Siapa yang tidak tahu gambar legendaris dua buah gunung dan matahari. Saya yakin setiap dari kita sewaktu kecil pasti pernah menggambar pemandangan seperti itu jika ada tugas menggambar nuansa alam oleh guru-guru sekolah dasar kita.
Hanya sedikit dari kita yang memilih untuk menggambar sesuatu yang lain, terutama jika kita waktu itu sudah bosan menggambar pemandangan seperti itu. Seperti saya yang dulu pernah menggambar istana di atas awan, namun itu hanya sesekali. Ujung-ujungnya kembali menggambar gunung kembar dengan matahari terbit di tengah-tengahnya.
Saya yakin hingga saat ini jika kita disuruh menggambar pemandangan, gunung kembar dan matahari tersebut masih menjadi maskot.
Hal ini tidak hanya berlaku di nusantara saja, bahkan mancanegara pun sepertinya condong untuk menggambar pemandagan serupa. Padahal, yah, kebanyakan gunung di negara mereka hanya terdiri dari bebatuan dan salju. Dan itu pun kebanyakan bukanlah gunung satuan melainkan pegunungan.
Namun gambar dua gunung kembar dan matahari tetap menjadi ikon gambar mereka.
Coba lihat gadget kalian, jika suatu file gambar tidak dapat ditampilkan, apa yang akan menjadi pengganti sementara untuk pratinjau file itu kemungkinan besar adalah gunung kembar dan matahari.
Tidak percaya? Saya berselancar di mbah Google dan menuliskan kata kunci “Image Placeholder”, kemudian hasil yang saya dapatkan adalah ini:
Dua buah gunung dan matahari menghiasi hasil pencarian. Hanya sebagian kecil yang memilih menampilkan yang lain semisal kamera atau gambar pantai beserta sebuah payung pantainya.
Sebuah diskusi terbuka dari fenomena unik yang menggambarkan seperti itulah kita ‘diprogram’ dari semasa kita sekolah. Terkadang zona nyaman membuat orang tidak ingin mencoba sesuatu yang diluar kotak mereka, yang pada akhirnya menjadi identitas masal.
Kemudian saya berpikir, mengapa harus dua buah gunung dan matahari?
Padahal sedikit sekali pemandangan yang di dunia nyata ini yang kita tahu memiliki nuansa serupa. Sejauh ini yang saya tahu hanyalah pemandangan di tengah gunung Sindoro dan Sumbing, paling mirip dengan pemandangan legendaris yang kita pernah gambar tersebut.
Yup, dua buah gunung kembar dan matahari. Terlepas apakah disertai sawah, atau jalan, atau sungai, atau tidak sama sekali. Dua buah gunung kembar tersebut mudah dikenali sebagai pemandangan alam.
Gambar dua buah gunung kembar dan matahari itu pun memiliki kontur yang lebih mudah dibentuk daripada pemandangan lainnya, semisal pantai.
Kita hanya cukup menggambar dua buah segitiga sama kaki atau sama sisi disertai sebuah lingkaran di atasnya untuk menjadi sesuatu yang bertema alam, berbeda dengan misalnya pantai, yang mungkin membutuhkan kontur dan garis yang lebih kompleks. Lagipula siapa di sini yang ingin menggambar pohon kelapa dengan garis minimal namun masih dapat diidentifikasi bahwa itu pohon kelapa di pantai?
Kepraktisan inilah yang mungkin pada akhirnya membuat gunung kembar dan matahari ini menjadi ‘maskot’ pemandangan alam, karena gambarnya dapat menjadi ikon dengan ukuran yang sangat kecil namun masih dapat dengan mudah dikenali.
Identitias yang menarik ini juga pada akhirnya diturunkan kepada mesin-mesin komputer untuk mencap mana berkas-berkas gambar yang bertema alam dan berkas-berkas gambar yang non-alam semisal foto wajah manusia.
Pada akhirnya, hingga hari ini, kita sudah terprogram otomatis, dimana ketika kita melihat dua buah segitiga berhimpitan dengan sebuah lingkaran di atasnya, dalam hitungan milidetik kita sudah dapat mengetahui bahwa itu adalah sebuah pemandangan alam.
saya pernah ke sumbing sindoro gak padahal tanggung krn lanjut lg ke lawu…..mantap benar sindoro sumbing spt gambar saat kita kecil kl gambar gunung….real nyata, disumbing terkenal dgn pasar setan dan batu kotak….