Traveling Berpahala

Hampir setiap orang menyukai jalan-jalan alias piknik alias traveling. Bahkan beberapa traveler mania senang mendokumentasikan agenda piknik mereka dalam beberapa media agar dapat dikonsumsi masyarakat, baik media cetak maupun digital, baik dalam bentuk tulisan maupun foto/video.

Sebagian karya traveling yang dituangkan seringkali disisipkan kalimat ajakan bahkan tidak sedikit yang mengait-kaitkan dengan disiplin ilmu tertentu, termasuk ilmu agama. Tidak jarang saya menemukan artikel yang menyebutkan bahwa piknik adalah salah satu perintah agama, atau piknik adalah bagian dari menjalankan perintah agama. Lebih ekstrem lagi, ada yang mengatakan bahwa bagi muslim itu hukum traveling adalah wajib.

Saya mengernyitkan dahi. Bukan saya ingin membantah semua artikel tersebut, namun saya hanya tidak nyaman dan menimbulkan sebuah pertanyaan besar bagi benak saya. “Apakah semua kegiatan traveling berpahala? Bagaimana dengan mereka yang belum memiliki kesempatan untuk melakukan traveling?”

Belum lagi jika saya menemukan banyak hal saat traveling yang justru tidak sesuai dengan kaidah agama itu sendiri. Katakanlah buang sampah sembarangan atau berjalan mesra dengan non-muhrimnya, tetapi juga tidak sedikit dari traveler yang saya temui justru seakan meremehkan ibadah wajib dengan alasan kelelahan.

Sudah banyak postingan jalan-jalan saya di blog ini yang saya tulis, namun alhamdulillah tidak ada satu pun shalat yang saya tinggal. Maka saya kembali mempertanyakan, apakah semua kegiatan traveling adalah berpahala? Atau traveling yang seperti apa yang insyaAllah dapat meraih pahala dan manfaat?

Saya terpikir untuk menulis artikel ini. Ada beberapa receh dari saya yang semoga harapannya dapat membuat traveling kalian benar-benar mendulang pahala dan manfaat.


Doa dan niat

Yap, dari yang paling mudah ditebak dahulu. Ibadah vertikal itu sudah pasti penting bebs. Kita berniat bahwa kita traveling karena Allah Ta’ala, traveling niatnya ingin bertafakur dan mendapatkan manfaat dari traveling sendiri. Ingin mengamalkan ayat al-Quran yang memerintahkan kita untuk saling mengenal antarsuku dan antarbangsa.

Pastikan kita juga senantiasa berdoa sebelum, saat, bahkan setelah melakukan perjalanan. Terapkan sunnah-sunnah Rasulullah salah satunya adalah bertakbir saat jalanan menanjak dan bertasbih saat jalanan menurun. Pelan saja bertakbirnya agar tidak mengganggu pengguna jalan lain atau bahkan sampai menimbulkan stigma tertentu hehe.

Selagi ingat dan ada kesempatannya, mengapa tidak untuk membasahi bibir dengan lantunan-lantunan zikir sepanjang perjalanan?

Kalau saya biasanya sambil mendengarkan musik namun liriknya saya ganti dengan lirik zikir atau puji-pujian kepada Allah. Saya bukanlah ‘penganut’ mazhab yang mengatakan musik itu haram, namun tetap tujuan saya mendengarkan musik salah satunya jika mendapatkan momen yang pas saat perjalanan maka saya bersyukur dan barangkali dari sana saya bisa mendapatkan banyak inspirasi.

Lebih ekstrem lagi? Selalu menjaga salat di awal atau setidaknya pertengahan waktu jika memungkinkan setiap traveling.

Yang paling ringan? Setidaknya ingat Allah saat berpetualang atau tiba di tempat indah.


Part-time volunteer

Perlu diketahui bahwa kita hidup di negara yang kebanyakan masyarakatnya masih belum mengamalkan kedisiplinan. Saya bahkan sudah bosan dengan artikel-artikel traveling yang komplain tentang sampah yang mengotori tempat indah yang kita datangi.

Mengapa kita tidak mulai yang membersihkan sampah-sampah tersebut jika memang tidak adanya petugas kebersihan di tempat wisata tersebut? Atau sekali pun ada, kita ikut membantu petugas kebersihan dalam meringankan tugas mereka. Apalagi jika diniatkan untuk ibadah, selain kita memberikan manfaat kepada orang lain, insyaAllah perbuatan kita diganjar pahala oleh Allah Ta’ala.

Lebih ekstrem lagi? Kita membawa kaleng cat untuk membersihkan fasilitas-fasilitas dari coretan vandalisme orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan menjadikan fasilitas tersebut menjadi lebih baru.

Yang paling ringan? Saya beberapa kali pernah menyiram lantai di area batas suci musala tempat pariwisata yang sangat kotor dengan air dari keran wudu.


Peta berjalan

Banyak dari tempat wisata masih memiliki navigasi yang menyulitkan pengguna. Jangankan tempat wisata, bahkan di jalan raya sekali pun banyak papan penunjuk jalan yang membuat bingung.

Nah, selagi kita mendapatkan kesempatan seperti itu dan memang kita sudah berpengalaman dalam traveling, mengapa tidak mencari orang yang kebingungan dan bertanya apa masalahnya dan menunjukkan arah kepada orang tersebut apabila memang ia tersesat.

…Engkau menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat juga sedekah…” (HR. Tirmidzi No. 1879)

Namun pastikan memberitahunya dengan singkat, tidak menggurui, dan lemah lembut. Karena barangkali orang yang sedang tersesat tersebut sedang tidak ingin moodnya diganggu karena dikhawatirkan ia akan malas untuk bertanya ke sembarang orang pada kesempatan selanjutnya.

