Saya sebenarnya pernah mengajukan adsense untuk situs ini 2016, namun ditolak dengan alasan konten yang masih sedikit. What? Padahal waktu itu sudah mencapai 200 artikel lho… Namun ternyata saya kaget 2 tahun kemudian saya melihat ada yang imut-imut nyempil di antara sidebar saya yang saya yakin itu bukan berasal dari konten saya.
IKLAN!!!
Tidaakk! Tidak mungkin!
YES!!!
Dengan penghasilan awal yang super menyedihkan bahkan untuk beli jejak kaki kutu saja tidak bisa. Namun beberapa kemudian setelah angka-angka yang saya dapat di Adsense sudah bangkit dari perantauan, saya melihat ada warna-warna merah menyala di bagian atas. Apa itu?
Oh, Google meminta kartu identitas saya, dengan sedikit ancaman. Apa? Ancaman? Iya, Google bilang jika setelah beberapa kali ditolak verifikasinya, maka Google akan ngambek dan memutuskan kemitraannya dengan saya. Udah kek ojol aja.
Berhasil setelah ditolak sekali karena pakai lampu flash.
Peringatan merah masih muncul. Belum puas verifikasi keknya. Nyatanya Google minta alamat saya agar dikirimi surat cinta langsung dari kantornya. Wah, kok bisa? Katanya, pembayaran saya sudah melewati ambang batas untuk dilakukan verifikasi pengiriman, walaupun saya sudah mendaftarkan bank dan kartu debit pintar saya.
Ok, pin selesai saya buat dan siap dikirimkan. Proses pengiriman akan dilakukan 3-5 hari kerja dan katanya baru akan tiba paling lama 6 minggu kemudian.
Oke, saya tunggu jodoh saya. Ehm bukan, maksud saya jodoh, eh suratttt! Pasti jika sudah datang saya akan berpamer-pamer ria di story Instagram.
2 bulan lewat belum datang juga. Padahal selebrasinya sudah saya susun dengan rapi. Semuanya saya beritahu, termasuk ibu kos. Sial.
Eh, ternyata bisa generate PIN lagi jika sebulan tidak sampai. Ya sudah, saya generate lagi… tapi sebentar, saya baru sadar ternyata saya lupa cantumin nomor rumah dan RT/RW! AH! Akhirnya saya ubah selengkap-lengkapnya termasuk kalimat penjelas seperti seberang apa, indekos siapa, dekat apa, dst… dst…
Klik.
Hari demi hari saya melihat bahwa Google semakin mengamuk dan mengamuk. Dia bilang, bahwa jika sudah 4 bulan saya belum mendapatkan PIN saya, saya akan diblok sampai pinnya kelar dimasukkan.
Dan saya hanya punya kurang dari satu bulan lagi…
Aduh saya panik tingkat kucing! Sudah sebulan lebih surat dari Kalifornia (eh, bener ya kantor Google di situ, sori males browsing) tak kunjung menyapa diriqquh. Nasib, nasib jadi jomblo bahkan surat pun enggan datang.
6 minggu lewat dan pemilik kos mempertanyakan juga surat dari Amerika sana yang katanya berjanji akan bersilaturahmi ke kotak penitipannya. Saya hanya angkat bahu seakan saya juga tidak mau tahu menahu.
Bahkan, Google sudah siap dengan pin terakhir yang boleh digenerate jika pin sekarang tidak kunjung datang juga. Saya akhirnya dengan putus asa menggenerate kembali. Google bilang, jika ternyata suratnya masih membandel dan tersangkut di hal yang bukan-bukan, Google hanya ingin saya mengupload ulang KTPnya dan diverifikasi manual.
Saya bahkan banyak disarankan oleh orang-orang agar ke kantor pos terdekat, yang saya bahkan tidak tahu di mana kantor pos terdekat itu. Terus, saya harus ngapain? Ngubek-ngubek surat-surat orang gitu? Males banget, sampah. Eh, sumpah.
Pos dari Google tidak memiliki resi betewe, jadi jika memang ke pos dan karyawannya ngeyel meminta nomor resi, cukup tunjukkan screenshot yang langsung diklarifikasi Googlenya. Biar pada tahu!
Eh, saya ada titipan! Deg-degan saya buka…
Oh ternyata surat-surat penting untuk saya antarkan ke adik saya yang sedang di pesantren di Pamulang. Saya juga harus memilah surat-surat tersebut agar saya bisa pisahkan mana dokumen penting dan mana dokumen yang harus saya simpan.
Dan sangat malas dan lapar besoknya karena belum sarapan, saya ke Pamulang.
Yang setelah sampai di sana, dokumennya tertukar. Saya kecewa, adik saya kecewa, waktu saya kecewa, dunia ini kecewa. Sudah. Saya hanya mengamuk di batin tidak jelas. Akhirnya adik saya menyarankan agar diantar via jasa pengiriman yang kantor cabangnya tidak jauh dari saya. Oh yowis.
“Ya Allah, deal. Saya ‘ikhlas’ dengan kejadian surat yang tertukar ini (dah kayak judul sinetron) jika hikmahnya memang harus barter dengan surat Adsense.” Batin saya akhirnya mereda.
Besoknya, saya benar-benar dipanggil dan saya benar-benar menerima potongan kertas bertuliskan Adsense. Alhamdulillah!!! Saya kemudian membaca, “Bayaran Pos Jelas”.
What? Malaysia? Ta’ pikir beneran dari Mamarika! Ta’ peu lah!
Benar-benar selebrasi dadakan pada saat itu. IG story saya bombardir, dengan persetan dengan jam kantor yang sudah telat. Saya mau bahagia dulu.
Eh, sebentar, berarti ini adalah pos kedua ya… sedangkan kemarin saya baru saja generate PIN ketiga dan baru saja dikirim. Duh aduh, cocok nggak ya…
Ternyata memang PINnya ketika kita request untuk dikirimkan kembali oleh Google, itu tidak berubah sama sekali alias sama. Dah, alhamdulillah. Ternyata hikmah sabar gegara episode surat yang tertukar benar-benar terjadi. Subhanallaahi wa Bihamdih.
Kini pita-pita merah mengganggu di topbar dasbor Adsense saya sudah say sayonara untuk selama-lamanya. Dan kehidupan beriklan saya sudah menempuh fase happily ever after. Eh, Googlenya jangan bangkrut dong!
Salah satu teman saya mengira saya diterima kerja di Google. What?!