Penghasilan tambahan, dapat kita cari lewat pekerjaan sampingan (side hustle) atau bahkan penghasilan pasif.
Tentu saja banyak sekali orang-orang, termasuk saya, yang sangat menginginkan untuk memiliki penghasilan tambahan. Apalagi di zaman yang mana inflasi atau kenaikan harga telah menjadi sesuatu yang tidak dapat terelakkan.
Belum lagi dengan adanya kenyataan pahit bahwa inflasi yang terus-menerus terjadi ternyata tidak selaras dengan penghasilan utama kita.
Seorang pengikut saya di Instagram pernah menyarankan saya untuk berbagi tips tentang bagaimana mendapatkan pundi-pundi tambahan.
Saya yang memang terkadang juga memiliki penghasilan tambahan akan membagikan tipsnya kepada kalian. Saya hanya terpikirkan lima, tapi… nikmatilah. 😉
Pernah saya singgung di artikel saya mengenai masalah perburuan penghasilan pasif, di mana banyak orang yang sepertinya lebih memilih untuk berburu penghasilan-penghasilan pasif sedangkan penghasilan aktifnya menjadi sedikit terabaikan.
Perlu kita ketahui, bahwa bukanlah hal baik untuk mengorbankan produktivitas penghasilan aktif kita untuk sesuatu yang belum pasti.
Penghasilan tambahan itu datang dan pergi. Pundi-pundi sampingan terkadang begitu sulit untuk kita dapatkan. Dan saat kita telah mendapatkannnya pun belum tentu penghasilan yang kita terima sesuai dengan yang kita harapkan.
Maka dari itu, jangan sampai pencarian dan pengerjaan penghasilan sampingan itu kita lakukan pada jam kerja. Selain sulit maksimal, pekerjaan sampingan yang dikerjakan saat jam kerja sangat berisiko tinggi.
Jika atasan kita memergoki kita sedang melakukan sesuatu yang lain pada saat jam kerja dan mengganggu produktivitas, ia mungkin akan mengambil tindakan tegas untuk kita. Tindakannya mulai dari teguran ringan, bahkan hingga pemberhentian kerja.
Padahal, perusahaan bersedia menaikkan gaji kita jika kita lebih produktif. Mungkin kenaikan gaji itu lebih baik daripada sebagian penghasilan tambahan yang kita buru.
Menyediakan waktu tambahan adalah solusi yang paling jitu untuk berburu penghasilan tambahan tanpa mengganggu penghasilan aktif kita.
Perusahaan tidak melarang kita memiliki penghasilan tambahan selama itu tidak mengganggu produktivitas karyawan. Sebab jika karyawan tidak profesional, operasional perusahaan akan terganggu yang mana itu dapat menurunkan laba perusahaan.
Sebenarnya banyak sekali opsi pekerjaan sampingan yang tersedia di mana-mana.
Kita mungkin dapat melakukan beberapa pekerjaan sekaligus. Atau kita justru kebingungan mana pekerjaan sampingan yang dapat kita ambil.
Tipsnya mudah, carilah yang benar-benar sesuai dengan hobi kita.
Jika pekerjaan sudah selaras dengan hobi, sekali pun kita kelelahan dengan pekerjaan itu, kita masih tetap akan menikmatinya.
Jangan sampai perburuan pekerjaan sampingan membuat kita seolah seperti orang yang putus asa dan sangat memerlukan uang. Hal itu dapat membuat kita tidak bahagia dan tidak akan pernah cukup dengan apa yang kita dapatkan.
Sama seperti seseorang yang menjadi pelayan restoran di waktu senggangnya, namun karena ia adalah introvert, ia menjadi tidak maksimal dalam melayani pelanggannya.
Dulu ada rekan kerja saya yang hobi mengajar. Jadi setelah jam kerja (pukul 17), ia langsung pergi ke tempat mengajarnya dan mengajar hingga malam hari. Ia terlihat lelah namun ia menikmatinya.
Bukankah melakukan aktivitas yang selaras dengan hobi dapat terhitung sebagai hiburan?
Saya adalah programmer, yang menjadi CTO (Chief Technology Officer) di perusahaan yang saya bangun sendiri bersama tim.
Meskipun terkadang saya ingin mencari penghasilan tambahan karena hasrat duniawi, namun bukan berarti saya menghabiskan waktu saya untuk mencari-cari lowongan purna waktu.
Saya justru menghabiskan waktu saya untuk menambah kemampuan koding dan memperdalam pengetahuan IT saya. Bahkan saya berlangganan Medium seharga $50 per tahun yang disubsidi oleh rekan saya.
Kemampuan yang telah saya asah, saya kemudian terapkan kepada pekerjaan utama saya. Alhasil, semuanya menjadi efisien dan hemat waktu. Saya dapat menggunakan sisa waktu kerja untuk berinovasi.
Saat kita merasa kemampuan (skill) kita sudah mumpuni, peluang kita untuk mendapatkan penghasilan tambahan pun semakin besar. Karena di luar sana, tentu saja jutaan orang pun sedang memburu penghasilan tambahan pula.
Bahkan dengan tingginya kemampuan, selain kita dapat dengan mudah meraih proyek sampingan, kita juga menjadi percaya diri untuk menawarkan harga tinggi saat menawarkan jasa kita.
Saya sendiri beberapa kali pernah memiliki proyek IT sampingan seperti membuat sistem administrasi dan website yang bernilai di atas sepuluh juta rupiah yang dapat saya selesaikan dalam kurun waktu kurang lebih dua minggu.
Bayangkan jika saya tidak pernah mengasah kemampuan saya. Mungkin saat ada proyek sampingan masuk, saya kebingungan ingin mematok harga berapa, dan mengukur lama waktu yang saya perlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Jangan kita bayangkan bahwa pekerjaan sampingan itu sesimpel menyelesaikan sebuah tugas. Misalnya, ada klien ingin kita buat kan sesuatu, kemudian kita selesaikan, kita dapat balas jasa, sudah. Tidak, tidak pernah sesimpel itu.
Dari pertama saja, sang klien mungkin memberikan kita penjabaran dari keinginan-keinginannya yang begitu rumit. Apalagi ada beberapa klien yang gemar menganggap enteng segala sesuatu.
Belum lagi jika di tengah-tengah ada revisi mendadak yang lumayan menyita waktu dan tidak sesuai dengan biaya yang telah disepakati di awal.
Saat sudah selesai pun, ada beberapa klien yang senang menunda-nunda pembayaran, bahkan hingga ‘kabur’ tak berbekas. Benar, ada dari klien yang tidak membayar jasa kita.
Atau yang paling normal, saat klien tiba-tiba menginginkan sesuatu yang sangat urgen dan darurat saat kita tidak memiliki waktu yang tersedia. Memang hal itu terjadi sesekali, namun bukan berarti menutup kemungkinan bahwa kita akan mengalami hal itu.
Saya sendiri sudah pernah mengalami dan menghadapi berbagai kelakuan pelanggan.
Dengan memahami manajemen risiko, seseorang bisa lebih siap dalam menghadapi berbagai perilaku klien.
Apalagi klien dapat menjadi jantung bisnis sampingan kita. Maksudnya, jika seorang klien sangat puas dengan layanan kita, ia akan menjadi marketer gratis yang memasarkan produk kita ke sesama rekan sang klien.
Sebaliknya, jika seorang klien sangat tidak puas dengan layanan kita, ia akan menghalangi orang lain untuk menggunakan jasa kita.
Seorang pekerja kasar pernah mengeluh bahwa di usianya yang sudah kepala tiga, ia masih berada dalam kehidupannya yang sulit. Sang pekerja menginginkan kehidupan yang lebih baik lagi, namun ia tidak mengetahui caranya.
Saya katakan, “Jika teman-temanmu yang sering nongkrong di warkop itu berkualitas, pasti hidupmu sudah lebih baik sekarang.”
Saya tidak menyalahkan kegiatan duduk-duduk di warung kopi. Sewaktu saya masih tinggal di indekos yang lama, saya pun sering duduk-duduk menghabiskan sebagian waktu saya di warung kopi.
Namun saya hanya berbincang dengan orang-orang yang punya impian dan misi. Saya pun bertemu beberapa orang.
Salah satunya bahkan pernah mempertemukan saya dengan seseorang yang ingin memiliki situs web dan bersedia membayar saya hingga Rp35 juta.
Memang yang bersih saya dapatkan dari proyek tersebut ‘hanya’ Rp18 juta. Karena sisanya saya pakai untuk biaya server dan melakukan bagi hasil kepada rekan saya tersebut sebagai rasa terima kasih.
Belum lagi saya memiliki teman yang bersedia mencarikan saya pekerjaan sampingan. Jadi saya hanya duduk manis di atas meja kerja saya dan jika saya beruntung, ia dapat menghubungi saya kapan pun.
Memiliki rekan untuk kita ajak berburu pekerjaan sampingan, bukan hanya mempermudah kita dalam mendapatkannya, juga mempermudah kita dalam menyelesaikannya.
Jadi jangan khawatir penghasilan kita akan berkurang karena harus kita bagi dengan partner kita. Percayalah, itu lebih baik daripada kita mengerjakannya sendirian yang mana berbagai risiko selalu menghantui kita setiap saat.