Curug NgebulHari itu saya buka Instagram dan menemukan banyak hal baru. Dulu, saya selalu mencari artikel kebugaran via gambar di Instagram hingga banyak hal mengenai diari seseorang hingga fotografi, termasuk pula kategori humor dan banyak meme yang masuk daftar search. Sampai akhirnya…

Berawal dari sebuah foto yang menunjukkan keindahan Indonesia dan saya tertarik mengeksplorasinya lebih jauh. Bahkan bagian ‘Discover’ Instagram saya kemudian selalu dipenuhi oleh hal-hal tersebut. Namun bukan bidang fotografi, melainkan banyak orang-orang yang beruntung, berpose apik dalam foto dengan baluran efek VSCO.

Dari sana banyak saya jumpai tanda-tanda pagar yang berhubungan dengan jalan-jalan, serta hafal betul beberapa orang yang ‘langganan’ foto di tengah air terjun. Kebanyakan foto-foto mereka diiringi caption-caption umum yang biasanya menggambarkan keindahan hingga membuat orang lain iri.

Dari hari ke hari saya mulai merasa tidak nyaman, dan mulai memblokir orang-orang itu satu, per satu. Ada apa? Bukannya saya juga suka travelling? Bukan, bukan itu, bukan masalah travellingnya.


  • Kebutuhan atau hasrat?

Saya tidak tahu, namun saya hanya menilai bahwa kegiatan travelling yang beberapa orang lakukan seperti terlalu… sering. Seakan meninggalkan setiap kegiatan produktif di balik keseharian pada umumnya (alias seperti selalu libur) dan agak sedikit… ignorant. Maksud saya, mereka agak sedikit tidak mau tahu dengan sekelilingnya dan apa yang terjadi setelah itu. Tabungan mereka cenderung dihambur-hamburkan untuk travelling tanpa ada manajemen sama sekali.

Bahasa kasarnya, yang lain sedang sibuk kerja, dia setiap hari keluyuran. Padahal dia tidak berprofesi di bidang travelling

Saya memiliki kenalan, yang temannya rela mengambil cuti kuliah bertahun-tahun demi memuaskan nafsunya untuk naik gunung. Yang pada akhirnya setelah lulus, dia belum tentu tahu seperti apa masa depannya.

Ditambah, orang-orang seperti ini seringkali memasang keterangan foto (caption) dengan nada agak mengejek, seperti jangan di rumah melulu, jangan kerja melulu, dan jargon lainnya yang serupa. Atau mungkin dia sendiri belum mengerti bagaimana lelahnya bekerja demi mendapatkan segenggam uang.

Seperti yang telah kalian ketahui, travelling adalah kebutuhan tersier seperti yang telah saya jelaskan dalam artikel berikut. Ramai orang menyerbu tempat wisata (biasanya yang berhubungan dengan alam) ketika weekend, atau sekitar Sabtu dan Minggu setelah lelah bekerja. Dan begitu pun saya. Hal ini sangat normal karena kita butuh penyegaran setelah seminggu bekerja. Inilah mengapa travelling disebut kebutuhan, meskipun tersier.

Tapi bagaimana dengan orang yang sepertinya melakukan travelling setiap hari, atau setidaknya terlalu sering?


  • Apa yang menjadi tujuan?

Pernah suatu hari saya benar-benar mabok travelling. Saya hanya mulai merasa bahwa saya agak sedikit terlalu banyak melakukan jalan-jalan. Hingga beberapa saat saya ‘istirahat’ dari kegiatan travelling saya dan memilih untuk menghabiskan liburan saya di kafe dengan laptop saya.

Dari sana saya mulai berpikir, apa memang yang menjadi tujuan kita bertravel?

Alasan pertama, travelling membuat kita fresh. Yang ini saya sangat setuju. Inilah alasan yang saya pakai setiap kali saya melakukan perjalanan jauh.

Alasan kedua, menikmati keindahan alam. Yes, benar. Melihat hanya dari foto tidak senikmat menyaksikan langsung.

Alasan ketiga, bertemu komunitas atau teman baru. Ini adalah bagian yang paling saya suka dari melakukan perjalanan. Namun apakah menemukan komunitas atau teman baru hanya sebatas di perjalanan? Dan apakah teman-teman baru tersebut bisa membuat kehidupan kita lebih baik?

Namun alasan-alasan berikutnya sedikit membuat saya sangsi.

Alasan keempat, mengikuti perintah agama. Oke, oke. Kita berlindung di belakang ayat Al-Qur’an yang menyuruh kita untuk melakukan perjalanan. Berikut adalah salah satu ayatnya,

Katakanlah: “Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.
(QS. An-Naml: 69)

Namun di sana dilanjutkan dengan kalimat, “Lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.”

Artinya, kita diperintahkan untuk mengambil pelajaran. Apa hal itu sudah diterapkan orang-orang selama mereka travelling dengan jadwal travel mereka yang membabi-buta? Atau itu hanyalah alasan untuk melegalkan kegiatan travelling mereka yang selalu tak kenal waktu?

Alasan kelima, banyak belajar tentang berbagai hal. Seperti apa? Ya seperti kebudayaan, keragaman, keindahan, dan sebagainya. Baiklah. Saya setuju, dan saya pun demikian. Tetapi pertanyaan saya adalah, setelah kalian tahu beragam budaya itu, seberapa besar manfaatnya untuk kalian?

Bagus jika kemudian setelah melakukan travelling kita menceritakan uniknya yang kita temui. Membahas atau menjadikannya sebuah artikel/buku. Namun bagaimana dengan sisanya?

Alasan terakhir, merenung dan tafakur. Ah yang benar? Banyak saya lihat orang yang baru turun dari gunung, baru keluar dari deburan ombak, mereka kembali menjadi orang yang sering mengeluh seakan mereka tidak pernah melakukan hal-hal luar biasa sebelumnya. Tunggu, apakah yang mereka maksud tafakur di sini adalah Instagram?


  • Akhir kata

Artikel ini tidak ditujukan untuk orang-orang yang memang hobi travelling dalam batas yang wajar. Dalam arti tidak mengorbankan aktivitas atau bahkan masa depan mereka. Saya pun terkadang senang mencicipi menu daerah seperti nasi lengko di Majalengka atau sebagainya.

Namun…

Saya hanya tidak nyaman kepada para pemuda yang sepertinya masa muda mereka terlalu disibukkan dengan aktivitas travel tanpa ada sesuatu yang bermanfaat bagi mereka kecuali sedikit, dan itu pun hanya kesenangan belaka.

Siapa yang tahu bahwa saya punya teman yang selalu jalan-jalan, menyinggung orang kantoran, namun berakhir ‘sedikit’ menyedihkan setelah kami bertemu dan dia menjelaskan masalah yang dialaminya terutama setelah menikah karena begitu minimnya persiapan menghadapi hari esok?

Padahal, setiap foto travelling dia sebelumnya yang dipamerkan adalah sesuatu yang dapat membuat kalian membuka mulut kalian hingga rahang kalian sakit.

Ingat, travelling adalah kebutuhan, bukan foya-foya.

Jangan terlalu didengarkan dan disalahasumsikan jargon-jargon yang melulu bertuliskan, “mumpung masih muda”.

Seharusnya, mumpung masih muda, fokus menabung untuk mempercepat pencapaian mimpi di masa depan.

Saya senang travelling, senang fotografi yang berhubungan dengan travel, namun saya juga bekerja sebagaimana kalian bekerja.

Follow ya IG saya @anandastoon hehe…

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke Twitter
๐Ÿค— Selesai! ๐Ÿค—
Ada masalah kesehatan mental? Bingung curhat ke mana?
Curhat ke Anandastoon aja! Mari, klik di sini. ๐Ÿ’—

Nilai

Polling

Sugesti

Permainan


  • Sebelumnya
    Cahaya Al-Qur'an: Tidak Kepo Dengan Kesalahan Orang

    Berikutnya
    3 in 1 + Puas Pol: Bogor, Curug Jatake


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. ๐Ÿ˜‰

    Kembali
    Ke Atas

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Apakah artikelnya mudah dimengerti?

    Mohon berikan bintang:

    Judul Rate

    Desk Rate

    Terima kasih telah membaca artikel Anandastoon!

    Dan terima kasih juga sudah berkontribusi menilai kemudahan bacaan Anandastoon!

    Ada saran lainnya untuk Anandastoon? Atau ingin request artikel juga boleh.

    Selamat datang di Polling Anandastoon.

    Kalian dapat iseng memberi polling seperti di Twitter, Facebook, atau Story Instagram. Pollingnya disediakan oleh Anandastoon.

    Kalian juga dapat melihat dan menikmati hasil polling-polling yang lain. ๐Ÿ˜Š


    Memuat Galeri Poll...

    Sebentar ya, Anandastoon muat seluruh galeri pollnya dulu.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. ๐Ÿ˜‰

    Asik poll ditemukan!

    Silakan klik salah satu poll yang kamu suka untuk mulai polling!

    Galeri poll akan terus Anandastoon tambahkan secara berkala. ๐Ÿ˜‰

    Judul Poll Galeri

    Memuat poll...

    Sebentar ya, Anandastoon memuat poll yang kamu pilih.
    Pastikan internetmu tetap terhubung. ๐Ÿ˜‰

    Masih memuat ~

    Sebelum memulai poll,

    Anandastoon ingin memastikan bahwa kamu bukan robot.
    Mohon agar menjawab pertanyaan keamanan berikut dengan sepenuh hati.
    Poll yang 'janggal' berpotensi dihapus oleh Anandastoon.
    Sebab poll yang kamu isi mungkin akan bermanfaat bagi banyak orang. ๐Ÿค—

    Apakah nama hari sebelum hari Kamis?

    Mohon jawab pertanyaan keamanan ini. Jika jawaban benar, kamu langsung menuju pollnya.

    Senin
    Rabu
    Jumat
    Sabtu

    Atau, sedang tidak ingin mengisi poll?

     

    Wah, poll telah selesai. ๐Ÿค—

    Sebentar ya... poll kamu sedang di-submit.
    Pastikan internetmu terhubung agar dapat melihat hasilnya.

    Hasil poll ๐Ÿ‘‡

    Menunggu ~

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya Anandastoon akan menebak rekomendasi artikel yang kamu inginkan ~

    Heihei maihei para pembaca...

    Selesai membaca artikel Anandastoon? Mari, saya coba sarankan artikel lainnya. ๐Ÿ”ฎ

     

    Ups, sepertinya fitur ini masih dikembangkan Anandastoon

    Di sini nantinya kamu bisa main game langsung di artikelnya.

    Permainan di Artikel

    Bermain dengan artikel yang baru saja kamu baca? ๐Ÿ˜ฑ Kek gimana tuh?
    Simpel kok, cuma cari kata dalam waktu yang ditentukan.

    Mempersiapkan game...

    Aturan Permainan

    1. Kamu akan diberikan sebuah kata.

    2. Kamu wajib mencari kata tersebut dalam artikel.

    3. Kata yang ditemukan harap diblok atau dipilih.
    Bisa dengan klik dua kali di laptop, atau di-tap dan tahan sampai kata terblok.

    4. Terus begitu sampai kuota habis. Biasanya jumlahnya 10 kuota.

    5. Kamu akan berhadapan dengan waktu yang terus berjalan.

    6. DILARANG Inspect Element, CTRL + F, atau find and replace. Juga DILARANG berpindah tab/windows.