Apa sih professional itu dan mengapa kita dituntut untuk menjadi seseorang yang demikian? Berdasarkan Wikipedia, seorang profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang didirikan seusai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah.
Profesional mencakup 3 hal yakni apa yang disebut dengan segitiga kompetensi, yaitu Pengetahuan (Knowledge), Keterampilan (Skill), dan Sikap (Attitude).
Tanpa pengetahuan, keterampilan akan menjadi tanpa landasan, akibatnya seseorang hanya bekerja tanpa mengerti apa dasar ilmunya ia bekerja.
Tanpa keterampilan, pengetahuan hanya akan menjadi sebatas teori saja, pekerja tidak dapat mengolah dan mempraktekkan apa yang menjadi dasar pekerjaannya.
Tanpa Sikap (Attitude), juga merupakan suatu hal yang tidak kalah pentingnya. Sikap pun menentukan tingkat profesionalitas seseorang. Jika seseorang memiliki prestasi kerja yang mumpuni dan membuat kagum siapapun yang melihatnya, namun karena dia tidak memiliki sikap yang menyenangkan, orang-orang di sekelilingnya akan memilih untuk menjauhinya.
Saya juga merangkum beberapa poin yang selama ini saya dapatkan berkenaan dengan profesionalitas :
Setiap orang berhak menjadi profesional, sekalipun orang tersebut memiliki pekerjaan yang menurut sebagian besar orang adalah pekerjaan ‘kelas bawah’. Contohnya adalah (maaf) tukang sampah. Saya tidak memandang rendah kepada petugas kebersihan siapapun meskipun orang tersebut berprofesi sebagai tukang sampah.
Yang saya lihat adalah dari segi profesionalitas seseorang di mana hal itu akan memengaruhi pandangan orang dan lingkungan sekitar akan dia. Tukang sampah yang tepat waktu, terampil, sigap, cekatan, dan murah senyum akan jauh lebih dihargai daripada seorang CEO yang terlihat bermalas-malasan dan bermuka masam.
Disiplin adalah suatu garis keras yang membentuk seseorang menjadi profesional, salah satunya. Seseorang yang memiliki jadwal yang teratur akan memiliki kelapangan tersendiri dari mereka yang tidak. Sehingga target pun menjadi mudah diselesaikan tanpa mengganggu aktivitass-aktivitas keseharian yang penting dan rutin lainnya.
Setiap orang dituntut untuk bersikap profesional dalam setiap pekerjaannya. Namun terkadang yang menjadi persoalan adalah masalah gaji dan upah yang diterima orang tersebut. Memiliki penghasilan yang baik adalah impian setiap pekerja, namun jangan sampai faktor penghasilan memengaruhi kinerja seseorang pula karena ini sangat erat kaitannya dengan Sikap (Attitude).
Mungkin seseorang tidak akan menyadari jika kualitas kerjanya dikendalikan oleh faktor penghasilan, tetapi orang lain iya. Hal itu juga dapat mengurangi tingkat kewibawaan atas hilangnya profesionalitas yang ada pada diri orang tersebut, serta dapat mengurangi oportunitas atau kesempatan orang tersebut mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi.
Pengambilan keputusan adalah suatu hal yang tidak mudah. Namun seorang yang profesional harus dapat melakukan itu dengan cepat tanpa terkesan terburu-buru. Di sini Pengetahuan (Knowledge) bekerja untuk hal pengambilan keputusan yang baik, cepat, dan tepat. Sebenarnya kemampuan analisa perlu ditekankan dalam hal ini seperti mengidentifikasi latar belakang kedua masalah, menelusuri kronologinya, dan membuat pertimbangan.
Sedangkan tingkat kecepatan yang dihasilkan adalah dengan cara latihan. Semakin sering seseorang tersebut berpikir dan menganalisa suatu masalah pada kesehariannya, semakin terbiasa pula orang tersebut dapat mengambil keputusan.
Jika keputusan yang diambil dirasa cukup sulit, berdoalah kepada Allah SWT agar dimudahkan dalam urusan tersebut karena faktor Tuhan adalah termasuk faktor yang terpenting tidak hanya dalam pengambilan keputusan, namun dalam kehidupan sehari-hari.
Jangan khawatir jika keputusan yang diambil ternyata kurang memuaskan karena jika faktor analisa awal sudah benar-benar dilakukan maka sebenarnya semua telah dipikirkan secara matang, setelahnya hanya perlu dijalani dengan konsekuensi dan evaluasi yang kuat.
Seseorang masih belum layak disebut profesional jika masih tidak ingin disalahkan. Hal tersebut menunjukkan semangat kerjanya yang masih kekanak-kanakan serta tidak memiliki wibawa. Jika memang pekerja pada saat itu harus membuat keputusan di mana kedua hal yang akan dilakukannya akan berujung kepada sikapnya yang disalahkan oleh atasannya, maka ambillah salah satu yang memiliki manfaat yang lebih besar, atau memiliki dampak negatif yang lebih kecil. Sehingga jikalaupun dia tetap tersalahkan, maka dia layak untuk berpuas hati karena telah melakukan apa yang terbaik.
—ooOoo—
Kesimpulannya, seorang profesional harus bersikap stabil dan tidak mudah terpengaruh orang lain. Memiliki komitmen yang tegas dan jelas serta memiliki segitiga kompetensi yang telah disebutkan di atas. Satu lagi, kepiawaian dalam berkomunikasi terhadap klien, baik itu pembeli, pengguna, penyewa, atau bahkan penumpang sekalipun sangat ditekankan dan termasuk ke dalam ketiga aspek tersebut. Karena klien sebenarnya adalah yang paling menentukan dalam menilai sikap profesionalitas seseorang.
—<(Wallaahu A’lam Bishshawaab)>—