Sebenarnya saya memiliki cerita imajinasi sendiri dari semenjak saya SD, namun karena saya tidak begitu mahir menggambar dan membuat komik, akhirnya saya pendam hingga saya memutuskan hari ini agar ditulis kasarnya. Sudah berapa tahun itu?
Ini adalah sebuah cerita mengenai seorang anak perempuan remaja yang bernama Annisa. Tubuhnya tegap, lumayan langsing, cukup cantik, dan hampir selalu memakai pakaian warna hijau dari mulai baju, rok, bahkan hijabnya karena memang itu warna kesukaannya.
Annisa sendiri memiliki karakter yang unik, yaitu rambutnya tidak pernah terlihat karena tertutup hijab dan bahkan ketika tidur. Jujur saya sendiri tidak tahu bagaimana rambutnya. Annisa juga tidak ingin bagian tubuhnya yang terlihat disentuh oleh non-mahramnya, atau kemarahannya akan meledak-ledak, meski hanya bersifat sementara. Sifatnya yang lainnya adalah, dia cukup pemarah, namun kepedulian dan empatinya cukup tinggi.
Annisa memiliki seorang sahabat sejati yang bernama Mutia Andala. Seorang perempuan berkacamata, bertubuh langsing namun sangat konyol. Annisa selalu dibuat kesal dan dibuat sangat repot olehnya dan pipinya selalu dicubit oleh Annisa. Bahkan jika memang sedang sangat marah, Annisa tidak tanggung-tanggung mengeluarkan jurus siksaannya hingga Mutia teriak-teriak kesakitan.
Dibalik itu semua, Mutia sebenarnya adalah orang yang cerdas dan memiliki berbagai macam solusi dari setiap permasalahan. Hidupnya selalu ceria dan sangat bersahabat. Hal inilah yang membuat Annisa betah bersahabat dengannya.
Tokoh lainnya adalah Vina. Saya belum tahu apa nama panjangnya. Seorang perempuan yang juga memiliki tubuh cukup ideal ini adalah teman Annisa. Seseorang yang konservatif, tanggap, dan kalem.
Annisa bertemu Mutia dan Vina ketika di SMA.
Setelah lulus, di kampus Annisa bertemu dua orang yang baru lagi, kali ini dua-duanya adalah laki-laki.
Seseorang yang bertubuh tegap dan agak kurus, cukup tampan. Dia adalah Rio Hendra. Sifatnya yang penasaran, hangat, dan bersemangat membuat nilai tambah untuknya. Dia dapat menyetir dan senang berpetualang, sehingga Rio sering menjadi supir dan penunjuk jalan setiap ada kegiatan jalan-jalan. Rio juga memiliki sifat yang dapat dikatakan sedikit konyol dan aneh, dia ternyata bersahabat pula dengan Mutia. Dan Mutia kadang menjadi sebab di mana Rio sering mendapat sasaran amarah dari Annisa.
Sedangkan satunya adalah Setiawan. Bertolak belakang dengan Rio, Setiawan cukup gemuk namun sangat disegani karena cukup jenius dan sedikit pendiam. Namun, Setiawan sama sekali tidak dapat mengendarai kendaraan apapun serta sangat tidak menyukai jika ada seseorang yang meledeknya karena itu. Sifat tambahan yang lainnya, Setiawan adalah orang yang berkacamata dan menyukai Doraemon, hubungannya juga kurang akrab dengan Mutia.
Kemudian karena jarak kampus dengan rumah Annisa cukup jauh, Annisa memutuskan mencari indekos yang murah. Didapatlah sebuah indekos unik berlantai kayu dan tidak memiliki plafon seperti atap di ruang tengahnya, maksudnya, plafonnya langsung bagian atas bangunan rumah yang tidak disusun dengan genteng, melainkan seperti atap rumah Shinchan serta Doraemon. Mungkin boleh dikatakan internit ya?
Indekosnya cukup murah karena hanya perombakan dari rumah yang sudah tidak dipakai. Memiliki 2 tingkat dan 10 pintu. 5 tingkat di bawah untuk wanita, dan 5 tingkat di atas untuk pria. Tanpa diduga, ternyata teman-teman Annisa yang disebutkan di atas itu juga menghuni indekos yang sama. Diikuti oleh tokoh selanjutnya,
Sebenarnya awalnya dimulai ketika Annisa masih SMA, kemudian lulus dan kuliah. Ketika kuliah Annisa tinggal di indekos dan di sinilah terjadi banyak kejadian menarik.
Kemudian Aldian yang pertama kali meninggalkan indekos untuk menikah dengan seorang gadis cantik yang sangat lugu dan centil namun sebenarnya dia adalah seorang yang sangat menguasai ilmu bela diri. Walaupun sudah menikah, hubungannya dengan kawan-kawannya tetap hangat.
Lalu kemudian Annisa menikah dengan seorang pria, memiliki anak dan jalan cerita baru kembali dimulai. Hingga anaknya besar dan tokoh utama cerita berpindah ke anaknya.
Cerita ini sebenarnya humanis – komedi seperti Crayon Shinchan, Chibi Maruko Chan, dan anime-anime lainnya tanpa ada suatu titik jalan cerita khusus yang dibuat lebih. Poin yang cukup dilebihkan di sini adalah kekuatan pikiran pada episode tertentu pada beberapa tokoh seperti film Jimmy Neutron, tetapi tentu saja berbeda pengaplikasiannya (andai saya bisa menggambarkannya di sebuah kertas).
Mungkin di sini urutan ceritanya akan saya buat random mengingat tidak semua episodenya saya ingat. Yah namanya dari SD…