Quote Tentang Entrepreneur

Saya sendiri sebenarnya seorang entrepreneur meski memang tidak memegang jabatan sebagai founder atau pendiri perusahaan. Tetapi co-founder masih dalam hitungan bukan?

Lagipula, saya sudah tidak lagi menerima gaji bulanan hehe…

Alasan saya keluar dari pekerjaan saya yang lama dan membanting stir menjadi seorang entrepreneur salah satunya adalah karena sebuah quote tentang entrepreneur.

Saya lupa apa quotenya, intinya bersama dengan tulisan itu ada foto seseorang yang berbahagia berdua dengan laptopnya menikmati suasana kerja di atas kursi pantai.

Akhirnya saya cari partner, kemudian pada saat itu saya langsung bekerja sama dengannya meski saya masih menjadi karyawan di perusahaan yang lama.

Memang benar saya sekarang telah meraih kebebasan finansial, bekerja sesuai passion, memiliki karyawan, dan bebas mengatur jam kerja saya. Tetapi saya justru tidak merekomendasikan itu kepada para pembaca.

Lho mengapa? Bukankah lebih enak yang seperti itu?

No, saya justru lebih merekomendasikan kalian yang masih menjadi karyawan atau bahkan belum bekerja sama sekali agar tetap menjadi karyawan.

Ada beberapa alasan kuat dari saya mengapa kalian lebih baik tidak mendengarkan quote-quote yang berhubungan dengan entrepreneur.

Saya akan jelaskan lima sebab akan hal ini.


Semua berasal dari garasi

Saya yakin banyak orang yang sudah mengetahui bahwa Google, Amazon, Apple, dan beberapanya, para pendirinya memulai bisnisnya dari garasi rumah mereka.

Bahkan ada quote yang memotivasi untuk memulai usaha sendiri seperti, “Mereka saja memulai dari garasi, lalu apa lagi alasan kalian?

Kemudian seseorang di internet membalas, “Tapi saya tidak punya garasi…”

Meski memang balasan tersebut ditujukan untuk humor, namun alasan tersebut sungguh benar adanya.

Perlu kita ketahui bahwa rumah yang memiliki garasi umumnya adalah tipe rumah menengah ke atas.

Artinya, para pendiri perusahaan tersebut sudah memiliki banyak cadangan jika mereka menemui resiko yang mengancam perusahaan mereka.

Bahkan kabarnya, ayah dari beberapa pendiri perusahaan raksasa yang bermula dari garasi itu ternyata memiliki uang yang dapat membuka sebuah cabang McDonalds.

Jika kita memaksakan diri untuk berani menerobos resiko yang mungkin kita belum matang manajemennya, apa yang kita persiapkan untuk menghadapi tindak tanduknya?

Perlu diingat bahwa banyak orang yang menjadi depresi sebab kegagalan mereka dalam berwirausaha terjadi karena mereka begitu nekat dengan persiapan yang sangat minim.

Akhirnya, mereka kembali menjadi karyawan dan memulai segala sesuatunya dari awal kembali.


Kalian adalah bosnya

Beberapa quote tentang entrepreneur sebenarnya sangat bagus untuk memacu motivasi berwirausaha. Sayangnya, beberapa quote terlalu berisiko untuk dicerna secara mentah oleh sebagian orang.

Di antara quote yang berisiko itu adalah, saya lupa bagaimana teks persisnya, namun intinya seperti ini, “Saat Anda menjadi karyawan, Anda mewujudkan mimpi orang lain. Saat kalian berwirausaha, Anda mewujudkan mimpi Anda sendiri.”

Atau quote berisiko lainnya, “Setinggi apa pun jabatan Anda, Anda tetaplah bekerja untuk orang lain. Namun sekecil apa pun usaha Anda, Anda adalah bosnya.”

Sebagian orang yang tidak mencerna lebih dalam quote tersebut akan menjadi gelap pikiran dan meninggalkan status pegawainya dan menjadi entrepreneur seadanya.

Dari sana mereka pada akhirnya mulai merasakan akibat dari kesimpulan sesaat mereka tersebut.

Mereka memang tidak lagi bekerja 8-17/5, namun jam kerja mereka justru menjadi 24/7. Sumber penghasilan mereka tidak lagi tetap. Kesehatan mereka mulai terganggu, baik fisik maupun mental.

Mereka baru menyadari bahwa mereka harus mengerjakan seluruh divisi perusahaan seorang diri. Dari mulai mencari pelanggan, mengurus administrasi, keuangan, hingga pekerjaan inti itu sendiri.

Belum lagi kekhawatiran memenuhi mereka, dengan ketakutan terbesar mengenai ganasnya para pesaing mereka yang mereka tidak pernah sadari sebelumnya.

Kemudian yang paling akhir, mereka juga harus berhadapan dengan bermacam sifat pelanggan. Dari mulai yang paling ramah, hingga yang paling menyusahkan, tanpa ada pilihan untuk menolak.

Itu pun masih belum sampai kepada manajemen partner dan pegawai.

Jika sudah seperti ini, seseorang baru terpikirkan bahwa bekerja di perusahaan yang katanya mewujudkan mimpi orang lain itu memang lebih baik baginya. Sebab apa yang ia terima setiap bulan dari perusahaan itu ternyata dapat perlahan-lahan mewujudkan mimpinya juga.


Drop out sekolah

Bill Gates dan Mark Zuckerberg adalah dua orang yang fenomenal sebab mereka ternyata tidak pernah menyelesaikan jenjang kuliahnya. Sekalipun begitu mereka dapat membangun perusahaan raksasa.

Pernyataan yang sekilas motivasional ini lucunya telah menjadi standar baru kebanyakan orang.

Bahkan dalam kasus ekstrem, beberapa orang merasa pendidikan formal tidaklah penting untuk menjadi orang sukses.

Perlu kita ketahui, Bill Gates dan Mark Zuckerberg adalah ‘mantan’ mahasiswa Harvard. Kuliah bergengsi dengan kurikulum yang luar biasa.

Saat Bill dan Mark memutuskan untuk keluar dari kuliah, itu karena mereka merasa ilmu mereka sudah lebih baik dari kurikulum.

Sekarang bagaimana mahasiswa yang jarang masuk perkuliahan dan gemar menitipkan kehadiran, IPKnya juga buruk, dapat menjadi orang sukses?

Jangankan ingin membuka usaha mandiri, perusahaan pun sangat berpotensi menolak mahasiswa yang berprilaku seperti itu.

Sekali pun ada mahasiswa yang drop out dari kuliah atau sekolah dan menjadi sukses, sekarang prosentasenya berapa banyak jika kita bandingkan dengan mereka yang drop out dan menjadi memprihatinkan? Banyak orang yang masih mengabaikan poin ini.

Setidaknya di sekolah formal, kita mendapatkan banyak sekali pengetahuan untuk mengasah kemampuan berpikir sekali pun pelajaran yang kita terima acapkali tidak terpakai di dunia nyata.


Fleksibilitas waktu

Banyak orang yang ingin menjadi entrepreneur sebab mereka tidak lagi ingin mematuhi aturan bekerja 8-17. Mereka sudah tidak ingin lagi bermacet-macetan, berdesak-desakan di angkutan umum, baik saat pergi atau pulang kerja.

Mereka bahkan sudah lelah waktu akhir pekan mereka yang seharusnya mereka pergunakan untuk berlibur justru tidak maksimal sebab kemacetan juga terjadi di tempat-tempat liburan pada akhir pekan.

Akhirnya mereka berpindah haluan menjadi seorang entrepreneur hanya karena ingin bebas, ingin waktu mereka fleksibel.

Tetapi kenyataannya, sudah saya jabarkan di poin kedua. Mereka kini bekerja 24/7 alias 24 jam seminggu penuh.

Memang agak berlebihan, namun kira-kira seperti itulah jadinya jika seluruh divisi perusahaan telah menjadi tanggungjawab pribadi.

Impian mereka yang seharusnya dapat merasakan liburan di hari kerja agar bebas macet, justru para entrepreneur dadakan tidak lagi dapat menikmati liburan.

Belum lagi bukan hanya kesehatan fisik yang terganggu, melainkan kesehatan mental juga mulai goyang. Khawatir, depresi, dan lain sebagainya, memikirkan waktu dan penghasilan yang ternyata tidak kunjung fleksibel.

Di sinilah baru dapat kita pahami bahwa ternyata menjadi karyawan itu lebih baik untuk orang-orang yang seperti itu.


Penuh quote motivasional

Di akhir kata, para entrepreneur dadakan hanya membanggakan jabatan CEO semu mereka. Bahkan mereka sudah pelesetkan makna CEO dari Chief Executive Officer menjadi Chief Everything Officer.

Hari-hari mereka hanya dipenuhi dengan kutipan-kutipan atau quote motivasional yang hanya menyegarkan pikiran mereka sesaat saja.

Hingga ada saatnya kutipan-kutipan motivasional itu tidak lebih dari hanya sekedar kaset rusak yang terus terputar berulang-ulang.

Para entrepreneur dadakan sudah kerepotan menjaga reputasi sosialnya sebagai pengusaha yang sangat sulit mereka pertahankan.

Bahkan beberapa entrepreneur dadakan itu memiliki gengsi yang sudah sangat tinggi sehingga mereka seperti sudah alergi jika ingin melamar dan menjadi karyawan kembali.

Lihat? Bahkan buruh kasar pun memiliki penghasilan yang tetap.

Beberapa entrepreneur dadakan akan sampai ke tahap di mana mereka ternyata benar-benar memerlukan uang untuk bertahan hidup, bukan kata-kata mutiara yang motivasional.


Penutup

Saya memahami jika memang membangun perusahaan memang tidak mudah dan pendirinya perlu memiliki mental baja. Bahkan saya dan partner saya sudah merasakan penderitaan itu semua.

Namun bukan maksud saya untuk menakut-nakuti para pembaca agar tidak membuka usaha sendiri. Bukan sama sekali.

Yang saya sorot di sini adalah wirausaha yang hanya menjadi sebatas tren semata. Beberapa orang tergiur dengan kucuran dana investor, penghasilan instan dari segelintir orang, unicorn, decacorn, popcorn, dan istilah menggiurkan lainnya.

Saya pernah mengalami masa-masa di mana perusahaan startup atau rintisan menjamur di mana-mana. Tetapi justru hampir 90% perusahaan startup tersebut tutup di tahun pertama mereka berdiri.

Apalagi saat pandemi 2020 tiba-tiba menyerang tanpa adanya persiapan. Perusahaan saya saja sampai hampir tutup karena seluruh pelanggan saya terkena dampaknya. Tidak ada penghasilan selama bulan-bulan awal pandemi kecuali sedikit.

Jika kalian belum memiliki ide berbisnis atau memiliki namun belum memiliki persiapan matang, saya sarankan tetaplah menjadi karyawan.

Dengan menjadi karyawan, kalian hanya perlu mengerjakan tugas kalian saja. Kalian tidak perlu sampai berhadapan dengan pengambilan keputusan yang berisiko tinggi, dan manajemen-manajemen rumit lainnya.

Apalagi jika seorang karyawan itu gigih dan berprestasi, ia akan mendapatkan kenaikan gaji berkali-kali lipat sebab perusahaan akan sangat menyayanginya.

Bukankah karyawan yang bergaji Rp30 juta itu lebih baik daripada entrepreneur dadakan yang hanya berpenghasilan kotor Rp10 juta perbulan?

Jangan tertipu dengan istilah omzet, sebab kita tidak tahu berapa penghasilan bersih dari omzet tersebut. Ada yang beromzet Rp100 juta, namun yang masuk ke kantongnya hanya Rp 5 juta saja. Apa bedanya dengan UMR?

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Fenomena Karen: Keburukan yang Dapat Menyelamatkan

    Berikutnya
    Jangan Mencari Penghasilan Pasif, Kecuali...


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas