Akibat Travel

sumber: inet

“Jangan di rumah melulu, Indonesia itu indah.”

Atau beberapa kalimat lainnya yang ditulis sebagai ekspresi kesenangan karena dirinya telah mampu mengunjungi suatu tempat yang berkesan di mana yang lain belum tentu bisa.

“Kayaknya kamu kurang piknik.”

Piknik yang bagaimana?

Atau piknik yang memiliki efek bagaimana?


  • Kini Zamannya Travelling, Backpacking, dan yang Lainnya

Lebih tepatnya disebut dengan zamannya ‘piknik’. Karena jika menemukan seseorang yang terlihat cara berbicara atau berpikirnya tidak terstruktur, pasti dengan serta-merta akan langsung dijudge sebagai orang yang kurang piknik. Benar-benar sebuah istilah baru yang lumayan segar didengar.

Yang namanya piknik, entah itu dikemas dengan sebutan travelling, touring, backpacking, atau istilah asing lainnya, adalah suatu kebutuhan tersier yang memang setiap makhluk disebut-sebut sebagai manusia hampir semuanya menginginkannya. Bahkan agama pun kadang menyuruh untuk melakukan ‘piknik’ dalam segi yang sangat positif.


  • Kamu Lelah Bekerja dalam Seminggu, Kamu Butuh Penyegaran

Pernahkah kamu merasa bosan dalam bekerja selama setahun? Memang benar, tandanya kamu memang butuh yang namanya piknik. Sangat dianjurkan jika kamu adalah pekerja rutin yang bekerja dari siang hingga malam untuk mengambil cuti setidaknya 3 hari berturut-turut dalam setahun hanya untuk menyegarkan kembali semangat kerjamu dengan mengunjungi tempat-tempat yang baik untuk mata, pernapasan, dan otak. Biasanya tempat yang dituju bukanlah tempat yang modern melainkan yang ‘hijau-hijau’.

Bahkan sangat dianjurkan setidaknya sekali dalam seminggu kamu menyempatkan waktu untuk mengisi ulang gairah kerjamu dengan melakukan piknik. Itulah mengapa banyak tempat yang dilanda kemacetan parah baik oleh kendaraan maupun oleh manusia di tempat-tempat yang biasanya berhubungan dengan alam di hari libur. Baik hutan, gunung, ataupun pantai.


  • Piknik, Lain Dulu, Lain Sekarang

Seperti yang telah saya sebutkan di atas bahwa orang yang cara berpikir dan berbicaranya tidak karuan langsung dituduh sebagai orang yang kurang piknik. Baiklah.

Kamu melulu berbicara soal piknik.

Kamu sama sekali tidak pernah berbicara apa yang berubah dari kamu setelah piknik.

Berapa banyak di sini yang seakan-akan menjadi orang yang paling berbahagia di atas gunung, paling berbahagia di tengah laut, namun kembali menjadi orang yang merasa paling galau setelah pulang darinya?

Kini piknik bukan lagi dipandang sebagai suatu kebutuhan, melainkan ajang untuk pamer usia. Saya tahu naik gunung, menerobos hutan, mengarungi lautan, bukan suatu yang mudah. Namun bukan berarti kamu harus menyakiti hati mereka yang tidak merasakan, benar?

Dahulu orang melakukan piknik sebagai suatu kebutuhan untuk mendulang manfaat yang dapat memompa semangat mereka dalam beraktivitas untuk beberapa hari berikutnya. Namun sekarang semua hanya menganggap itu adalah hanya sebatas mode, trend, dan lain sejenisnya. Sehingga mereka bukan hanya tidak mendapatkan esensinya, bahkan waktu mereka cenderung sia-sia.


  • Kami Dapat Menaklukkan Alam, Kami Dapat Menyatu dengan Alam

Itulah sebagian besar inti dari apa yang mereka tulis untuk memberi keterangan pada gambar yang mereka ambil selama mereka piknik. Saya mungkin mengerti betapa senangnya mereka tiba di suatu tempat yang baru nan indah sehingga mereka menganggap momen tersebut layak untuk digunakan meski secara berlebihan. Memang ini manusiawi, karena sifat labil yang melekat pada anak muda itu manusiawi, saya juga.

Kami dapat menaklukkan alam, nyatanya kalian masih was-was ketika pulangnya.

Kami dapat menyatu dengan alam, nyatanya tempat indah itu justru kalian penuhi dengan sampah.

Memang tidak semuanya dari kalian, tetapi sebagian besar iya.


  • Terlena dengan Penjajahan Gaya Baru

Saya sejujurnya sampai bosan bahkan sebal melihat jejaring sosial yang hampir semuanya berisi postingan tentang rekomendasi tempat-tempat di Indonesia yang bagus untuk dikunjungi, bahkan diulang-ulang setiap harinya, dan dibagikan oleh orang-orang yang sama.

Saya tidak mengatakan apa yang mereka posting itu buruk, tidak sama sekali. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, piknik itu merupakan suatu kebutuhan, dan yang namanya kebutuhan pasti hampir semuanya dari kalangan manusia ingin memenuhinya.

Namun cobalah untuk berpikir dua kali, kita hanya disuguhi oleh kenikmatan-kenikmatan yang ada di negeri ini. Hingga kita lupa bahkan acuh tak acuh mengenai apa permasahalahan yang tengah terjadi di negeri ini. Lebih parah lagi, kita justru menjadi salah satu sumber utama yang membuat negeri ini dilanda masalah.

Banyak yang komentar, tempat indah itu kini tidak seindah yang dulu lagi, karena pengunjungnya lebih disuguhi tempat-tempat rekomendasi itu daripada disuguhi bagaimana etika seorang anak muda dalam melestarikan alam. Berapa banyak di antara kalian yang melihat ada orang yang mengaku-aku sebagai pencinta alam namun justru mereka merusak alam dengan buang sampah sembarangan dan mencorat-coret?

Sekali lagi, sepertinya negeri ini lebih mengutamakan untuk menyuguhi rakyatnya dengan suatu mode tanpa mereka mengajarkan etikanya terlebih dahulu. Salah satu permasalahan lainnya yang serupa dan lebih dahulu adalah para orang tua yang mengajarkan anaknya untuk dapat mengendarai sebuah kendaraan agar dapat dibilang keren oleh orang-orang sekitar ketimbang mengajarkan bagaimana etika berkendara terlebih dahulu, sehingga tidak heran hampir semua orang yang berkendara berani melanggar peraturan lalu lintas.


  • Piknik, Ajang Hiburan yang Berujung Dosa

Saya mengerti memang anak muda yang labil, termasuk saya pribadi sulit mengontrol emosi. Saya akui. Dan memang itu manusiawi. Namun yang harus dikontrol bukan hanya emosi negatif saja, emosi positif yang berupa rasa bahagia juga harus dikontrol secara penuh. Kita harus belajar bagaimanapun.

“Jangan di rumah melulu, Indonesia itu indah.”

Perkataan di atas, yang dikeluarkan oleh orang yang berhasil piknik di tempat indah yang tidak biasa, secara langsung menyakiti orang-orang yang tidak dapat merasakan indahnya negeri sendiri karena banyaknya urusan penting yang menyangkut hajat hidupnya. Mereka sudah menderita karena itu, dan orang-orang yang menulis kalimat seperti itu justru menambah perih penderitaannya. Padahal kalian juga dapat mengunjungi tempat-tempat indah seperti itu karena sebagian besar kalian masih belum memiliki tanggung jawab bukan sehingga dapat mengeluarkan kalimat-kalimat seperti itu?

Kalian mungkin lupa bahwa tubuh ini ada masanya, seorang dosen pengembangan diri saya berkata demikian. Kalian boleh menghabiskan uang gaji atau mungkin uang orang tua kalian untuk berfoya-foya dengan piknik hingga mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati seseorang. Namun sesuatu itu memiliki sebab dan akibat, roda kehidupan ini terus berputar, dan waktu akan memperlihatkan wujud aslinya.


  • Saya Tidak Dapat Piknik Karena Banyaknya Pekerjaan, Apa yang Harus Saya Lakukan?

Kamu harus piknik, setidaknya setahun sekali seperti yang telah saya sebutkan di atas. Kamu boleh piknik ke mana saja, terserah kamu selama kamu masih memegang konsekuensi atas tujuan piknikmu. Jangan biarkan beban pekerjaan menghancurkan hidupmu. Piknik tidak mesti menantang, piknik tidak mesti jauh, dan piknik tidak mesti mewah.

Sebuah taman kecil di lingkungan tempat tinggalmu sudah lebih dari cukup untuk melakukan piknik, tafakur, dan menyatu dengan yang namanya alam bahkan hingga tertidur. Itulah piknik terbaik yang dapat dilakukan oleh kalian yang tidak memiliki waktu banyak untuk beristirahat.

Saya juga piknik, saya juga kadang berpetualang ketempat jauh nan indah, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, piknik adalah kebutuhan.

Namun saya tegaskan, menjadi bermanfaat, itu jauh lebih baik daripada sebuah piknik.

Dan saya juga menegaskan, menanam sebuah pohon, itu jauh lebih baik daripada kamu daki ribuan gunung.

Salam traveller…


—<(Subhanallaahi Wa Bihamdih)>—

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Karya Tidak Dihargai, Apa yang Harus Dilakukan?

    Berikutnya
    Dilema Transportasi Umum di Indonesia


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas