Halte Busway     Sejujurnya dari segi rute dan keadaan lingkungan, koridor ini merupakan koridor favorit saya setelah koridor 11, walaupun tidak dengan waktu tunggunya. Hingga saat ditulisnya postingan ini, masih sangat banyak masyarakat yang mengeluhkan mengenai daya kerja koridor ini, termasuk saya. Sampai akhirnya saya memiliki inisiatif untuk merinci beberapa alasan mengenai buruknya efisiensi di koridor yang berwarna hijau muda ini.

  • Rute terlihat dipaksakan

     Saya pernah searching di Google mengenai peta-peta Transjakarta Busway, ternyata ada salah satu gambar yang memuat rute seluruh koridor dari 1 hingga 15 yang kini beberapa dari mereka telah berubah dalam segi penerapan, seperti Blok M-Ciledug yang merupakan koridor 11 kini menjadi 13, dan sebagainya. Sejujurnya saya agak kaget ternyata Transjakarta memiliki koridor lingkar yang akan menjadi koridor 15, namun dalam rencana justru koridor tersebut dihilangkan. Saya berpikir, ke mana koridor tersebut? Setahu saya koridor 15 adalah Blok M-Pondok Kelapa, namun rute tersebut justru terpampang jelas dalam rencana. Sampai akhirnya saya melihat kebagian atas dan di dalamnya ternyata tidak tercantum rute koridor yang melayani Pluit-Tanjung Priok.

 

  • Jalan yang ekstrim dan menyiksa

      Pertama kali saya mencoba koridor 12 secara hampir keseluruhan adalah dimulai dari Pluit setelah menyelesaikan koridor 9. Tepat setelah shalat Maghrib di mushalla dekat halte, saya melanjutkan dengan koridor 12 yang memang sedang ‘ngetem’ di sana. Setelah berangkat, saya agak kaget dikarenakan nama-nama halte tersebut terlihat berbeda dari rencana pada peta yang terpampang di halte-halte yang dibuat oleh ITDP seperti halte Pluit Landmark Auto Plaza, Pakin, dan Gedong Panjang.

     Kemudian saya berhasil dibuat lebih kaget lagi setelah tahu dari gedong panjang rute tersebut masuk ke jalan Kopi dengan jalur yang dibuat dua arah. Padahal jalur tersebut sangatlah tidak ideal untuk ukuran BRT Transjakarta. Pikiran saya pada saat itu adalah, bagaimana ketika dua buah bus yang tiba-tiba mogok dalam arah yang berbeda? Tamat sudah.

     Ternyata rute tersebut belum puas membuat saya kaget dua kali, setelah itu dia benar-benar berhasil membuat saya shock setengah hidup. Pasalnya, rute tersebut memiliki kelokan ekstrim dari jalan Kopi ke jalan Tiang Bendera 5 yang luasnya kira-kira setengahnya dari jalan Kopi, dan kelokan-kelokan ekstrim lainnya hingga bus benar-benar harus berantem dengan angkutan-angkutan kota dan para pedagang-pedagang kaki lima tepat di depan halte Museum Fatahillah. Sampai akhirnya jalur tersebut saya namakan “Jalur Penuh Dengan Air Mata”.

     Oh, satu lagi, kelokan ekstrim di jalan nan mencekik juga terjadi sebelum halte Kali Besar Barat yang mana halte ini tetanggaan dengan halte Museum Fatahillah di mana saya pernah dapati kasus seorang pramudi baru (saya bisa tebak dari seragamnya) gagal melintas dengan sempurna di jalur ini dikarenakan melompat di trotoar sampingnya.

 

  • Terlalu banyak karpet merah

     Ini menahan headway cukup parah dikarenakan koridor ini tidaklah memiliki separator sendiri kecuali hanya di daerah Kota hingga Mangga Dua saja walaupun ada yang lain namun merupakan bagian dari koridor lain seperti 5 dan 10. Hal ini mengingatkan saya kepada koridor 7 namun setidaknya koridor tersebut masih lebih baik walaupun ada ‘neraka’ (baca: macet parah) di Pasar Kramat Jati dikarenakan ukuran panjang jalur.

 

  • Banyaknya perpanjangan jalur

     Tentunya hal ini lebih menyiksa lagi dari segala sesuatunya yang bahkan jauh lebih parah dari koridor 9. Pertama kali saya sempat khawatir mengenai headwaynya ketika jalurnya diperpanjang hingga ke sebuah bundaran di ujung jalan Angkasa. Namun ada yang jauh-jauh lebih parah lagi, semenjak jalan di Gunung Sahari diperbaiki, rute koridor 12 diputar hingga Ancol! Lebih parah lagi, rute harus bersinggungan dengan titik kemacetan di Pademangan, dan bahkan mengantri dengan banyak bus-bus koridor 5 di Ancol yang memang itu merupakan titik awal keberangkatannya.

     Update : Sekarang perempatan Gunung Sahari sudah kembali dibuka per ?? (saya tidak tahu) sehingga bus koridor 12 tidak perlu berputar kembali lewat Ancol.

     Ada yang membuat saya cemas secara berlebihan kembali, yaitu saat mengingat Tanjung Priuk mengalami kemacetan luar biasa disebabkan oleh kendaraan-kendaraan besar yang menuju pelabuhan di mana sedang diadakan bongkar muat.

 

  • Kurangnya bus dengan jumlah yang drastis

     Turunnya jumlah bus yang sangat signifikan dari 36 menjadi 15 yang dipegang oleh operator Bianglala Metropolitan ini memang cukup menyiksa penumpang di sejumlah halte di koridor 12. Tadinya saya kagum dengan kejantanan koridor ini yang rela membagi-bagi busnya dengan koridor lain seperti koridor 9A dan yang lainnya. Namun justru hari ini hingga ditulisnya tulisan ini koridor 12 pun dibantu oleh sejumlah operator, namun masih tidak menunjukkan perbaikan yang berarti. Belum lagi ketika di luar hari-hari kerja jumlah bus dikurangi menjadi 12.

     Update : Pemulihan armada dan penambahan armada bantuan kini telah membuat koridor 12 menjadi sedikit lebih baik.

 

  • Rute yang memusingkan

     Halte Sunter Boulevard, saya sedang menyorotmu. Untuk arah Tanjung Priuk dan Pluit penumpang harus membedakan sendiri dengan perputaran arah yang seperti menyatu dikarenakan bus dari Sunter Karya berbelok arah ke Selatan dan tidak lurus menuju Sunter Kelapa Gading. Tak jarang para penumpang bingung menentukan mana bus yang menuju Pluit, dan mana bus yang menuju Tanjung Priuk di halte Sunter Kelapa Gading karena satu arahnya. Hanya ada satu-satunya pembeda, yakni arah Pluit busnya berhenti tepat di tengah halte, jadi pintu depan busnya berada di pintu tengah halte.

—ooOoo—

     Keseluruhan sebenarnya saya menyukai koridor ini karena nuansa alam dan desain haltenya yang memang sangat memukau, terlebih halte Kemayoran Landasan Pacu yang terlihat pada gambar di paling atas, ditambah lagi beberapa penamaan yang cukup eksotis seperti Sunter Boulevard dan Landmark Auto Plaza. Namun karena koridor ini masih memiliki segudang PR yang mesti diperbaiki, saya sudah sangat jarang untuk mampir ke koridor ini.

     Oh, hingga artikel ini selesai ditulis, koridor 12 masih belum menggunakan sistem amari atau angkutan malam hari. Itu artinya, batas malam penggunaan koridor ini hanya sampai jam 10 malam.

Tanggal Update Terakhir : 07/09/2015

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Berikutnya
    Pewajiban E-Ticketing Transjakarta, Secara Perspektif Umum


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Mohon maaf komentar telah ditutup.

    Kembali
    Ke Atas