TOA Masjid Berisik

Saya gemar untuk mengecek apa yang para pembaca blog-blog Anandastoon cari lewat Google.

Semenjak saya terbitkan sebuah artikel mengenai bagaimana tips saya untuk meredam suara berisik bagi kalian yang ingin tidur dengan damai, saya menemukan hal yang menarik dari kata kunci para pembaca.

Banyak sekali yang mengunjungi artikel saya tersebut karena terganggu dengan pengeras suara masjid.

Berikut bukti dari bagaimana para pembaca mengunjungi artikel tips saya di atas lewat kata kunci “TOA Masjid Berisik” atau yang serupa dengan itu:

TOA Masjid Berisik

Sebelumnya, saya pernah menjadi remaja masjid dan 6 dari 8 tempat tinggal saya (termasuk indekos) benar-benar bersebelahan/berseberangan dengan masjid.

Tetapi saya akui memang ada segelintir masjid yang senang meraung-raung dan mengganggu warga sekitar lewat pengeras suaranya. Dari 6 masjid yang menjadi tetangga saya, ada satu masjid yang pengurusnya memang “gila” TOA.

Saya sendiri tidak pernah mempermasalahkan azan dan tahrim subuh, atau tilawah di hari Jumat. Tetapi saya mempermasalahkan masjid yang berkoar-koar di luar jam-jam yang seharusnya.

Contoh, ada masjid yang membangunkan orang sahur pukul 2 malam, dan itu berlangsung sampai pukul 3. Atau meraung-raung mengemis kepada para warga saat ada pembangunan atau kerja bakti membersihkan masjid, dari pagi hingga sore. Semuanya lewat pengeras suara.

Bagaimana pandangan saya sendiri mengenai speaker masjid? Artikel kali ini saya kemas dalam bentuk tanya jawab.


1.

Apakah TOA masjid bagian dari syiar?

Sebelumnya, kita pahami dahulu arti syiar. Secara mudah, syiar itu dapat berarti “broadcast”.

Syiar Islam itu sendiri dapat kita artikan sebagai menyiarkan dakwah, memperkenalkan atau mempromosikan ajaran Islam.

Cara untuk melakukan syiar Islam bisa lewat media sosial, ceramah langsung, lewat pengeras suara masjid, atau hanya lewat budi pekerti/akhlak yang baik.

Tetapi syiar pun harus menghormati waktu dan tempat.

Syiar yang menghormati tempat contohnya seperti, kita hampir tidak pernah melihat adanya syiar Islam di diskotik, di tempat ibadah umat lain, atau bahkan di toilet.

Di Quora, saya pernah mendengar ada seseorang dari Jepang komplain jika ia risih mendapatkan ‘ceramah’ mengenai Islam saat ia sedang berjalan santai. Dia bilang, “It’s a big No No” dan itu membuat ia menjadi semakin enggan mendekati Islam.

Benar-benar sebuah ironi jika kita melihat orang-orang yang melakukan syiar Islam namun hanya membuat orang-orang semakin jauh dari Islam.

Begitu pun dengan syiar yang menghormati waktu. Ada waktu-waktu khusus di mana syiar itu harus berkumandang. Apalagi jika menggunakan pengeras suara.


2.

Warga tidak pernah komplain dengan suara speaker hajatan/dangdutan, tapi kenapa komplain dengan suara TOA masjid?

Bagi saya, itu adalah sebuah pertanyaan egois.

Jika saya tanya kembali, darimana seseorang tahu jika tidak ada warga yang komplain karena terganggu suara speaker hajatan/dangdutan?

Bahkan pengurus masjid yang ‘seenaknya’ melemparkan tuduhan bahwa tidak ada warga yang komplain dengan pengeras suara lain, saya yakin mereka tidak pernah peduli dan simpati kepada para warga itu sendiri.

Atau singkatnya, para pengurus masjid tersebut hanya peduli dengan nafsu/ego mereka saja dalam mencari-cari pembenaran agar mereka leluasa memainkan TOA masjid.

