Sukses Sebelum Usia
Mungkin tidak jarang ketika kita membuka situs berita atau jejaring sosial, kita terkadang mendapatkan berita mengenai anak-anak muda yang telah sukses mengecap kesuksesan di usia mereka yang bahkan belum menyentuh angka 30. Saya pun demikian, yang seringkali terbesit ucapan, “wow” saat menyaksikan para jutawan muda via media tersebut.

Bahkan beberapa media memiliki rubrik khusus yang berjudul ‘under 30’ yang isinya benar-benar koleksi dari banyak anak muda yang telah mencapai ‘puncak gunung’ dalam kehidupannya di usia yang begitu muda.

Tetapi yang jadi perhatian saya di sini adalah, ada beberapa orang yang memang mudah ‘down’ dalam melihat berita-berita yang seperti itu. Alih-alih mereka mendapatkan motivasi dari anak-anak muda beruntung tersebut, yang ada justru sebaliknya.

Karena memang saya benar-benar menyaksikan ada orang yang pailit dalam usahanya saat mereka harus berhadapan dengan orang seusia mereka yang memiliki usaha yang sama namun justru mendapatkan keistimewaan lebih.

“Padahal seharusnya saya yang lebih pantas!” Mungkin itu yang terbesit dari orang-orang malang tersebut. Maka dari itu, artikel ini saya buat.


Ambisi yang membutakan

Ada orang yang sedikit lebih muda dari saya berkata, “Kak, lihat deh, enak ya si seleb ini, masih 20an tapi sudah bisa nyawer orang lain…”

Saya hanya menghela napas dan bertanya, “Lalu?”

Sudah saya duga, ia ingin seperti si seleb muda tersebut. Ternyata setelah saya tilik, ia adalah seorang programmer. Saya kemudian duduk dan mencoba memberikan pendekatan, “Lihat, kalau saya bilang agar dirimu lebih melihat yang di bawah daripada yang di atas, pasti dirimu sudah tahu. Praktik selalu menjadi bagian yang tersulit.”

Sebelumnya saya benar-benar memberi selamat kepadanya karena dia sudah menjadi orang yang jujur. Artinya, dia berani berkata kepada saya bahwa dia ingin menjadi begini dan begitu dan mengutarakan rasa irinya kepada orang yang telah ‘merebut’ impiannya.

Bahkan ada orang yang berkata, “Saya merasa kalau sudah ada orang yang ‘lebih’ dari saya, saya menjadi tidak berminat dengan apa yang saya kerjakan ini. Saya tidak tahu bagaimana mereka dengan mudahnya mencapai kesuksesan padahal setiap hari saya juga selalu berusaha menjadi lebih baik.”

Saya paham bagaimana sakitnya saat kita memimpikan sesuatu karena kita merasa cocok dengan mimpi itu namun orang lain ternyata mendapatkan mimpi kita tersebut di saat kita belum ‘siap’ untuk menerima kenyataan.

Kita tahu, setiap orang memiliki ambisi untuk sukses. Namun masalahnya jalannya selalu menjadi misteri. Apakah jalan yang saya ambil itu benar? Apakah jalan yang saya ambil benar-benar membawa saya kepada kesuksesan? Omaigad help meee…


Memahami istilah dengan lebih jauh

Saya yakin kita sudah pernah dengar istilah “Setiap orang memiliki jalan mereka masing-masing.”

Tetapi banyak orang yang justru menjadi lebih khawatir dengan istilah tersebut. Mungkin saat kita mengutarakan kekhawatiran kita, jawaban yang didapat dari orang lain seakan template seperti, “Kita harus selalu berbaik sangka kepada sang Penentu Takdir”, meskipun itu memang benar.

Tetapi tentu saja kata “hikmah” lahir karena suatu alasan. Saya sudah pernah merasakan salah satu dari kata “hikmah” ini. Tahun 2017 saya pernah kepincut dengan Instagram di mana saya membeli kamera untuk melakukan fotografi dan berlomba untuk menjadi fotografer yang dikagumi.

Bayangan saya pada saat itu adalah mungkin saya dapat membuat portfolio mengenai fotografi, diundang dalam seminar-seminar, masuk ke dalam jajaran anak-anak muda yang berprestasi.

Namun alhamdulillah hal itu tidak terjadi meski saya pernah menelan rasa pahit dari pengalaman “hanya menyaksikan mereka yang mendapat ribuan likes sedangkan saya hanya mentok di puluhan bahkan terus berkurang.”

Saya akhirnya sadar bahwa saya sepertinya lebih cocok menjadi programmer karena itulah hobi yang saya senangi dari dahulu. Kini, saya telah memiliki perusahaan sendiri dan beberapa karyawan, dengan usaha teknologi yang telah berjalan lebih dari empat tahun.

Bayangkan jika saya dulu ternyata menjadi selebgram dan masih terlarut dalam euforia serta glamor dunia hiburan. Saya tidak akan membayangkan bagaimana saya sendirian berjuang melawan saingan-saingan saya yang setiap hari bertambah ribuan orang.

Sedangkan dalam dunia bisnis saya sekarang, saya dibantu oleh beberapa rekan kerja saya yang begitu profesional.

Saya bahkan dapat kuliah dan membeli kendaraan saya dengan tunai, tanpa kredit, lewat jalan programmer, bukan hiburan.

Jadi biarkanlah mereka yang sudah sukses di usia yang begitu muda, itu sudah jalan takdir mereka. Kalian mungkin juga memiliki jalan takdir yang tak kalah manis jika kalian lebih konsentrasi dengan kegiatan kalian dan tidak terganggu dengan berita-berita ambisius yang tidak menghasilkan motivasi apa-apa bagi diri kalian.


Mimpi tidak mengenal usia

Sekarang lihatlah diri kalian sendiri, apakah dahulu kalian tidak memiliki cita-cita yang mungkin ingin kalian wujudkan hari ini? Setiap orang memiliki garis takdir masing-masing dan itu memang diperlukan.

Bayangkan jika semua yang sukses di dunia ini adalah orang-orang yang harus berusia di bawah 30 tahun, mungkin jalan cerita dunia ini akan jauh berbeda.

Bahkan ada yang lebih mengejutkan lagi, beberapa orang ada yang memang sebenarnya sudah sukses sebelum usia 30, namun mereka lebih sedikit mendapatkan perhatian karena mereka lebih memilih low profile atau tidak tertarik dengan sorotan kamera dan media.

Jangan sampai ambisi untuk sukses di usia 30 menjadi batu sandungan untuk meraih mimpi-mimpi yang selama ini mungkin telah susah payah kalian ukir. Lebih parah lagi, ambisi untuk menjadi sukses sebelum usia 30 ini hanya sebatas mengejar gengsi semata.

Intinya, banyak orang mengira bahwa lebih cepat mendapatkan gengsi itu lebih baik, artinya ia lebih dahulu mencapai keberhasilan dibandingkan dengan orang-orang seusianya, atau lebih dahulu keluar dari persepsi orang-orang kepada mereka selama ini.

Padahal sebenarnya, hal itu sangat tidak dianjurkan. Bahkan kalau bisa, ambisi tersebut wajib dihilangkan sama sekali.

Banyak orang lupa yang seharusnya mereka kejar adalah mimpi yang matang, yang darinya akan lahir produk-produk unggulan yang membuatnya bertahan hingga beberapa dekade mendatang. Bukan mimpi prematur yang hanya sekejap terbilas kilau cahaya media, namun setelah itu dengan instan tersingkirkan oleh para pendatang baru.


Kesempatan dalam kesempatan

Sekarang tugas kita hanyalah menuju kepada peluang-peluang yang mungkin dapat membuat hidup kita lebih baik dari tahap ke tahap.

Orang-orang yang sudah menemui kesuksesan di usia yang begitu muda dapat dipastikan mereka sangat peka dengan hal-hal yang dapat membuat mereka lebih baik dari hari ke hari.

Tetapi kesempatan seperti apa? Apakah yang dimaksud dengan kesempatan ini adalah ‘sikut-sikutan’? Bukan, tentu saja.

Sekarang apa hobi atau pekerjaan kalian? Misalnya saya sebagai programmer, selalu membaca artikel-artikel untuk membuat aplikasi saya menjadi lebih mudah dioperasikan pelanggan-pelanggan saya.

Dengan kemudahan yang pada akhirnya menjadi nilai lebih bagi produk aplikasi saya, tentu saja itu dapat menjadi pancingan bagi calon-calon pelanggan lain agar ikut mencicipi betapa ‘lezat’nya aplikasi yang saya buat.

Atau untuk orang-orang yang gemar menulis, mereka lebih mendalami karya tulisnya, mencoba untuk membaca kondisi masyarakat di sekitarnya, menyibukkan diri untuk membuat dirinya tertantang membuat artikel-artikel yang mengulik apa yang terjadi di bumi tempat berpijaknya.

Kemudian mungkin akan ada kesempatan ekstra lain seperti sayembara atau lomba-lomba, atau peluang menjadi pembicara pada suatu event.

Intinya jangan khawatir, kesempatan tersebut seperti bus yang berhenti pada haltenya. Jadi kita sang penumpang seharusnya tidak akan terlewat kesempatan tersebut kecuali memang disengaja atau memang enggan mengambil kesempatan tersebut.


Kesimpulan

Jadi daripada kita terus merisaukan apakah kita dapat menjadi orang-orang sukses di usia 30 atau tidak, lebih baik terus menyibukkan diri dengan apa yang menjadi hobi kita.

Kita pada akhirnya tahu bahwa kerja keraslah yang menjadi bahan-bahan utama dalam komposisi kesuksesan kita, plus peka terhadap setiap kesempatan yang mungkin sedang mampir.

Yakinlah selalu dengan ungkapan, “Tiada usaha mengkhianati hasil…”

Jika kita sudah berbahagia dengan kesibukan kita, bisa jadi salah satu dari kitalah yang ditakdirkan sukses di usia 30 atau kurang dari itu.

Namun jikalau tidak pun memangnya mengapa? Lihat, banyak sekali karya-karya yang kita nikmati berasal dari produk orang sukses yang usianya bahkan sudah dua kali lipat dari kita.

Salah satunya? Ayam gorengnya sang kolonel…

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    7 Hal Ekstra yang Wajib Diajarkan Kepada Keluarga dan Kerabat Kita

    Berikutnya
    5 Hal Yang Dirindukan Dari Tahun 90an dan Sebelumnya


  • 1 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    1. terkadang kata kata sukses sebelum umur 30 tahun itu kebanyakan kemakan omongan motivator hehe
      padahal untuk sukses itu sendiri ada lika liku yang dijalani. Dan ada yang dilupakan, bahwa pada saat orang lain sukses itupun, masih ada masalah dan juga tantangan yang harus dihadapi dan juga diselesaikan. Nice article mas Nanda

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas