Setelah saya menulis artikel mengenai alasan-alasan mengapa saya suka acara sitkom FRIENDS, saya pun juga memiliki beberapa alasan yang saya tidak suka dari acara sitkom tersebut.
Sebenarnya hal-hal yang saya tidak suka, atau bahkan sangat saya tidak sukai dari Friends tidak ada hubungannya dengan jalan cerita acara komedi tersebut. Jadi ini lebih mengarah ke ‘budaya’ dari setting Friends itu sendiri, dalam kasus ini, adalah Amerika Serikat.
Sebelumnya kita dapat melihat jika season-season awal Friends diambil saat gedung Twin Tower masih berdiri, belum ditabrak oleh pesawat teroris, yakni saat 11 september 2001 silam. Baiklah itu adalah hal lain.
Kembali ke topik, lalu dari sini pula, saya akhirnya menyadari bahwa perbedaan Budaya Timur dan Budaya Barat itu memang nyata adanya. Apa saja?
Saya terkadang agak ‘jijik’ sendiri melihat adegan-adegan bercumbu dalam tayangan Friends yang sepertinya menjadi hal lumrah dan tidak tabu di Amerika Serikat. Mereka bebas bercumbu di mana pun, kapan pun, dan dalam hal apa pun.
Lebih parah lagi, adegan meniduri perempuan sepertinya menjadi begitu ‘normal’ di Amerika sana.
Hampir setiap episode biasanya selalu ada adegan bercumbu satu atau dua kali. Adegan-adegan tersebut dilakukan dengan cara ‘profesional’ alias seakan-akan memiliki birahi yang sangat kuat. Saya sendiri tidak dapat membayangkan apakah adegan cumbu tersebut hanya sebatas akting atau memang betulan.
Dan katanya, Friends sudah dapat dinikmati oleh para remaja mulai dari usia 13 tahun ke atas. Wew, zaman saya dulu, usia 13 masih sering-seringnya mandi telanjang di kali.
Begitu melihat orang tua Rachel tidak marah mengenai anaknya yang hamil di luar nikah saat pertama kalinya (marahnya di beberapa episode kemudian dan itu pun tidak intens), saya sebenarnya menjadi cukup gondok dengan budaya orang sana.
Masalahnya, orang tuanya sendiri menganggap enteng ketika anaknya hamil di luar nikah hanya karena kondomnya bocor atau entah, dengan catatan si pria akan mengawininya.
Padahal, untuk alasan apa pun, hamil di luar nikah bagi budaya timur adalah sesuatu yang sangat, sangat rendah. Untuk apa ada perkawinan jika kejadian perut sang perempuan yang sudah terlanjur membesar adalah hal yang lumrah selama ada niat dinikahi? Bahkan di beberapa adegan terkait masih sempat-sempatnya dibumbui dengan canda dan komedi.
Sedikit tidak dapat dimaafkan.
Berapa kali saya lihat adegan di Friends yang memang terlihat menyamaratakan umur setiap orang, seperti memaki-maki orang yang jauh lebih tua, menaruh kaki di atasnya, dan bahkan langsung memanggil namanya (tidak ada sapaan mr/mrs kecuali saat-saat formal).
Sekali-lagi, saya sebenarnya tidak dapat menyalahkan Friends karena saya melihat orang-orang sana, terutama via kolom-kolom komentar video-video cuplikan Friends di Youtube, tidak ada yang mempermasalahkan adegan tersebut bahkan menganggapnya sangat lucu. Artinya, itu seakan sudah seperti budaya.
Meskipun memang adegan tersebut menandakan bahwa setiap orang dapat menjadi teman, namun bukan berarti harus dijadikan teman sebaya. Saya terkadang masih merasa sedikit tidak nyaman setiap melihat beberapa adegan tabu tersebut.
Mulai dari sini, barulah saya paham adanya gap atau jurang pemisah antara budaya timur dengan budaya barat. Bahkan di Asia Timur sekali pun yang katanya majalah porno dapat dengan mudah diakses, tetap tidak setiap orang dapat mendapatkannya.
Bahkan, di dunia timur itu sendiri, adalah sesuatu yang sangat pamali jika kita memperlakukan orang yang lebih tua seperti teman sebaya. Rekan kerja saya bahkan tidak ingin berdebat dengan orang tua di jalanan karena khawatir ‘kualat’ atas tindakan tersebut, walaupun orang tua tersebut memang salah.
Namun sisi positifnya, sinema komedi Friends telah berhasil membuka mata saya mengenai bagaimana kehidupan orang-orang di Amerika sana. Mana yang normal, dan mana yang tidak, dan seterusnya. Tidak masalah, saya masih mengikuti season-season Friends sisanya yang belum saya tuntaskan.