Alih-alih kita mendulang kebaikan, justru semuanya buyar hanya karena kita tidak menunjukkan jalan dengan baik. Padahal kita sudah berlelah-lelah untuk membantu orang lain, namun nyatanya kita tidak mendapatkan apa-apa.

Lebih ekstrem lagi? Kita mengorbankan harta kita untuk memasang rambu-rambu yang dapat memudahkan navigasi orang lain.

Yang paling ringan? Kita memberitahu orang terdekat di lingkungan kita mengenai bagaimana kemudahan akses ke tempat wisata tersebut, jadi bukan hanya bercerita kegiatan bersenang-senang kita saja.


Doraemon di dunia nyata

Saya selalu membawa barang tambahan sewajarnya jika suatu saat saya membutuhkannya seperti plester luka dan antiseptik, atau hanya sekedar obat-obatan ringan. Bisa jadi ketika kita tidak membutuhkannya, orang lain ternyata yang membutuhkan. Bukankah berpahala jika kita dapat membantu orang lain?

Bahkan tidak hanya sekedar P3K, saya membawa powerbank dan kipas mini di tempat kosong pada ransel saya. Terbukti alhamdulillah beberapa gadget telah saya selamatkan hehe…

Lebih ekstrem lagi? Kita memiliki tenaga lebih untuk membawa tas khusus peralatan sekunder saat kita travelling yang telah kita campurkan niat di dalamnya untuk membantu orang lain saat mereka memerlukannya.

Yang paling ringan? Kita melebihkan sedikit perbekalan kita jika kita suatu saat sampai di waktu yang biasanya orang-orang kehabisan bekal.


Timbal balik maksimal

Saya pernah melihat seorang pendaki saat mendaki Gunung Prau sendirian memiliki ransel gunung yang bertuliskan, “Kasihan anak muda sekarang cuma kenal mall dan kafe doang!”

Saya membatin, “Apa tujuan ia mendaki gunung hanya untuk mengeluarkan kalimat tersebut?”

Katanya traveling untuk tafakur, untuk menuai pelajaran, namun setelah bertemu kasur empuk di rumahnya hampir-hampir tidak ada yang berubah dalam dirinya, kecuali hanya untuk membuat iri orang lain yang belum mendapatkan kesempatan untuk traveling. Mana hasil tafakurnya say?

Tidakkah kita juga memiliki tanggung jawab untuk mengimplementasikan tafakur kita saat di tempat yang bahkan kita tidak tahu itu? Apakah dengan kegiatan traveling itu kita menjadi lebih dewasa dan bijaksana?

Lebih ekstrem lagi? Produktivitas kita semakin meningkat hingga lima kali lipat setelah kita traveling atau membuat kita dapat semakin bergairah berkarya karena kita mendapatkan oleh-oleh segudang inspirasi dari apa saja yang kita temui sepanjang jalan.

Yang paling ringan? Setidaknya kita bersyukur dan memahami bahwa kita memerlukan perjuangan lebih hanya untuk bertamasya. Tidak setiap orang seberuntung kita.


Antropologi terealisasikan

Salah satu ayat Al-Qur’an yang telah kita dibahas bahwa kita dianjurkan untuk saling mengenal antarsuku dan antarbangsa dengan traveling. Lalu bagaimana dengan hasil kita bertraveling yang seringkali digadang-gadang sebagai traveling halal atau muslim traveler?

Memang betul pada akhirnya kita mengetahui bahwa daerah ini memiliki budaya seperti ini, sehingga pengetahuan kita bertambah. Namun apakah hanya ingin menggapai titik saja setelah itu?

Lebih ekstrem lagi? Kita dapat memilah apakah tradisi yang telah kita temui baik atau buruk, mengambil hikmahnya dan mengetahui apa yang harus diubah atau ditinggalkan. Kemudian kita tuangkan ke dalam sebuah karya untuk memberikan edukasi kepada orang-orang.

Yang paling ringan? Kita mengaplikasikan hal yang positif dari budaya asing yang kita temui minimal kepada diri kita sendiri dahulu.


Aset bangsa

Mengapa banyak jargon bahwa negeri ini yang katanya indah namun sektor pariwisatanya tidak seheboh negara-negara tetangga? Ada apa gerangan?

Indonesia ini memang indah dan luas, namun beberapa tempat wisata yang telah saya kunjungi dan terhitung dekat dari Jakarta saja sudah banyak yang hampir-hampir tidak dapat diakses dan memiliki banyak keluhan dari jalanan yang rusak, pungli merajalela, dan petugas yang tidak ramah. Bagaimana dengan wisata yang jauh dari pusat kota?

Padahal dengan adanya celah yang begitu besar dari sisi pariwisata ini kita dapat berpartisipasi dalam menjadi anak bangsa yang benar-benar berguna bagi negara. Pastinya akan banyak orang yang memanen manfaat dari kepedulian kita.

Lebih ekstrem lagi? Kita membuat laporan kepada pemerintah atas hal-hal negatif yang kita temui di tempat wisata. Bahkan jika kita memiliki harta lebih, kita dapat andil dalam pembangunan tempat wisata tersebut. Seperti memperbaiki jalannya, membangun fasilitasnya, melakukan pengadaan barang atau jasa, dan sebagainya.

Yang paling ringan? Kita memberitahu orang lain lewat review yang ditulis secara lengkap mengenai bagaimana tempat wisata tersebut dan memberikan rating sejujur-jujurnya dan sebijak-bijaknya.


—<(Wallaahu A’lam Bishshawaab)>—

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Mari Berkarya: Tips Jitu Dari Rasulullah Tentang Inovasi

    Berikutnya
    5 Alasan Mengapa Menuntut Ilmu Dunia Itu Penting


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas