Hari ini, di mana dunia sudah menjadi serba digital dan otomatis, apa pun dapat dijadikan sebagai mata pencaharian, termasuk dalam dunia hiburan. Video game tidak luput dari salah satunya. Seringkali saya dengar orang-orang seusia saya menggaungkan kata mabar (main bareng) dan sesekali mengelu-elukan gamer panutan mereka.
Saya sebenarnya setuju tidak setuju dengan fenomena dimana bermain video game menjadi daftar mata pencaharian yang sangat penting. Mengapa? Hari ini mungkin karena banyaknya media yang memblowup atau melebih-lebihkan profesi seorang gamer, tidak jarang saya lihat remaja-remaja yang sepertinya tiada saat tanpa ngegame.
Terlebih, beberapa dari mereka mencoba peruntungan menjadi bagian dari tim pemain dari sebuah video game yang katanya penghasilan pemainnya bisa milyaran per bulan. Saya agak sedikit terganggu dengan itu. Bukan karena profesi gamernya, namun sepertinya banyak orang yang belum siap menerima berita sebombastis itu.
Jika kita berbicara permainan zaman dulu yang mana grafiknya masih pixelated dan kaku, seperti permainan-permainan di konsol Atari, Nintendo Entertainment System dan versi supernya, Sega Genesis dan Megadrive, sampai Playstation 1, kita mengingat bahwa banyak juga orang-orang yang berbondong-bondong memainkan permainan yang bergrafik ‘kabur’ tersebut.
Padahal zaman dulu sepertinya belum ada profesi gamer yang begitu dielu-elukan seperti sekarang, tetapi mengapa industri video game begitu subur saat pertama kali mereka dilahirkan ke dunia?
Ternyata setelah saya pikir-pikir memang ada cukup banyak manfaat bermain video game di luar mencari penghasilan atau sekedar refreshing semata. Saya mendapatkan lima buah.
Mungkin beberapa dari kita banyak yang sudah terlalu penat dengan aktivitas sehari-hari dan perlu adanya kalibrasi otak di akhir hari. Bermain video game dapat membantu untuk menyeimbangkan kedua belah sisi otak. Apa maksudnya?
Kebanyakan video game menuntut diri kita untuk menakar porsi seimbang untuk otak. Jadi bukan hanya kita fokus dengan teknik bermain di video game tersebut, namun juga banyak dari kita yang mungkin terangsang dengan indahnya grafik atau musik di video game yang sedang kita mainkan.
Inilah kenapa entah grafik atau musik menjadi salah satu elemen terpenting dalam sebuah video game dimana ternyata banyak gamers yang secara tidak langsung peduli dengan salah satu komponen tersebut atau bahkan keduanya.
Dulu, saat video game jadul yang grafiknya masih minim alias pixelated atau kaku, nyatanya hampir setiap gamer tetap menikmatinya. Di lain sisi, menyediakan grafik yang sangat bagus dengan batasan memori yang sangat minim menjadi tantangan setiap pengembang video game tersebut untuk menyajikannya serealistis mungkin.
Tapi justru, dengan grafik yang begitu terbatas tersebut, secara tidak langsung mencetuskan teori, “Biarlah grafik yang terbatas, imajinasi kita tidak” yang mana itu cukup berhasil membuat gamers pada saat itu meliarkan imajinasi mereka. Hal ini tentu saja dapat merangsang otak kanan agar dapat lebih kreatif.
Begitu pun dengan beberapa video game masa kini yang mana grafik masih menjadi salah satu sarat untuk membuat video game tersebut dilirik oleh banyak gamers.
Masih terkait dengan poin sebelumnya tentang imajinasi. Tentu saja dari sebuah imajinasi yang liar kemungkinan dapat mencetuskan sebuah inspirasi yang menantang siapa pun yang mendapatkannya untuk menerapkannya sebagai bagian dari hasil karyanya.
Misalnya, dari grafik pixelated berikut, di ambil dari Mega Man 5 di stage Crystal Man.
Siapa sangka, dari grafik yang sarat limitasi atau batasan tersebut, telah berhasil mencetuskan sebuah inspirasi kepada seorang desainer digital art untuk membuat karya yang memukau. Dari grafik Mega Man di atas, muncul karya seperti ini,
Dan inspirasi tersebut bukan hanya sebatas desain, melainkan juga musik, sastra (puisi/artikel), dan konten kreatif lainnya. Bisa juga misalnya dari jalan cerita sebuah permainan, dapat diangkat menjadi sebuah novel atau bahkan film layar lebar yang mana kita sudah tahu beberapa akannya.
Bahkan saya pribadi, memiliki hasrat untuk terjun ke dunia fotografi pertama kali hanya karena tertarik pada beberapa background level di permainan Candy Crush Soda yang pernah saya bahas di artikel berikut.
Beberapa video game benar-benar melatih insting untuk menebak apa yang seharusnya terjadi beberapa saat setelah itu. Tingkat kewaspadaan tinggi yang dilatih oleh beberapa video game inilah yang menjadi potensi bagi beberapa gamers untuk diterapkan juga di dunia nyata.
Apalagi di saat yang paling klimaks dan merepotkan, atau tepatnya ‘adegan paling seru’ di sebuah video game, dapat melatih kelincahan saraf motorik kita sehingga membuat kita lebih reflek dan tidak kaku, selama porsinya tepat dan tidak berlebihan.
Bahkan beberapa video game melatih kita untuk benar-benar berolahraga pada saat itu. Bayangkan berapa kalori ekstra yang dapat dibakar pada saat itu dibandingkan dengan kegiatan mengisi waktu kita yang mungkin sebagian besarnya hanya dihiasi dengan tidur-tiduran.
Beberapa video game yang memiliki fitur multiplayer, jika diatur dengan baik dapat melahirkan solidaritas dan kerjasama tim yang kental. Bahkan jika memang gamers memiliki bekal akhlak atau etika yang kuat dari kecil, fitur multiplayer dalam sebuah video game dapat menjadi ajang sportivitas atau bahkan silaturahmi bagi banyak gamers.
Begitu juga dengan decision making skill atau kemampuan untuk mengambil keputusan yang sebenarnya begitu mahal di dunia kerja, seorang gamer yang terlatih dapat dengan mudah memiliki kemampuan ini. Pernyataan, “jangan sampai salah langkah” seringkali diterapkan saat bermain video game.
Melihat banyaknya manfaat yang dapat dipetik dari bermainΒ video game tersebut seharusnya dapat membuat kita benar-benar merasakannya dan menerapkannya di dunia nyata.
Faktanya justru, banyak gamers yang saya perhatikan seperti tidak memiliki masa depan, hanya bermain saja dan setelah itu sudah. Ditambah lagi dengan kemampuan kerja beberapa gamers yang buruk, atau kemampuan berimajinasi yang sangat rendah seakan manfaat dari bermain video game tersebut tidak berhasil mereka raih.
Terlebih, bermain video game bagi sebagian gamers membuat waktu mereka semakin tidak berkualitas dan bahkan memperburuk etika mereka. Hal ini tentu saja begitu disayangkan karena esensi dari video game tersebut gagal mereka raih.
Semoga kita tidak demikian.
Sebagai penutup, ada salam dari grafik manis Super Mario Bros. U. π