Lagipula, apakah pengurus masjid ingin merendahkan martabat syiar Islam menjadi sekelas hajatan/dangdutan dengan berprasangka seperti itu?

Perlu kita ketahui, saya pernah berjumpa dengan beberapa orang yang komplain dengan suara-suara keras yang terjadi di sekeliling rumahnya. Dari mulai suara knalpot bising, suara tangis anak kecil yang tak kunjung berhenti, suara perbaikan jalan, hingga pengeras suara.

Tetapi kepada siapa mereka dapat komplain? Kita tahu sendiri bahwa sedikit sekali dari masyarakat kita yang terbuka dengan komplain. Alih-alih didengar, justru komplain yang terlontar bisa berujung kericuhan.

Pada akhirnya korban polusi suara hanya dapat pasrah.

Kita bisa sedikit berempati dengan mencari keluhan-keluhan mereka yang terganggu dengan pengeras suara di Google atau mesin pencari lain, dan itu cukup menyayat hati.


3.

Adakah perintah ulil-amri dalam memanajemen pengeras suara masjid?

Salah satu syariat Islam yang tertera langsung dalam AlQuran adalah taat kepada pemimpin atau ulil amri.

Sangat lucu jika ada orang yang katanya ingin bersyiar tapi yang mereka lakukan secara nyata melanggar syariat itu sendiri.

Berikut adalah peraturan ulil amri mengenai batasan pengeras suara masjid.

Berpedoman pada Instruksi Direktur Jenderal Bimas 101/1978, penggunaan pengeras suara masjid pada waktu tertentu secara terperinci adalah sebagai berikut:

  • Waktu Subuh

a. Sebelum waktu subuh, dapat dilakukan kegiatan-kegiatan dengan menggunakan pengeras suara paling awal 15 menit sebelum waktunya. Kesempatan ini digunakan untuk membangunkan kaum muslimin yang masih tidur, guna persiapan shalat, membersihkan diri, dan lain-lain

b. Kegiatan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dapat menggunakan pengeras suara keluar. Sedangkan ke dalam tidak disalurkan agar tidak mengganggu orang yang sedang beribadah di masjid

c. Adzan waktu subuh menggunakan pengeras suara keluar

d. Shalat subuh, kuliah subuh, dan semacamnya menggunakan pengeras suara (bila diperlukan untuk kepentingan jama’ah) dan hanya ditujukan ke dalam saja

  • Waktu Dzuhur dan Jum’at

a. Lima menit menjelang dzuhur dan 15 menit menjelang waktu dzuhur dan Jum’at diisi dengan bacaan Al-Qur’an yang ditujukan ke luar

b. Demikian juga suara adzan bilamana telah tiba waktunya

c. Bacaan ahalat, do’a pengumuman, khutbah dan lain-lain menggunakan pengeras suara yang ditujukan ke dalam

  • Ashar, Maghrib, dan Isya

a. Lima menit sebelum adzan dianjurkan membaca Al-Qur’an

b. Saat datang waktu shalat, dilakukan adzan dengan pengeras suara ke luar dan ke dalam

c. Sesudah adzan, sebagaimana lain-lain waktu hanya menggunakan pengeras suara ke dalam

  • Takbir, Tarhim, dan Ramadhan

a. Takbir Idul Fitri, Idul Adha dilakukan dengan pengeras suara ke luar

b. Tarhim yang berupa do’a menggunakan pengeras suara ke dalam dan tarhim dzikir tidak menggunakan pengeras suara

c. Pada bulan Ramadhan di siang dan malam hari, bacaan Al-Qur’an menggunakan pengeras suara ke dalam

  • Upacara hari besar Islam dan Pengajian

Tabligh/pengajian hanya menggunakan pengeras suara yang ditujukan ke dalam dan tidak untuk ke luar, kecuali hari besar Islam memang menggunakan pengeras suara yang ditujukan ke luar.

Bahkan di negara Islam itu sendiri, seperti di Arab Saudi, peraturannya bisa jauh lebih keras lagi. Seperti membatasi volume tidak boleh melebihi sepertiga dari maksimalnya.


4.

Apakah pandangan Nabi Muhammad saw., atau para sahabat beliau mengenai hal ini?

Secara mengejutkan, Rasulullah saw., beliau pernah menegur beberapa sahabat beliau agar memelankan bacaan alQuran mereka.

Sabda beliau saw.,

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beri’tikaf di Masjid, lalu beliau menedengar mereka (para sahabat) mengeraskan bacaan (Al Qur’an) mereka. kemudian beliau membuka tirai sambil bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya setiap kalian tengah berdialog dengan Rabbnya, oleh karena itu janganlah sebagian yang satu mengganggu sebagian yang lain dan jangan pula sebagian yang satu mengeraskan terhadap sebagian yang lain di dalam membaca (Al Qur’an) atau dalam shalatnya.”
(HR. Abu Daud & Ahmad)

Sayyidina Umar bin Khattab ra memberi teguran keras kepada dua orang Tha’if yang melantangkan suara di masjid Nabawi. “Andaikan kalian adalah penduduk Madinah, niscaya aku akan menghukum (mencambuk) kalian. Kalian telah mengeraskan suara di masjid Rasulullah saw” (HR Al-Bukhari). Hal ini juga berlaku untuk masjid selainnya.[sumber]


5.

Mengapa segelintir pengurus masjid senang ‘bermain’ pengeras suara?

Pertama, karena mereka memiliki ego. Seperti yang saya katakan, mereka sendiri merendahkan derajat syiar Islam menjadi sekelas acara hajatan/dangdutan.

Rumornya, beberapanya bahkan berlomba-lomba untuk mengeraskan speaker, bersaing dengan masjid lain. Apabila rumor itu benar, sungguh sudah sangat menyedihkan mentalitas pengurus masjid yang seperti itu.

Mereka menyangka telah melakukan perbaikan, padahal yang mereka lakukan adalah kerusakan, tetapi mereka tidak merasa.

Kedua, karena mereka kebanyakan adalah pengangguran dan minim manfaat. Jadi mereka tidak sekalipun terpikirkan para warga yang lelah karena pulang larut atau mendapatkan jam kerja/shift yang tidak menentu dan memerlukan istirahat.

Termasuk di dalamnya ada orang sakit yang butuh ketenangan dan anak-anak yang perlu tidur yang cukup. Orang tuanya mungkin menidurkan anaknya dengan susah payah.

Apalagi beberapa pengurus masjid merasa jika mereka sudah hafal beberapa ayat alQuran dan beberapa lantunan shalawat saja, serta menggunakan atribut agama, mereka sudah kebal dari api neraka. Untuk apa lagi mereka memikirkan hal-hal yang bersifat empati seperti itu? Naudzubillah.

Sangat kita sayangkan, tempat ibadah yang katanya bagian dari “rumah Allah Ta’ala” yang begitu suci, ternyata ada satu atau dua yang memiliki pengurus masjid berpenyakit hati yang cukup mengerikan.


6.

Saat TOA masjid berisik, apa yang harus kita lakukan?

InsyaAllah jika kita niatkan untuk menjaga kedamaian atau kebaikan, itu bisa mendatangkan pahala. Cobalah untuk melaporkan secara anonim jika itu memungkinkan.

Alternatif lainnya? Berdoa.

Ada pepatah (jika bukan hadits) yang mengatakan bahwa doa adalah senjatanya orang-orang beriman.

Atau beberapa hadits pendukung,

“Doa itu adalah otaknya ibadah.”
(HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

“Tidak ada yang lebih utama (mulia) di sisi Allah daripada doa.”
(HR Ahmad)

Apalagi jika kita merasa sudah sampai ke tahap teraniaya karena pengeras suara masjid. InsyaAllah doa kita memiliki kesempatan lebih besar untuk Allah kabulkan.

