Mengapa Manusia Menyukai Air

Berawal ketika saya melihat hujan turun dari jendela kamar, saya melihat air-air hujan membuat genangan-genangan bening di depan balkon kamar saya, dengan sebuah cicak yang terlihat berenang-renang menghindari air menuju dinding terdekat. Saya tidak tahu, melihat genangan bening yang berasal dari air hujan itu memiliki sensasi tenang tersendiri.

Tidak heran banyak orang yang senang mendatangi pantai, danau, atau air terjun. Tidak sedikit pula orang yang senang untuk berjalan menyusuri sungai di tengah taman atau tempat publik yang kebetulan dibelah oleh sungai, bahkan mendengar aliran air memiliki ketentraman tersendiri.

Kemudian saya bertanya apakah manusia secara manusiawi menyukai air? Maksud saya, manusia senang melihat air, bermain dengan air, merasa tentram jika berada di dekat air. Saya hanya ingin mengetahui secara ilmiah lebih dalam mengenai hal ini.


Well, sebelumnya saya memang pernah mendengar ada penelitian yang menyebutkan bahwa tubuh manusia berisi 70% air. Namun saya kurang puas dengan jawaban itu.

Saya langsung cari artikel di internet yang membahas masalah ini. Saya kesulitan menemukan artikel bahasa Indonesia jadi saya mencari dalam bahasa Inggris dan saya menemukan banyak.

Apa yang saya baca kemudian menjadi pengetahuan baru bagi saya.

Yang bisa saya simpulkan setelah saya membaca beberapa artikel tersebut, selama ini kita sering disarankan untuk pergi ke tempat-tempat hijau untuk menyegarkan pikiran yang telah semrawut karena rutinitas sehari-hari seperti hutan, pegunungan, atau pematang sawah. Namun ternyata, “tempat-tempat biru” juga memiliki dampak serupa yang tak kalah hebatnya dari tampat-tempat hijau.

Dilansir dari Guardian,

Di pantai selatan Devon, Profesor Michael Depledge dan timnya mencoba untuk membuktikannya. Depledge sebelumnya adalah kepala ilmuwan Badan Lingkungan sebelum mendirikan Pusat Lingkungan dan Kesehatan Manusia Eropa (ECEHH) di Plymouth pada tahun 2011, dan meluncurkan proyek Blue Gym pada tahun 2012 untuk mempelajari manfaat kesehatan dan kesejahteraan dari lingkungan akuatik.

Bekerja sama dengan psikolog lingkungan Mat White, Depledge memulai dengan mengulangi salah satu studi awal Ulrich. Dengan menunjukkan foto-foto berbagai lanskap kepada sekelompok peserta, Ulrich mampu menunjukkan bahwa tingkat stres diturunkan sesuai dengan seberapa banyak tanaman hijau di dalam gambar. Perbedaannya kali ini adalah, “kami mulai memasukkan air ke dalam gambar”, kata Depledge, “pergi dari kolam hingga ke garis pantai, dengan jumlah air yang meningkat dalam gambar, dan kami menemukan bahwa orang-orang menunjukkan preferensi yang kuat untuk semakin banyak air dalam gambar.

“Kami mengulanginya dengan pemandangan perkotaan, dari air mancur di alun-alun hingga kanal yang melintasi kota, dan sekali lagi orang sangat menyukai lingkungan perkotaan dengan lebih banyak air di dalamnya.”

Gambar dengan ruang hijau mendapat respon positif, seperti yang ditemukan Ulrich. Tetapi gambar dengan warna hijau dan biru mendapat respons yang paling disukai dari semuanya.


Mengapa Manusia Menyukai Air

Secara alami, manusia lebih memilih tempat-tempat yang memiliki fitur air dalam destinasi liburannya. Bukan berarti destinasi yang tanpa air menjadi pilihan, dalam hal ini konteksnya adalah kemungkinan yang lebih besar dipilih.

Ini juga menjadi alasan mengapa beberapa pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran menaruh kolam ikan dan air mancur sebagai fitur dari bangunan mereka. Mereka melakukan hal tersebut pastinya bukan karena tanpa alasan.

Bahkan, air memiliki peran dalam terapi kesehatan tertentu. Kembali saya lansir dari situs sebelumnya,

Mahasiswa PhD Deborah Cracknell juga melihat efek dari mengamati ikan di akuarium dan tangki. “Telah ada penelitian di masa lalu yang melihat manfaat kesehatan dari fishtanks, seringkali dalam pengaturan perawatan kesehatan untuk pasien Alzheimer atau orang tua, kata Cracknell.

“Tapi kami juga melihat efek apa yang ada di dalam tangki, dari aspek keanekaragaman hayati … Kami telah melihat efek pameran [akuarium] pada detak jantung, tekanan darah, dan suasana hati. Hasil awal cukup menggembirakan. Kami bahkan menemukan bahwa orang menanggapi dengan baik hanya dengan menonton air tanpa ikan.”

Studi yang lebih baru — termasuk yang berasal dari proyek berbasis di Inggris yang disebut Blue Gym — telah menemukan bahwa orang yang tinggal di dekat pantai umumnya lebih sehat dan lebih bahagia.

Penelitian lain menemukan bahwa ketika ditunjukkan foto ruang hijau alami, tingkat stres orang turun, tetapi semakin banyak ruang biru di foto, semakin banyak orang yang menyukainya. Nichols, yang telah menghabiskan 25 tahun terakhir mempelajari hubungan kita dengan air, telah mendengar segala sesuatu mulai dari setetes embun di sekuntum bunga hingga luasnya Samudra Pasifik, memberikan rasa ketenangan.

Data real estate bahkan menunjukkan pemandangan air memberikan premi 116,1 persen pada sebuah properti; dan angka dunia nyata menunjukkan bahwa klien bersedia membayar 10 hingga 20 persen lebih mahal untuk kamar yang sama dengan pemandangan laut di hotel.

Untuk kemewahan tertinggi, turis mencari bungalow di atas air di Maladewa, dan hotel bawah air di seluruh dunia. Dan bahkan di tempat-tempat di mana air tidak selalu tersedia, seperti kota-kota besar di perkotaan seperti Pittsburgh dan Austin, banyak orang yang sering memperbarui aliran sungai dan berkumpul di kolam air tawar.

Paris pun demikian, sekarang memiliki kolam renang kanal yang telah lama dinantikan, di mana turis dan penduduk lokal dapat berenang.


Mengapa Manusia Menyukai Air

Dari sinilah kita bertanya-tanya mengapa ada korelasi antara manusia dan air, apa penyebab timbulnya efek tersebut. Lucunya, para peneliti justru secara terang-terangan menyebutkan bahwa mereka belum menemukan jawabannya. Terlansir,

Semua itu memunculkan pertanyaan, mengapa? Apa sebenarnya tentang air yang menarik kita sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mental kita dan bahkan kesehatan fisik kita? “Jawaban sederhananya, kami tidak tahu,” kata Depledge, “tapi kami mencoba mencari tahu.”

Banyak ilmuwan yang berhasil menemukan jawaban mengenai hubungan manusia dengan ‘tempat-tempat hijau’ namun tidak untuk ‘tempat-tempat biru’.

Depledge berpendapat bahwa, “kami telah menghabiskan banyak waktu untuk menempatkan ruang hijau di lingkungan perkotaan dan hasilnya 85% populasi Inggris sekarang tinggal di lingkungan perkotaan. Tetapi apakah kita memperhatikan desain di ruang biru?”

Meskipun penelitian mengenai ‘tempat-tempat biru’ ini masih terus berlangsung dan terus dikembangkan, tetapi kita tidak dapat mengelak bahwa air yang biru dan tenang memiliki manfaat untuk membantu manusia untuk mendapatkan sedikit ketenangan dan kesegaran serta memberinya semangat untuk kembali memulai rutinitasnya sehari-hari.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Dua Dimensi #2: Lampung Selatan, Pantai Tapak Kera & Air Terjun Way Kalam

    Berikutnya
    Nyinyir Happy: Mengomentari Bilangan (0-9)


  • 2 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    1. Kembali teringat disalah satu tempat cerita online, yang
      Mengisahkan tentang Bumi di Era Aqua, judul ceritanya
      Aqua World, rasanya baca cerita itu jadi tenang, masa Aqua, dimana bumi berubah menjadi biru karena air laut
      Kerennn, sama kaya artikel kakak, baca nya jadi ikutan berpikir tapi nggak dibuat stress dengan kalimat membingungkan, intinya semangat terus kaka

      • Halo Elya…!
        Wah sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih sudah mampir dan memberikan feedback yang menyenangkan.
        Saya sangat menghargai komentar kamu, semoga membuat saya lebih bersemangat menulis artikel serupa.
        Jika kamu ada saran artikel bertema apa yang dapat saya tulis, biar saya tahu. 😊

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas