Kamar 77
urban legend by : anandastoon
Aku lelah setelah perjalanan dinas di daerah orang dan malam itu aku mengendarai mobilku mencari sebuah penginapan. Kemudian dapatlah hotel bintang tiga yang cukup bagus dan memiliki banyak kamar. Setelah mendapatkan kunci kamar, aku ternyata diberitahu pihak resepsionis agar tidak mendekati kamar 77. Banyak kasus pengunjung yang tak masuk akal terjadi di kamar 77.
Pihak hotel sudah menutup dan mengunci kamar tersebut, namun tetap saja paginya mereka menemukan kuncinya sudah rusak entah siapa yang merusak. Mereka pasang CCTV pun seakan sia-sia karena memang selalu ‘kecolongan’. Akhirnya mereka hanya memakai cara manual dengan cara memperingati setiap pengunjung.
Hotel ini ternyata hanya memiliki 50 kamar saja. Dan kamar 77 persis berada di sebelah kiri lorong menuju kamarku yang anehnya tidak ada kamar lain lagi di sepanjang sisi kiri lorong tersebut selain kamar itu. Pintunya pun aneh, tidak dicat selain dengan tulisan X besar yang menandainya. Sedangkan angka 77 terletak di sampingnya.
Curiga dengan sesuatu, aku diam-diam membuka sedikit pintu tersebut dan mengintip ke dalamnya. Itu hanya kamar kosong yang gelap dan tidak memiliki apa pun. Aku memasuki kamar itu. Apakah ini ruang pesugihan untuk menambah customer? Aku hanya penasaran, jadi aku melangkah lebih jauh ke ruangan gelap itu. Apa ruangan ini tidak memiliki saklar lampu?
Tak lama aku mendengar suara mendesis dari pojok ruangan. Aku menoleh ke asal suara tersebut dan aku lihat seperti sesosok makhluk yang sangat kurus dengan kepala yang hampir tengkorak, tanpa hidung, dan juga tanpa bibir sehingga terlihat gigi-gigi tajamnya. Matanya bersinar tajam ke arahku.
Aku tidak tahu, aku hanya merasa dia tidak senang dengan kehadiranku.
Aku langsung berlari menuju pintu keluar namun pintu justru menutup sendiri. Apa? Pintunya tidak bisa dibuka! Aku teriak sekerasnya, meminta bantuan siapa pun, menggedor-gedor pintu tersebut serta berusaha mendobraknya.
Sesekali aku lihat ke belakang ternyata makhluk itu tengah berjalan ke arahku dengan keempat kakinya, atau tangan, aku tidak yakin. Aku terus teriak berharap ada yang mendengarku.
Aku mulai menjerit menangis bak orang kesetanan. Bahkan akhirnya makhluk tersebut melompat dan hinggap ditubuhku yang membuat aku meronta-ronta teriak sambil berlari tak tentu arah di ruangan gelap tersebut. Makhluk ini dingin, basah, aku merasa kukunya yang tajam itu menggores-gores tubuhku. Makhluk ini tidak dapat aku lepaskan, dia semakin kuat mencengkeramku.
Siapa pun, tolong aku…
Paginya, sang resepsionis dapat laporan dari pihak CCTV bahwa ada orang yang memasuki kamar 77 namun baru sempat terlacak beberapa menit lalu. Pihak hotel langsung bergegas ke sana dan ketika dilihat kembali, kamar tersebut telah kosong, tidak ada seorang pun.
Pihak hotel hanya mendesah panjang, kemudian mengganti nomor kamar hotel tersebut menjadi 78.