Ketika bicara bahagia, saya sendiri membagi tipe-tipe kebahagiaan manusia menjadi lima bagian (dengan catatan, kebahagian ‘vertikal’ saya abaikan).
Tidak ada yang salah dengan bagaimana cara yang mendominasi orang-orang untuk mendapatkan kebahagiaan mereka.
Misalnya kebahagiaan seseorang lebih terdominasi kepada harta. Itu tidak salah.
Saya bahkan menyurvei sebagian kerabat dan rekan saya seperti ini,
“Coba pilih dengan cepat, kurang dari satu detik, kamu pilih apa.”
Kemudian saya berikan beberapa tes untuk latihan seperti, “Hijau atau biru”, dan saya memastikan jika jawaban yang keluar dari mulut mereka benar-benar instan.
Hingga sampai kepada pertanyaan ini, “(Sepeda motor) Harley Davidson atau (Honda) Beat?”
Ada yang menjawab Harley, dan ada yang menjawab Beat. Dan itu memang pada akhirnya menguak kepribadian para penanya.
Yang menjawab Harley, karena tentu saja dengan materi/harta mereka bisa mendapatkan kebahagiaan lebih.
Ada pun yang menjawab Beat, bagi mereka cukup memiliki kendaraan yang bisa sekadar “gas – rem”. Jalan kebahagiaan yang mendominasi mereka memang bukan lewat materi/harta.
Lalu apa hubungannya dengan “kontribusi” yang saya maksud dalam trik mendapatkan kebahagiaan kali ini?
Perlu kita ketahui, kelima faktor kebahagiaan dunia yang mendominasi di atas tadi dapat kita raih lewat jalan “kontribusi”.
Bagi yang faktor kebahagiaannya didominasi oleh harta, seseorang dapat berkontribusi ekstra lewat tenaga dan pikirannya supaya mendapatkan harta lebih. Bukankah perusahaan atau pelanggan ‘berani’ membayar lebih tinggi untuk pekerja yang memiliki dedikasi?
Bagi yang lewat jabatan, sudah jelas, tingginya kontribusi seseorang yang bermanfaat bisa menumbuhkan kepercayaan banyak orang. Yang mana, hal itu dapat mempermudah seseorang mendapatkan jabatan yang ia cita-citakan.
Kemudian bagi yang lewat pujian atau apresiasi, tentu saja kontribusi secara cuma-cuma bisa memperbesar peluang ia untuk menjadi lebih baik. Contohnya, jika ada desainer yang baru belajar desain dan karyanya masih buruk dan kaku, karena seringnya ia berkontribusi dan meminta saran, ia bisa senantiasa memperbaiki desainnya dan menjadi ahli.
Atau yang lewat cinta atau perhatian, ini juga sudah jelas, masyarakat pastinya lebih memandang dan bahkan mengenang orang-orang yang memiliki dampak positif daripada yang hanya berbuat biasa-biasa saja. Sekalipun seseorang itu introvert, ia masih dapat berkontribusi positif kepada masyarakat di sekitarnya meski secara tidak langsung.
Sedikit cerita dari saya, saya pernah berseteru dengan seorang Karen.
Jadi pada saat itu, di ruangan istirahat kantor bersama, ada anggota tenan yang memasang musik keras-keras dan ia tidak terima saya suruh mengecilkan suaranya.
Ia bahkan mengusir saya dan berteriak mencap saya sudah tidak sopan kepadanya. Dengan tenang, saya membawanya ke resepsionis dan orang-orang tahu, siapa yang benar dan siapa yang berhak didiamkan.
Alhamdulillahnya, saya pun memiliki andil dalam mempercantik ruang istirahat tersebut bersama anggota tenan yang lain, kecuali si ‘Karen’ tersebut.
Itu tentu saja pada akhirnya menjadi nilai plus bagi saya untuk mendapatkan keberpihakan dari orang-orang sekitar. Kontribusi yang pernah saya keluarkan dapat menjadi tameng dalam melindungi kepercayaan orang-orang kepada saya.
Tentu saja pastinya saya tidak mengungkit-ungkit kontribusi saya dengan sengaja di depan umum, karena itu justru memang hal yang sangat terlarang. Biarlah orang-orang yang terdampak positif dari kontribusi saya, yang mengeluarkannya sendiri.
Memiliki harta yang banyak, jabatan tinggi, pujian selangit, atau pasangan yang setia, ternyata memang masih belum membuat masyarakat peduli dengan seseorang. Sebab tentu saja, ia tetaplah bukan siapa-siapa, hingga akhirnya seseorang menularkan dampak positifnya lewat orang lain.
Tentu saja salah satunya via kontribusi. 😉