Sebagian besar dari kita menyenangi entri-entri nostalgia. Di artikel saya yang lain, ada alasan-alasan kuat mengapa beberapa orang menganggap masa lalunya adalah masa-masa terbaik dalam hidup mereka. Bahkan mereka ingin kembali ke masa-masa itu.
Kemudian bagaimana bernostalgia itu bisa sampai ke tahap depresi?
Sebelumnya, ya, nostalgia dapat menjerumuskan seseorang ke dalam lubang depresi. Baru saya tahu, bahwa orang-orang menyebutnya sebagai “nostagic depression”.
Saat nostalgia membuat seseorang hingga menjadi depresi, ia akan terdemotivasi dengan sangat. Harapannya kepada masa depan semakin buram dan tidak bersemangat lagi dengan ambisinya.
Jika boleh jujur, saya adalah termasuk salah satunya yang mungkin ‘mengidap’ nostalgic depression ini.
Apa memangnya yang saya rasakan?
Seminggu ini, hingga saya tuliskan artikel berikut, saya benar-benar tidak bersemangat melakukan apa pun. Beberapa pekerjaan penting bahkan ada yang sampai saya tunda.
Saya hanya menghabiskan waktu saya tidur-tiduran, baik di rumah atau di kantor. Saya tahu ini sangat tidak sehat. Karenanya saya berusaha mencari tahu apa yang menyebabkan saya terdemotivasi secara parah begini.
Kemudian saya ingat akhir-akhir ini saya sudah semakin jarang menemukan berita bagus yang membahagiakan. Dari mulai berita tentang pemerintah hingga konten kreator favorit, saya sudah semakin jarang menemukan progres dari mereka.
Pada akhirnya, saya hanya mengingat-ingat masa lalu di mana segala sesuatunya masih membuat saya bersemangat.
Ambillah tahun 2020, di mana yang menurut orang-orang itu adalah tahun yang kelam karena pandemi, namun bagi saya itu adalah salah satu tahun terbaik yang pernah saya rasakan.
Saya pernah merasa pesimis di 2020 karena sebelumnya, saya merasakan banyak sekali hal-hal yang menyenangkan di tahun 2019. Saya pikir 2020 akan menjadi tahun terburuk karena pandemi, ternyata cukup sebaliknya.
Jujur saya merindukan masa-masa antara 2018-2020. Seingat saya, di tahun-tahun tersebut saya memiliki banyak hal untuk saya nikmati dan saya lakukan.
Semakin ke sini saya hanya merasa dunia sudah semakin sangat membosankan. Apalagi banyak orang yang semakin hari, semakin individualis. Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri saja.
Saya pun baru saja menyadari jika sebenarnya orang-orang yang mengalami nostalgic depression ini tidak sedikit.
Beberapa hari baru saya memahami beberapa story-story dari orang-orang yang saya ikuti di media sosial.
Di story-story tersebut secara tersirat beberapa orang mengingat kembali tahun-tahun sebelumnya yang bagi mereka terasa indah. Semakin hari, mereka hanya merasa bahwa dunia ini semakin membosankan dan menakutkan.
Sempat di situs Anandastoon ini, entri nostalgia menjadi salah satu yang cukup populer dalam satu bulan.
Kebanyakan dari orang-orang merindukan masa-masa dengan partner terbaiknya pada saat itu. Entah keluarga, teman, hingga kekasih, mereka semua merindukan masa-masa terbaiknya dengan orang-orang yang mereka cintai.
Ada istilah “The End of An Era”, yang artinya “Akhir dari masa-masa keindahan yang pernah kita alami.”
Padahal topik nostalgia ini tidak melulu berarti kejadian-kejadian manis di masa kecil. Entri nostalgia ini bisa jadi kejadian beberapa tahun lalu, beberapa minggu atau hari yang lalu.
Intinya, banyak orang yang sebenarnya sudah mendapatkan banyak kecanggihan-kecanggihan teknologi hari ini. Namun mereka hanya… kosong.
Semakin hari sebagian besar orang semakin mendapat bayang-bayang yang mengerikan mengenai bagaimana kejadian mereka di masa depan.
Apalagi khusus masyarakat di negara berkembang, bukan hanya mereka hampir tidak pernah mendapatkan kabar gembira dari pemerintah mereka, berita buruk bisa saja tiba-tiba menghampiri tanpa permisi.
Kenaikan bahan atau barang-barang pokok, kelangkaan bahan bakar, PHK masal dan mendadak, dan lain sebagainya.
Akhirnya banyak dari kita yang kembali menengok masa lalu, di mana segala sesuatunya masih beragam dan terjangkau.
Sebenarnya kita paham yang namanya masa depan pasti selalu penuh dengan misteri dan tantangan.
Tetapi masalahnya di sini adalah, saat seseorang telah merasakan banyak kejadian yang tidak menyenangkan di ambang sebuah masa depan, ia akan pesimis dengan masa depan itu.
Belum lagi saat kita mulai menyadari jika tidak ada orang yang ingin menggandeng tangannya di masa-masa seperti ini. Kebanyakan orang hanya terlanjur untuk pasrah. Hal ini tentu saja membuatnya semakin terdemotivasi, menyerah dengan keadaan.
Jika mungkin kita perhatikan, semakin hari semakin banyak orang yang semakin minim progres.
Kebanyakan mereka hanya duduk di ujung, menatap layar ponsel mereka masing-masing seperti tanpa kehidupan. Yang mereka lihat bahkan hanya chat-chat atau butir-butir postingan di media sosial yang mungkin mereka sudah bosan dengan itu.
Hiburan mereka bahkan hanyalah komedi-komedi receh yang membuat mereka seakan ingin berteriak meminta tolong. Waktu berkualitas mereka sedikit sekali.
Padahal, kegiatan positif itu menular. Saat kita duduk di lingkungan orang-orang yang gigih bekerja, atau bekerja sepenuh rasa cinta mereka, kita dapat merasakan kekuatan rasa cinta tersebut dan memotivasi atau bahkan menginspirasi kita.
Begitu pun dengan kegiatan negatif. Jika benteng kita tidak kuat, kita akan terbawa kepada pergaulan-pergaulan negatif yang hanya membuat hidup kita menjadi lebih tidak menyenangkan.
Saat nostalgia ini sudah mencapai tahap yang membuat depresi, sebenarnya kita memang memerlukan orang lain yang sama-sama dapat menaungi kita, menumbuhkan semangat kita kembali.
Ibaratnya di masa-masa perang, kita yang lemah tanpa memegang senjata mungkin hanya pasrah menunggu kematian sebab peluru dapat menyasar mereka secara tiba-tiba.
Beda halnya dengan seseorang yang hadir melindungi kita, membuat mereka menjadi lebih aman dan kembali mendapatkan cercahan cahaya masa depan yang sempat gelap terhalang oleh peperangan.
Pun sama dengan hari ini, saat kita merasa lemah karena depresi, kita hanya perlu mencari lingkaran yang masing-masing dapat menaungi di tengah buramnya masa depan yang akan dilewati oleh setiap orang.
Sekali pun bukan manusia secara fisik berhadapan yang dapat memberikan rasa aman kepada kita, setidaknya ada orang-orang yang mencoba berbagi naungan lewat karya-karya mereka.