Studio Alam TVRI     Jika kamu merasa butuh melihat pemandangan yang sejuk dan hijau setelah lelah seminggu bekerja, Studio Alam TVRI adalah salah satu tempat yang menjanjikan. Terletak di Jalan Raden Saleh, Kecamatan Sukma Jaya, Depok, tempat ini menyediakan nuansa alam yang masih asri dan menyenangkan pandangan.

NB: Untuk update juni 2016 ada di yang paling bawah.

     Saya dari Jakarta berangkat dengan menggunakan Kopaja 63 jurusan Depok dari Blok M, atau melalui KRL kemudian turun di Stasiun Depok Baru (Bukan Stasiun Depok (saja), karena cukup jauh). Kemudian naik angkot 09 dari depan terminal Depok yang biasa ngetem di belakang terminal samping flyover. Perlu diketahui, angkot ini berbeda dengan angkot yang lainnya dikarenakan ini mungkin satu-satunya angkot yang berwarna pink seperti susu strawberry dan berangkat sekitar 8 menit sekali.

     Jika naik dari tempat mangkalnya, angkot ini akan berputar di bawah flyover sebelum akhirnya melaju ke arah tujuan. Namun ketika keluar pangkalan menuju kolong flyover, saya harus menghadapi antrian panjang angkot-angkot lain yang rupa-rupa warnanya sebelum berputar. Saya berpikir angkot yang saya naiki harus menunggu angkot-angkot lain yang juga mencari sewa, namun ternyata tidak juga karena tidak selama yang dikira. Gerah memang, namun untungnya tidak lama.

     Ketika angkot berputar di bawah flyover, saya agak bengong karena masing-masing supir angkot membayar sejumlah uang kepada sejumlah oknum, baik yang berseragam maupun yang tidak. Kok rasanya mereka seperti dipalak ya? Ah, mungkin cuma prasangka saja. Perjalanan pun menyenangkan karena suasana desa benar-benar nikmat dipandang mata di sekitar kali Ciliwung yang dilewati angkot tersebut. Saya juga minta diberi tahu kepada penumpang lain jika memang telah tiba ketika saya baru pertama kali ke sana. Ngomong-ngomong, paska kenaikan BBM beberapa saat lalu, biayanya sebesar Rp. 5.000 rupiah.

  • Tiba
Studio Alam TVRI

Gerbang Utama

     Tidak begitu jauh dari turunnya saya dari angkot, terdapat pintu masuk studio alam yang ternyata berada di tengah-tengah kawasan pemukiman penduduk. Jadi jika tidak jeli atau bertanya, maka awalnya saya pasti mengira dari angkot itu hanya lahan penduduk biasa. Ke arah gerbang pun jalannya menurun, pantas saja tidak terlihat dari angkot. Kali pertama saya mengunjunginya, saya sempat ‘lolos’ dari penagihan biaya masuk untuk pejalan kaki sebesar 1.000 rupiah, benar-benar tidak ditagih, saya tidak tahu kenapa. Namun, kini terdapat palang parkir yang membuat pejalan kaki agak sulit memasuki gerbang karena harus nyempil ke sudut palang.

     Pertama kali yang saya lihat selain danau adalah dua buah patung yang berbentuk seperti tentara yang sedang membawa senjata mirip bazooka (lihat gambar di paling awal. Saya lupa ambil gambarnya, jadi saya ambil dari internet :p). Tetapi setelah dilihat baik-baik, ternyata bukan senjata melainkan kamera, ya ampun. Dan itu bukan tentara melainkan patung wartawan. Tipuan mata yang hebat.

     Kemudian saya langsung ambil kiri, di mana persis di sebelah danau pemandangan yang saya lihat adalah bebek-bebekan semacam sanggar yang sepertinya tidak terpakai dan gapura yang berada di atas bukit kecil juga mushalla. Tetapi saya lebih memilih menuju danau dahulu.

  • Danau
    Narsis di danau

    Narsis di danau

    Studio Alam TVRI

    View hutan ke arah danau

     Saya lapar, namun kantin di sebelah danau hanya menyediakan mie instan dan makanan ringan lainnya, padahal saya ingin nasi. Akhirnya terpaksa saya beli mie, di kantin tersebut ternyata ada yang jual hamburger, ya sudah saya juga beli. Kemudian dengan memasang tripod, saya langsung menghajar pemandangan tersebut dan ber-selfie bahagia sambil diliatin orang-orang sekitar dan beberapa anak muda yang sedang berpacaran sampai bosan. Lalu saya mengambil jalan arah hutan.

  • HutanStudio Alam TVRI Studio Alam TVRI Studio Alam TVRI Studio Alam TVRI Studio Alam TVRI

     Jika kamu mencari Studio Alam TVRI di Google, yang muncul kebanyakan yang angker-angker. Seperti suara cekikikan Ms. itu, dan lain-lain, dan lain-lain. Itulah mengapa saya baca-baca sewaktu berjalan-jalan ke dalam hutannya. Semakin ke dalam, semakin sepi. Orang yang pacaranpun semakin sedikit, eh…

     Sebenarnya ada sebuah bangunan apa gitu, pokoknya tua banget. Bangunannya pun terlihat sangat-sangat terbengkalai bahkan dindingnya telah dihuni pohon-pohon. Saya tidak berani mengambil gambarnya karena memang cukup menyeramkan.

Studio Alam TVRI

Pilih yang mana?

     Semakin lama ke dalam benar-benar hampir seperti di dalam hutan belantara. Bahkan semakin ke dalam, saya justru dihadapkan dengan dua pilihan jalan dengan sebuah halte kecil (baca:padepokan) di tengah-tengahnya seakan-akan menunggu saya untuk duduk berpikir memutuskan jalan yang mana yang harus saya ambil.

     Akhirnya saya mengambil yang kiri, namun malah semakin masuk dan hari mulai gelap. ya sudah saya pun kembali lagi juga karena sudah lelah. Namun jika saya mengambil jalan ke sebelah kanan, terdapat rumah-rumah yang sering dipakai syuting hingga saat ini dan saya sempat menonton alurnya.

     Berikut adalah beberapa foto yang warnyanya telah saya tajamkan.

Foto galau...

Foto galau…

Studio Alam TVRI

Keluar dari hutan kembali menuju danau

Studio Alam TVRI

Pe We di pondokan.

Studio Alam TVRI

Foto Prewedding :p

  • Beristirahat

     Di atas bukit kecil di samping gapura yang saya sebutkan di atas, saya membuka laptop. Ternyata internetan cukup kencang di sana. Kadang sambil tidur-tiduran dengan melihat pemandangan berupa orang pacaran panorama alam yang memukau dan danau sambil menikmati alunan musik yang lembut dari headset. Jika memang ingin men-charge baterai laptop atau handphone, di mushalla tersedia banyak colokan.

Studio Alam TVRI

Senja di atas bukit kecil

  • Pulang

     Baru setengah 6, tempat sudah sepi. Saya bahkan merasa benar-benar sendirian pada saat itu. Semakin sore, bahkan menjelang maghrib, benar-benar tidak ada pencahayaan sama sekali di sana, kecuali dari mushalla, dan rumah-rumah penduduk di seberang danau. Tak heran mengapa tempat ini begitu angker.

     Saya pun shalat maghrib di mushalla dengan seorang bapak yang mungkin petugas di sana. Namun alangkah kagetnya saya ketika selepas shalat maghrib saya hampir tidak dapat melihat apa-apa diluar.

Studio Alam TVRI

Maghrib yang gelap

Studio Alam TVRI

Maghrib yang mencekam

     Saya pun keluar dari tempat itu dan menunggu angkutan yang sangat lama. Bahkan saya dan teman saya suatu ketika pernah berjalan keluar dari Jalan Raden Saleh untuk bertemu angkutan sejauh 1.3 Km (berdasarkan Google Maps). Namun ketika pertama kali saya ke sana setelah menunggu sekian lama, ada angkot biru 06 yang mengangkut saya. Mengapa bukan 09? Saya kira 06 memang trayeknya juga ke sana. Namun setelah saya berbincang bincang, ternyata angkot sudah tidak ada selepas maghrib. Batas keluar terminal sekitar pukul setengah enam sore, kecuali dari terminal Depok. Bukan karena peraturan terminal, tetapi katanya karena sewanya tidak ada. Namun, bagi supir yang masih ingin mengangkut, kadang suka terlihat berkeliaran selepas maghrib.

  • Tambahan

     Jika kamu dari pintu masuk tidak mengambil jalan ke arah danau, melainkan ke kiri, kamu akan menemukan tempat pemancingan.

Studio Alam TVRI

Tempat pemancingan

     Namun apabila kamu mengambil jalan lurus dari dua buah patung wartawan, kamu akan menemukan pemandangan ini (mohon maaf bila fotonya terganggu oleh sebuah sosok di bawah ini).Studio Alam TVRI DSCN3140_fhdr

     Ketika sore, di danau banyak kerbau pintar yang membersihkan diri…

Studio Alam TVRI

Kebo pun mandi,masa kamu enggak? :p

 

  • Update Juni 2016
  1. Tarif masuk kini sudah 2.000 rupiah.
  2. Banyak bangunan-bangunan tua yang kini telah direnovasi menjadi lebih modern sehingga menghilangkan kesan orisinil taman.
  3. Tempat sudah semakin kurang terawat karena banyak sampah.
  4. Penjaga yang agak kurang memiliki etika dalam memperingatkan pengunjung.
  5. Saya terakhir kali berkunjung Juni 2016 tidak melihat adanya bebek-bebekan, sehingga saya tidak yakin apakah permainan itu sudah dihapus atau dalam maintenance.
  • Lokasi Google Map

[flexiblemap center=”-6.4209172,106.843747″ width=”100%” height=”500px” zoom=”15″]

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Berikutnya
    Mutiara Di Pinggir Kota : Taman Lembah Gurame Depok


  • 3 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    1. hutannya luaaaaaasss.. ngga nyangka di depok masih ada tempat seasik ini

    2. Kalau photo disini surat izinnya buat mahadidwa susah ga

      • Mohon maaf Ibu Rini, saya hanya pengunjung biasa jadi tidak mengetahui bagaimana prosedur untuk event mahasiswa. Setahu saya yang petugas di sini tidak terlihat seperti orang resmi jadi seharusnya tidak terlalu masalah.

        Jika hanya dokumentasi pribadi menggunakan karema DSLR dan tripod, saya pun pernah melakukannya dengan bebas tanpa biaya tambahan apa pun.

        Terima kasih. 🙂

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas