negeri (mis. Thailand/Qatar) dan benar, saya bisa mendapatkan lebih dari sepuluh kali lipatnya dibandingkan klik dari orang dalam negeri. Maka dari itu teman saya memberikan tips agar sering-sering membuat artikel yang berbahasa asing. Namun sambil terkekeh sedikit, saya memajukan tangan saya yang menandakan sebuah tolakan halus.
Tidak, saya tidak menolak sarannya sepenuhnya. Mungkin jika suatu saat saya memang perlu menulis artikel dengan bahasa asing, saya akan lakukan. Namun perlu diketahui bahwa situs saya ini saya buat dengan passion saya, dan ini adalah situs pribadi, bukan situs multiple publisher, situs bisnis, atau yang lainnya.
Kalian pasti bingung mengapa saya tidak setuju yang ini. Tenang, saya hampir, atau bahkan setiap minggu selalu menambah konten di blog saya. Tetapi yang jadi masalah adalah, teman saya memberitahukan bahwa banyak sekali situs penyedia artikel gratis, dan saya disarankan agar memperbanyak konten saya dengan menyalin dari situs-situs tersebut.
Lagi-lagi saya membuat angka lima dengan jari-jari sambil memajukan tangan saya. Saya bukan tipikal blogger yang seperti itu. Kamu memposting sesuatu yang kamu sendiri tidak suka hanya karena demi uang. Mengapa kamu berbohong dengan dirimu sendiri? Saya hanya membuat konten orisinil dan konten salinan yang memang menurut saya sangat bagus untuk saya terbitkan ulang di blog saya… seketemunya saja, bukan dari situs-situs penyedia artikel.
Sebenarnya pernah tidak kalian melihat situs yang memiliki terlalu banyak tombol untuk ke halaman berikutnya hanya untuk melihat sebuah artikel? Misalnya, kalian pernah menemukan artikel dengan judul “10 meme terbaik yang viral…” dan kalian hanya melihat sebuah gambar, diikuti dengan 10 tombol untuk menavigasi ke gambar-gambar yang lain.
Jika disajikan dalam bentuk slide maka tidak apa, namun saya biasanya langsung menutup tab browser karena setiap klik tombol navigasi (halaman 2, misalnya) browser harus melakukan loading ulang. Tujuannya hanya untuk menambah Page Views yang dapat berimbas pula ke penghasilan Adsense mereka.
Saya hanya tersenyum lucu dan berkata, “Tidak, terima kasih.”
Jika saya membuat artikel dengan judul “20 meme super lucukkk sampe kalian mampus ketawa”, saya lebih memilih untuk memposting gambar semuanya dalam satu halaman. Kalian pastinya lebih memilih untuk skrol-skrol untuk melihat gambarnya daripada harus klak-klik tombol dan memuat ulang situsnya demi untuk melihat gambar berikutnya, ‘kan?
Bukan hanya teman saya, bahkan Google Adsense pun menyarankan saya untuk melakukan hal serupa. Apa itu? Yaitu menaruh iklan di tengah-tengah artikel. Saya pernah terjebak dengan istilah Auto Ads yang ternyata adalah itu. Saya salah karena hanya membaca beberapa manfaat-manfaat awalnya saja.
“Biarkan Google yang mengatur sisanya.” Begitu baris terakhir yang saya baca.
Ketika saya terapkan kodenya di blog ini dan menunggu lima menit kemudian, ternyata yang saya dapatkan adalah artikel atau konten saya tiba-tiba selalu diselingi banner iklan setiap beberapa baris sekali. Dan itu menurut saya mengganggu. Makanya saya langsung hapus skripnya dan biarkan konten saya mengalir dengan sendirinya.
Ini masih saya pertimbangkan, karena saya baru merasa cukup ketika menaruh iklan di awal artikel, di sidebar, dan di postingan serupa (related content). Saya belum tahu ingin menaruh iklan di mana lagi. Yang pasti, saya benar-benar hindari pemasangan iklan di pop-up yang muncul tiba-tiba seperti yang terjadi di film-film Suzanna, dengan tombol ‘close’ yang menyatu dengan iklan. Oh, please, no.
Saran ini tidak saya tolak, melainkan saya pertimbangkan. Saya hanya menolak iklan yang dalam satu artikel saja dapat memiliki sampai lebih dari 19 iklan, termasuk iklan di pop up, iklan-iklan melayang di pojok dengan suara-suara yang saya bahkan tidak tahu berasal dari mana, dan iklan yang menghantui dari belakang saya.
Betewe, setiap memuat iklan itu pastinya menguras kuota kalian juga lho…
Saya sebisa mungkin mempertahankan pelayanan saya kepada para pembaca, apalagi setelah saya pasang iklan di mana pendapatan saya berasal dari para pengunjung. Di satu sisi, saya juga tetap memboostup penghasilan saya lewat iklan, meski saya hanya jadikan sebatas hobi dan sampingan saja.
Ada beberapa tips yang saya buat dan saya terapkan.
Saya penggemar jalan-jalan dan cerita horor. Saya juga senang menulis masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Saya pun senang memposting hal-hal unik seperti gambar-gambar humor dan sebagainya. Ini jelas suatu keuntungan untuk saya jika saya posting semuanya dalam porsi yang adil. Maksudnya adil, saya tidak begitu menganaktirikan kategori lain (Mentang-mentang saya suka cerita horor, saya tidak pernah lagi menulis cerita humor).
Terkadang ide datang dari mana saja. Maka dari itu saya langsung membuat draft dan menjadwalkan kapan saya harus meneruskan artikel yang saya simpan di-draft tersebut untuk kemudian saya publish. Jadi hampir setiap minggu atau bahkan setiap minggu kalian akan menemukan postingan-postingan baru dari Anandastoon.
Apa salahnya memberi sesuatu yang dapat dilakukan pengunjung di luar dari membaca blog saya selama sesuatu tersebut tidak memperlambat blog saya? Saya beri fitur diskusi, voting, dan sebagainya, serta fitur yang selalu saya ubah-ubah.
Apa itu? Yakni fitur “Related Posts” atau artikel terkait yang disediakan oleh Google namun disisipkan iklan maksimal tiga di antaranya, seperti yang dapat kalian lihat setelah form pengisian komentar.
Saya katakan ini cerdas karena Google secara otomatis memilihkan iklan yang berhubungan dengan artikel saya dan menyatukan dengan konten-konten saya yang lain. Kalian pun tidak akan merasa tertipu karena sudah diberi tahu di bagian bawah masing-masing artikel terkait tersebut mana yang merupakan iklan dan mana yang tidak.
Banyak artikel saya yang mendapatkan tempat di halaman pertama Google bahkan peringkat pertama. Kok bisa? Bisa banget. Saya hanya memastikan konten saya menjawab seluruh pertanyaan dari apa yang dicari orang-orang.
Sekalipun ada yang nyasar ke situs saya karena hal yang dicari lewat search engine (Google, Bing, Yahoo!) bukan artikel yang dia inginkan, saya tetap mempertimbangkan untuk membuat artikel yang dia inginkan tersebut. Barangkali ada banyak orang yang mengalami hal serupa.
Dari mana saya tahu bahwa banyak orang yang sering nyasar ke blog saya? Saya memiliki catatan siapa saja para pengunjung dengan apa kata kuncinya hingga dapat masuk ke situs saya. Jadi saya dapat menjadi agen FBI dadakan hehe… Tenang saja, ini hal privasi kok. IP kalian terkubur manis di catatan saya. 🙂
Ehm, ini tidak berpengaruh banyak sebenarnya. Namun entah kenapa semenjak saya beralih menggunakan HTTPS, Google mengindeks situs saya lebih baik lagi dan pengunjung saya bertambah dua, hingga hampir tiga kali lipat setiap harinya. Bagi yang belum tahu apa itu HTTPS, dipersilakan untuk membaca artikel saya berikut.
Saya buat artikel bagus namun tidak ada yang tahu. Di situ kadang saya merasa mules. Makanya saya sering memberitahukan artikel-artikel saya tersebut via Facebook, atau bahkan LinkedIn. Tidak jarang kemudian orang-orang membagikan artikel saya jika mereka merasa itu bermanfaat.
The power of emak-emak, eh social media maksudnya. Mengapa tidak dimanfaatkan?
Siapa di sini yang tidak suka dengan kemajuan bermanfaat yang terjadi mendadak? Misalnya, kalian senang naik kereta, dan tiba-tiba ada penambahan rute/rangkaian kereta yang bahkan kalian tidak pernah dengar sebelumnya. Atau tiba-tiba pemerintah meresmikan sebuah wanawisata murah yang kalian tidak tahu kapan dibangunnya kok tiba-tiba jadi saja.
Surprise banget pastinya ~
Yup, saya mengusahakan untuk melakukan hal serupa di blog saya ini. 🙂
Setiap keluhan dan komplain insyaAllah selalu saya dengarkan kok… Jadi, silakan komplain yang banyak. Saya tunggu di kolom komentar hehe…