Namun sebaiknya agar tidak berharap jika doa kita langsung terkabul dalam sekali atau dua kali berdoa. Saat kita bermain sebuah permainan, beberapa musuh begitu tangguh sehingga baru kalah setelah kita serang berkali-kali.

Maka dari itu, istiqomahkanlah doa kita. Dan alangkah baiknya jika yang berdoa tidaknya seorang saja. Mari ajak orang-orang yang sama-sama terganggu dengan suara bising agar sama-sama berdoa agar para operator pengeras suara mendapatkan hidayah atau teguran dari Allah Ta’ala.


7.

Bolehkah kita tutup telinga dari suara tilawah speaker?

Suara tilawah alQuran yang diputar di waktu yang tidak tepat terkadang sangat mengganggu.

Tetapi, beberapa muslim khawatir jika mereka menutup telinga saat dibacakan ayat-ayat suci alQuran, mereka akan terkena azab.

Perlu kita ketahui, yang menjadi titik berat di sini adalah niat. Orang-orang yang mendapatkan azab, kebanyakan karena mereka menutup telinga dari nasihat-nasihat baik. Sedangkan tujuan kita menutup telinga adalah agar kita terbebas dari gangguan polusi suara, bukan karena ingin menghindar dari kebaikan.

Di satu sisi, ada pengurus masjid yang memutar tilawah alQuran, niat awalnya saja sudah busuk.

Ada pengurus masjid yang memutar tilawah di jam-jam orang istirahat lewat pengeras suara masjid dengan volume yang menggema dan menggetarkan. Pengurus masjidnya itu sendiri hanya merokok santai di depan teras masjid.

Bahkan dengan tega pengurus masjid tersebut mencap, orang yang tidak senang dengan bacaan tilawah setara dengan setan yang kepanasan.

Sungguh niat dari awalnya saja sudah sangat keji.

Saya sendiri pernah menutup telinga saat ada pembacaan tilawah karena terganggu, pernah saya jelaskan belum lama di artikel ini.


Penutup

Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, para muslim telah memiliki standar.

Standarnya bahkan tidak main-main. Rasulullah saw., sudah jelas menyebutkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat. Jadi memang kita ukur prestasi muslim dari seberapa besar manfaatnya, bukan seberapa kental logat arabnya, bukan necis pakaian atribut agamanya.

Sangat memalukan jika orang kafir ternyata jauh lebih membawa mashlahat daripada para muslimnya itu sendiri. Mereka menciptakan tekologi-teknologi yang memudahkan dan membahagiakan orang lain, berlomba-lomba dalam kebaikan.

Sedangkan ada sebagian muslim justru mempermainkan agama mereka dengan menggampangkan syariat dan menjadikan agama sebagai tameng dari kemalasan dan perbuatan mereka yang menyusahkan orang lain.

Terakhir, Rasulullah Muhammad saw., beliau pernah bersabda,

Diriwayatkan dari Nuh ibnu Abbad, dari Sabit, dari Anas secara marfu’: “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar dapat mencapai tingkatan yang tinggi di akhirat dan kedudukan yang mulia berkat akhlaknya yang baik, padahal sesungguhnya ia lemah dalam hal ibadah. Dan sesungguhnya dia benar-benar dijerumuskan ke dalam dasar Jahanam karena keburukan akhlaknya, walaupun dia adalah seorang ahli ibadah.”

“Siapa saja yang mengganggu orang lain maka Allah akan mengganggunya; dan siapa saja yang memberatkan orang lain maka Allah akan memberatkannya.
(HR Ibnu Majah dan ad-Daraquthni)


Wallahu A’lam Bishshawaab

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    10 Pertanyaan Seputar Islam dengan Jawaban Sarkas 😉

    Berikutnya
    Bagaimana Ibadah Di Luar Angkasa?


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas