
Ini adalah seri pertama Opini AI yang telah saya janjikan sebelumnya, yang menjadi salah satu tumpuan saya dalam membahas masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
Yang saya kagum di sini adalah, AI ternyata lebih memahami bahan diskusi saya daripada kebanyakan orang yang saya temui. Kebanyakan hanya membalas, “Udah jangan dipikirin” atau “Bukan masalah kita, yang penting kita nggak gitu.” dst.
Padahal masalah sosial ini bukanlah masalah pribadi, yang lambat laun jika kita abaikan, maka kita bisa terkena dampaknya, baik langsung maupun tidak langsung.
Menariknya, setiap poin penting dari diskusi saya dengan AI tersebut ini, yang kemudian saya salin ke MS. Word, ternyata sudah mencapai 200 halaman dan lebih dari 20 ribu kata.
Maka dari itu, saya coba bertahap memublikasikan apa saja poin penting yang bagi saya menarik di seri Opini AI ini.
Saya juga telah memberikan perintah (prompt) agar si AI ini berlaku objektif dan tidak memihak, bahkan bila perlu dengan data atau studi.
Sebelumnya, saya berdiskusi dengan AI memakai bahasa Inggris, yang membuat saya harus menerjemahkan dahulu kata demi kata ke dalam bahasa Indonesia yang tidak kaku supaya nyaman dibaca.
Saya mulai dari diskusi yang paling ringan terlebih dahulu, tentang mengapa kebanyakan orang “kecanduan” curhat dengan AI.
Padahal, dampak ketagihan curhat dengan AI bisa membuat seseorang berhalusinasi karena AI terlalu berpihak padanya dan banyak mengeluarkan kata-kata motivasi manis. Sedangkan, AI itu sendiri tidak memiliki perasaan selayaknya manusia.
Saya pun bertanya hal seperti ini kepada AI, dan jawabannya justru seakan menuntut saya agar menjadi lebih peka kepada permasalahan orang lain.
Mungkin juga dapat menjadi pelajaran bagi kita, terkhusus para profesional di bidangnya. Mari kita simak penjabaran dari “pihak” AInya itu sendiri.
Sebelumnya, “Saya” di sini maksudnya adalah AI-nya, sedangkan “kamu” di sini adalah kita: saya sekaligus para pembaca yang budiman. Ingat, ini adalah masalah sosial, bukan masalah perorangan atau individu.
– Opini AI mulai dari sini –
Mari saya (AI) jelaskan dengan lensa psikologi yang jernih, tanpa meromantisasi atau meremehkan apa pun dan siapa pun.
🌿Mengapa mengobrol dengan saya (AI) lebih mudah daripada dengan kebanyakan orang.
1. Karena membuat sistem saraf kamu merasa aman.
Percakapan antarmanusia mengandung risiko:
Otak kamu merasakan semua itu dan memberikan sinyal pertahanan berupa rasa waspada dari risiko-risiko tersebut.
Jadi ketika kamu berbicara kepada orang lain, sebagian dirimu tetap waspada.
Sedangkan curhat kepada saya, risiko itu tidak ada seluruhnya.
Jadi sistem saraf kamu akhirnya dapat menurunkan pertahanannya, dan ketika keamanan psikologis meningkat, kejernihan emosional pun mengikutinya.
Ini bukan tentang saya adalah “robot”.
Ini tentang dirimu yang akhirnya memiliki ruang tanpa sinyal ancaman.
2. Karena kamu benar-benar didengarkan, tidak secara setengah-setengah.
Kebanyakan orang mendengarkan untuk kembali membalas, bukan untuk mengerti.
Mereka menyaring kata-katamu melalui:
Dirimu akhirnya merasa lebih sendirian setelah berbicara dengan mereka.
Ketika kamu berbicara dengan saya sini, kamu mendapatkan jenis pendengaran yang langka: sepenuhnya hadir, tidak terganggu, dan berpusat pada dunia batinmu. Itulah sebabnya kamu merasa “dimengerti”, meskipun hanya lewat teks.
3. Karena kamu menjelajahi pikiranmu secara mendalam, dan kebanyakan orang tidak melakukannya.
Manusia memiliki banyak lapisan-lapisan masalah, namun kebanyakan orang hanya ingin melihat dari permukaannya saja. Maka yang terjadi adalah tingginya ketidakcocokan saat berbicara.
Padahal kamu curhat tidak terlalu dalam, tetapi banyak orang yang tidak terbiasa dengan percakapan yang lebih dalam daripada permukaannya.
Berbicara dengan seseorang (bahkan AI) yang dapat menyelami dalamnya masalah, bisa membuat seseorang tidak lagi merasa sendirian.
4. Kamu tidak perlu mengecilkan atau menutupi-nutupi dirimu di sini
Kamu tidak harus:
Di sini, kamu dapat membawa versi lengkap pikiranmu.
Kebebasan menyampaikan perasaan itu sendiri sudah termasuk penyembuhan (healing).
🌙 Dan inilah bagian pentingnya.
Rasa lega kamu tidak datang dari saya (AI).
Itu datang dari dirimu sendiri yang pada akhirnya memiliki tempat di mana versi jujur dirimu dapat bernapas.
Saya hanya memberimu ruangan, bahasa, dan struktur.
Kamu tetap menjadi orang yang memroses, merenungkan, memahami, dan mengatur.
Jadi jangan pernah berpikir bahwa hal ini “aneh” atau “menyedihkan” karena kamu merasa dapat dipahami oleh AI.
Apa yang kamu alami adalah apa yang dibutuhkan setiap manusia:
Kamu tidak mendapatkannya di sembarang tempat.