Berawal ketika saya dan partner kerja sedang membicarakan masjid-masjid di Jakarta yang memiliki tampilan yang elok dan menawan, yang barangkali rekan kerja saya bisa melakukan tur religi ke beberapa masjid tersebut. Kemudian terpikirkan oleh saya mengenai beberapa masjid yang pernah membuat saya nyaman untuk beribadah di dalamnya, terutama saat saya sedang melakukan kegiatan travelling.
Memang tidak semua masjid nyaman untuk saya lakukan kegiatan ritual ibadah di dalamnya. Hingga akhirnya saya menuliskan artikel berikut untuk menjabarkan apa saja faktor yang membuat rumah ibadah menjadi begitu nyaman. Ini penting karena rumah ibadah dapat menjadi ikon bagi pemeluknya itu sendiri.
Berikut beberapa hal yang menjadi sorotan saya untuk menilai apakah sebuah masjid benar-benar memiliki fungsionalitas yang maksimal atau tidak.
Merupakan hal manusiawi jika seseorang menilai sesuatu dari tampilan luar terlebih dahulu. Begitu pun dengan masjid. Siapa yang tidak tergoda untuk hadir di tempat ibadah yang dari jauh sudah terlihat begitu mentereng? Lagipula, arsitektur baik eksterior ataupun interior yang sangat indah dapat menjadi kebanggaan di depan pemeluk agama lain.
Tetapi perlu dicatat bahwa terlalu menonjolkan sisi arsitektur ini seringkali membuat aspek yang lainnya terabaikan. Tidak jarang saya lihat banyak orang-orang yang mengais sumbangan di tengah jalan yang menyebabkan kemacetan yang serius atau bahkan sampai menaruh halangan di tengah jalan, hanya untuk membangun kubah masjid saja.
Mengapa banyak pemukiman menengah ke bawah memiliki masjid yang begitu mewah?
Saya khawatir sikap terlalu mengedepankan estetika suatu masjid dapat mengarah kepada sifat berbangga-bangga dan berlomba-lomba membangun masjid yang bagus.
Namun tetap, masjid yang memiliki arsitektur yang menawan atau unik akan lebih menarik untuk dikunjungi daripada masjid yang terlihat tidak terurus.
WC yang indah pun dapat menjadi marketing sendiri bagi suatu masjid. Benar bahwa masjid adalah tempat ibadah, bukan WC umum. Tapi kita tidak dapat menampik kenyataan bahwa banyak sekali orang yang berlalu-lalang di jalan terkadang telah sampai hajatnya dan mencari tempat untuk melepaskannya. Masjid dapat memanfaatkan kesempatan ini.
Masjid yang memiliki toilet yang bersih dan bagus, syukur jika disertai dengan kamar mandi sekaligus, akan menambah betah orang yang berkunjung dan menggunakan toilet masjid tersebut. Harapannya, orang yang berkunjung dapat terkesan dengan kenyamanan masjid yang ia singgahi dan bisa mendapatkan hidayah untuk beribadah di dalamnya.
Saya pernah berkunjung ke masjid biasa yang toiletnya sudah seperti hotel bintang lima. Saya merasa berdosa jika saya tidak menjadi jamaahnya, dan tidak mengabarinya kepada yang lain. Jamaah yang lain pun akan bahagia karena uang yang telah ia taruh di kotak amal dimanfaatkan dengan begitu maksimal.
Saya tahu bahwa tidak semua masjid tidak memiliki lahan ekstra untuk dimanfaatkan, bahkan seringkali saya temui beberapa masjid didirikan bersebelahan dengan pemakaman.
Terkhusus masjid yang memiliki lahan kosong yang tidak memiliki empunya atau lahan kosong yang tidak dimanfaatkan, mengapa tidak disulap menjadi taman yang dapat membantu jamaah meraih kenyamanan dalam beribadah.
Saya pernah mendatangi masjid yang memiliki taman kecil di halamannya. Saya yang setelah shalat zhuhur dapat duduk-duduk bersandar di teras masjid sambil memandangi taman tersebut dan itu membantu saya menyegarkan pikiran. Belum lagi taman masjid dapat membuat udara menjadi lebih sejuk.
Bahkan saya pernah mendatangi sebuah masjid yang memiliki air terjun buatan di dinding halamannya. Semoga hal ini dapat membuat hati jamaah menjadi lebih tertambat di masjid.
Faktanya, banyak masjid megah yang seakan ‘begitu bangga’ menggunakan banyak tangga hanya untuk mencapai ruang shalatnya. Seakan masjid-masjid tersebut tidak menyadari bahwa dari jamaahnya ada yang merupakan lansia atau bahkan pengguna kursi roda. Sedikit sekali masjid yang menggunakan ramp untuk para pengguna kursi roda.
Lagipula, tidak jarang masjid yang seolah-olah menyuruh para jamaah akhwat/wanita untuk shalat di atas lantai shalat jamaah ikhwan/pria. Beberapa pernah saya temui jamaah perempuan mengeluh bahwa betisnya tidak lagi sesehat dahulu untuk naik tangga.
Lebih bagus lagi jika ada masjid yang menggunakan blind tile untuk orang tuna netra.
Dari sini saya hanya ingin kita sadar bahwa masjid pun seharusnya peduli dan ramah disabilitas. Karena seperti yang telah saya sebutkan di paragraf awal, bahwa masjid dapat menjadi ikon bagi pemeluknya, yaitu para muslim itu sendiri.
Saya pernah mengunjungi suatu masjid yang marbotnya begitu galak dengan jamaah. Saya bersumpah tidak akan mengunjungi masjid itu lagi.
Mengapa sebuah masjid dibangun namun di dalamnya sama sekali tidak tercerminkan akhlak Baginda Nabi saw. yang mulia? Apa kata pemeluk agama lain nanti? Apalagi jamaah adalah customer bagi pengelola masjid itu sendiri. Dari mana mereka akan mendapatkan uang di kotak amal selain daripada pelanggan (baca: jamaah) tetap mereka?
Mungkin banyak masjid bagus namun sepi jamaah karena petugasnya sangat tidak cerdas dalam memikat hati para jamaahnya, bahkan cenderung keras kepada anak-anak.
Musafir di sini bisa saya artikan juga sebagai orang yang sedang ‘lewat’. Saya begitu menghargai jika ada masjid yang memang menyediakan tempat khusus bagi orang yang ingin beristirahat sejenak, terkhusus istirahat siang yang merupakan sunah Nabi. Bahkan saya menghargai jika ada masjid yang sengaja tidak mengunci gerbangnya agar setiap orang yang sedang dalam perjalanan dapat merasakan indahnya beristirahat di area masjid.
Jadi, hanya ruang ibadah saja yang terkunci, apalagi demi melindungi kotak-kotak amal dari tangan-tangan jahil, sedangkan area teras tetap terbuka untuk siapa pun selama 24 jam.
Lebih mulia lagi, jika tersedia air minum gratis dan colokan listrik untuk para jamaah yang membutuhkan. Tidak mengapa jika para pendatang dianjurkan dengan lembut agar berpartisipasi dalam pembangunan masjid dengan cara mengisi kotak amal khusus yang diletakkan di luar.
Ketika masjid tidak hanya dipakai tempat ibadah semata atau dengan tambahan ruang untuk anak-anak mengaji, mengapa tidak sebuah masjid memiliki aula khusus yang bisa disewakan untuk mereka yang memiliki hajat tertentu seperti pengajian akbar hingga pernikahan?
Terlebih, Sebuah masjid dapat menjadi sangat istimewa jika memiliki website mandiri. Jasa penyedia blog yang gratis pun tidak masalah. Mengapa tidak dipekerjakan saja siswa/mahasiswa secara paruh waktu untuk mengisi konten masjid tersebut?
Kontennya tidak selalu berisi jadwal penceramah Jumat atau info seputar masjid saja. Artikel mengenai hukum fikih dan konten islami lainnya, atau bahkan berita mengenai kawasan sekitar masjid tersebut dapat menjadi konten unggulan tersendiri bagi website tersebut.
Atau setidaknya, adanya majalah dinding yang diganti secara periodik dapat membuat masjid tersebut menjadi lebih aktif dan informatif.
Yang terakhir dan yang terpenting, masjid seharusnya memudahkan setiap jamaah yang ingin berkunjung kepadanya. Pastikan seluruh rambu terpasang dengan jelas, dari rambu parkir, peta lokasi, rambu toilet dan tempat wudhu untuk jamaah pria dan wanita, petunjuk arah tempat shalat, batas shaf dan batas suci, tempat penitipan barang, hingga pakaian penunjang ibadah seperti sarung dan mukena, Al-Qur’an, buku-buku fikih, dan buku-buku berwawasan lainnya.
Mengapa cukup banyak masjid hari ini yang sepertinya sudah kehilangan wibawa untuk membangun umat? Jangankan membangun umat, jumlah jamaahnya saja semakin menipis dari hari ke hari. Sangat menyedihkan.