Ini terjadi saat saya mengendarai sepeda motor, beberapa kali ada pengendara yang berkendara semaunya, berpindah lajur tanpa lampu sign dan lebih dari satu lajur, membuat pengendara lain kaget, memasang lampu depan yang super terang, dan lain sebagainya.
Setelah saya perhatikan, sebagian besar pengendara tersebut justru terlihat seperti orang biasa-biasa saja, bahkan terlihat lusuh. Sama sekiali tidak terlihat seperti orang-orang kaya yang katanya mereka suka berkuasa dan menyebalkan.
Ada memang, tapi tidak banyak.
Oke, kembali ke poin, tips kebahagiaan kali ini adalah “hindari dikutuk orang”, atau bahasa kasualnya, “jangan sampai disumpahin orang”.
Saat seseorang berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan orang lain tanpa sebab, yang artinya orang itu memang menyebalkan hingga menyulut emosi dari orang lain, itu dapat menyebabkan orang lain yang mendapatkan pengalaman yang tidak menyenangkan dari orang tersebut memiliki kesempatan untuk mengeluarkan sumpah serapah.
Benar bahwa jika sumpah atau kutukan memiliki risiko akan berbalik ke diri sendiri, namun jika yang dikutuk itu layak menerimanya, maka kutukan itu akan sampai ke orang yang dikutuk.
Bahkan tanpa adanya sumpah serapah sekali pun, perasaan tidak senang yang diterima oleh orang lain akan menjadi sebab hidup seseorang menjadi menderita.
Karena barangkali, kehidupan seseorang yang selalu sial dan sulit untuk mendapatkan kebahagiaan itu disebabkan oleh kurangnya ia dalam membahagiakan orang lain.
Ingat, seseorang akan mendapatkan apa yang ia usahakan, atau kita sebut dengan karma, atau sunatullah bagi muslim.
Seseorang mungkin akan terus-menerus mendapatkan bala dan musibah selama ada orang yang masih tidak ingin memaafkannya.
Misalnya, ada seorang pegawai yang melayani pelanggannya dengan kasar, padahal pelanggannya adalah orang yang baik.
Jika ternyata peristiwa yang tidak menyenangkan itu ternyata merusak hari sang pelanggan tersebut hingga menggores kenangan buruk di hatinya, bisa jadi si pegawai akan sulit mendapatkan kebahagiaan selama pelanggannya masih teringat akan itu dan si pegawai belum minta maaf kepadanya.
Atau contoh lain, beberapa orang pernah curhat kepada saya karena ia sering diusili oleh lingkungan sekitarnya dengan ditanya “kapan nikah”, atau “kapan punya anak”, meskipun mereka sudah memasang wajah tidak senang.
Dan benar saja, saat saya tahu bagaimana lingkungannya yang dimaksud, seakan tidak ada keharmonisan dan kesejahteraan yang terjadi di sana. Segala sesuatunya semrawut dan sering terjadi konflik pribadi. Mungkin disebabkan tindakan usil mereka itu.
Sayangnya, masih banyak dari kita menganggap remeh hal-hal kecil seperti itu dengan anggapan, “ya elah gitu doang”, atau “masa sih sampai segitunya!”.
Cukup banyak dari kita yang masih menganggap sepele pentingnya memberikan rasa aman kepada orang lain.
Perlu diketahui, banyak sekali kejadian yang tidak menyenangkan atau kehidupan yang sulit menimpa seseorang hanya karena dia tidak dapat memberikan rasa aman bagi orang lain.
Beberapa di antaranya, ada orang yang merasa masalahnya tidak pernah selesai, merasa rezekinya tidak pernah cukup, merasa kehidupannya jarang bisa tenang, merasa tidak memiliki teman yang dapat membantu meski ia memiliki banyak komunitas, seakan-akan masalah hidupnyalah yang terberat.
Parahnya, orang-orang seperti itu bukannya memperbaiki kehidupan sosialnya kepada orang lain, mereka justru menambal masalah mereka dengan sesuatu yang lebih memperparah kehidupan mereka, seperti memaksakan diri meraih gengsi dengan membeli barang mewah untuk dipamerkan, dst.
Tidak heran jika orang-orang itu selalu berakhir di keluhan yang sama, hingga pada akhirnya setiap orang sudah bosan mendengarkan keluhannya. Mereka benar-benar tersesat di masalah mereka sendiri sebab mereka acuh dengan jalan keluarnya.
Tidak perlu dikutuk orang lain untuk membuat hidup seseorang sulit, saat orang lain tidak senang dengan kelakuan kita tanpa ada suatu alasan yang dibenarkan, itu sudah cukup untuk menjadi tabungan kesulitan kita di masa mendatang.
Bahkan dari hal yang paling kecil sekali pun, terutama seringnya di jalanan, seperti lampu kendaraan yang terlalu terang hingga menyilaukan pengendara di seberangnya, atau penggunaan klakson yang tidak pada tempatnya dan terlalu sering, atau parkir sembarangan, memiliki potensi besar untuk ‘mendapat kutukan’ dari orang lain.
Sebaliknya, mencoba mengerti permasalahan orang lain dan membantu menyelesaikannya, atau membuat orang lain berbahagia dengan setidaknya melupakan masalahnya, insyaAllah itu dapat menjadi pundi rezeki kita yang mungkin dapat kita tukarkan dalam bentuk rezeki yang lain seperti harta, jabatan, atau pujian.
Mengapa masyarakat negara maju lebih sejahtera dan lebih berbahagia? Sebab banyak masyarakatnya yang menghormati ruang personal orang lain.