Setiap orang menginginkan kesuksesan. Bagaimana tidak? Serentetan kerja keras dan penderitaan yang telah dialami ternyata berakhir di sebuah destinasi indah yang bernama “Sukses”. Orang yang sukses terlihat begitu menikmati hidup, mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan juga mendapatkan hormat dari orang-orang di sekelilingnya.
Hanya saja, itu masih sebatas teori, atau prasangka, atau campuran dari keduanya. Faktanya, banyak orang yang hingga hari ini memiliki definisi sendiri-sendiri tentang kesuksesan. Sayangnya, sukses itu sendiri tidak memiliki sebuah standar khusus sebagai definisi, sehingga orang-orang yang telah mengartikan kesuksesan menurut pandangan mereka sendiri tidak jarang ragu-ragu dengan apa yang telah mereka definisikan.
Terlebih, hari ini begitu banyak orang-orang yang seringkali tertipu dengan sebuah wacana kesuksesan, hingga membuat mereka menempatkan sebuah kesuksesan ke ranah yang sangat rendah. Bagaimana tidak? Tidak jarang saya melihat orang yang menilai orang lain telah menjadi sukses hanya karena ia sudah dapat mengendarai sebuah mobil, terlepas apakah mobilnya tersebut adalah miliknya, dibeli dengan tunai sesuai jerih payahnya, atau asumsi-asumsi lain. Semoga hal itu tidaklah menjadi patokan kalian dalam mendefinisikan sebuah kesuksesan.
Saya pada akhirnya mencoba untuk membuat poin-poin yang mungkin membantu kalian untuk mendapatkan standar kesuksesan kalian.
Dimulai dari poin yang paling klise, paling mudah ditebak, dan paling membosankan. Tetapi inilah poin pembuka, kemandirian menjadi tonggak dasar seseorang telah tidak lagi terikat dengan apa pun, tidak lagi bergantung dengan siapa pun, sesama manusia. Tidak lagi memiliki hutang, tidak lagi memiliki cicilan, tidak lagi bernaung di bawah ketiak seseorang, baik dari segi finansial atau emosional.
Mungkin saja seseorang membuktikan dirinya telah menjadi sukses dengan memaksakan diri membeli barang mewah. Namun kita sepertinya sudah mengetahui apa yang terjadi kepadanya di kemudian hari. Apakah seperti itu tipikal kesuksesan yang kita inginkan?
Seringkali gengsi dan sukses memiliki perbedaan yang amat tipis, kita dianugerahi akal untuk membedakan keduanya, dan itu sebenarnya bukanlah hal yang sulit untuk membedakannya.
Orang-orang yang benar-benar sukses telah menikmati pahit-manisnya kehidupan. Orang sukses yang berangkat dari nol telah memetik sangat banyak pelajaran penting sepanjang hidupnya. Inilah mengapa orang-orang yang benar-benar sukses dapat menginspirasi banyak orang, tidak hanya lewat drama dan retorika belaka.
Getirnya perjuangan inilah yang membuat orang-orang sukses menjadi bijaksana. Hampir tidak ada orang sukses yang sombong, karena diri mereka telah memikul banyak pelajaran yang mana mereka memiliki tanggungjawab untuk diterapkan dalam kehidupan mereka masing-masing.
Mungkin ada orang-orang sukses yang terlihat angkuh dan berjarak dengan orang-orang yang di bawahnya. Namun sebenarnya mungkin mereka melakukan itu untuk menghindari pergaulan-pergaulan yang tidak memiliki manfaat untuk mereka. Mengapa mereka harus bergaul dengan orang-orang yang enggan menerima komplain? Padahal orang-orang sukses itu sendiri meraih kesuksesan mereka karena mereka mendapatkan komplain bertubi-tubi dari orang lain dan mereka memilah semua komplain tersebut mana yang layak untuk dijadikan pecut dalam hidup mereka.
Orang yang benar-benar sukses tidak menjauhi orang miskin, mereka hanya menjauhi orang malas. Sangat jauh berbeda dengan orang-orang yang terlihat sukses tanpa ada perjuangan yang berarti, orang-orang yang seakan-akan terlihat sukses itulah yang sejatinya kerap merendahkan orang lain.
Ciri dari orang-orang yang benar-benar sukses atau mengarah ke sana, adalah mereka memiliki banyak peluang untuk menyalurkan sesuatu yang dapat bermanfaat bagi orang banyak. Mereka memiliki finansial berlebih, atau waktu berlebih, atau tenaga berlebih.
Orang-orang yang telah sukses adalah mereka yang tidak lagi begitu terbebani dengan apa pun. Karena inilah mereka dapat lebih leluasa untuk membantu orang lain. Banyak dari kita yang menganggap bahwa orang-orang sukses minim bersosialisasi, padahal sebenarnya mereka bersosialisasi, namun mereka pun memiliki porsi yang seimbang dalam memanajemen waktu mereka. Untuk apa bersosialisasi jika yang dilakukan hanyalah membicarakan orang lain dengan tetangga selama berjam-jam?
Banyak dari orang-orang sukses yang saya temui justru mereka ‘rajin’ untuk membagi-bagikan apa yang mereka punya kepada orang-orang di sekitarnya, meskipun hanya dalam bentuk makanan ringan. Lebih dahsyat lagi, mereka juga dapat berkontribusi untuk memajukan negara di mana mereka berpijak di atasnya.
Orang-orang sukses memahami dengan sebenar-benarnya konsep waktu adalah uang, bahkan lebih berharga dari itu. Mereka sudah menjalani masa-masa sulit saat mengejar kesuksesan dan ketika mereka sudah meraihnya, mereka pada akhirnya mendapatkan waktu mereka kembali, dengan kualitas dan kuantitas ekstra.
Siapa yang tidak iri dengan orang yang memiliki banyak waktu berkualitas dengan keluarganya, dengan rekan-rekannya, dan memiliki lebih banyak kesempatan untuk bersilaturahmi kepada siapa pun yang sempat mereka atur jarak di saat mereka sedang fokus-fokusnya meraih kesuksesan mereka?
Dengan waktu yang lebih renggang, orang-orang sukses dapat meningkatkan pula kualitas ibadah mereka, baik ibadah horizontal terkhusus vertikal. Mereka dapat bepergian hampir kapan pun yang mereka inginkan karena waktu telah menjadi sesuatu yang bekerja untuknya.
Terkadang pula, orang-orang yang benar-benar sukses masih terlihat sibuk. Namun sebenarnya mereka begitu menikmati kegiatan mereka dan mereka tidak membiarkan waktunya melayang sia-sia.
Inilah salah satu perkara yang paling mahal. Kenyamanan. Segala sesuatunya telah di bahwa kontrol. Maksudnya, bukan berarti orang-orang sukses telah bebas ujian dunia. Mereka bisa saja terkena sandungan masalah yang benar-benar berat, dengan tingkatan yang mungkin ‘sekelas’ kita belum begitu sanggup untuk menghadapinya.
Masalah orang-orang sukses bukanlah masalah yang timbul karena ulah diri mereka, namun masalah tersebut timbul karena mereka tidak kuasa mengelaknya. Seperti misalnya, bencana alam, atau bahkan bencana astral seperti mereka diguna-guna oleh orang-orang yang iri namun tidak mampu menyamainya.
Tetapi sebagian besar orang-orang sukses telah berpengalaman dalam menangani masalah tersebut sehingga di pandangan kita, mereka seolah-olah tidak pernah mendapatkan masalah sedikit pun paska kesuksesan mereka. Mereka tidak curhat di media sosial, apa yang mereka tuliskan adalah sesuatu yang justru dapat memotivasi dan membuat nyaman pembacanya.
Lima poin itulah yang membedakan mana orang yang benar-benar sukses dan mana orang yang hanya mengejar gengsi semata.
Jika kalian telah merasakan salah satu dari poin-poin yang saya sebutkan di atas, insyaAllah kalian sudah mendapatkan bayang-bayang kesuksesan yang kemungkinan sebentar lagi akan menghampiri kalian jika kalian tetap pertahankan.