Kalimat agung itu menjadi suatu hal yang sangat menakutkan bagi masyarakat terutama bagi negara-negara barat yang memiliki mayoritas agama non-muslim. Sebuah ketakutan yang besar terjadi jika kalimat tersebut dipekikkan, seakan memacu sekelompok orang-orang berjanggut yang akan melakukan kehancuran besar di kawasan tersebut.
Sekelompok orang-orang berjanggut. Iya, siapa lagi jika bukan dialamatkan kepada orang-orang Islam?
Hal-hal yang berkaitan tersebut menarik untuk dibahas di sini.
Yang selama ini tertanam dalam lubuk mereka adalah jika seseorang meneriakkan kalimat “Allaahu Akbar!” Maka yang terjadi selanjutnya adalah bunyi, “Duar! Beledar! Bedebum! Bedebah!”
Iya, tragedi 9-11 dan bom Bali adalah salah satu pemicu terbesarnya yang menyebabkan kalimat agung tersebut menjadi sangat ternoda. Padahal, ‘Allahu Akbar’ -hanya- memiliki arti bahwa Allah Maha Besar, yang dapat diinterpretasikan kepada ciptaan-ciptaanNya yang luar biasa besar seperti Planet, Bintang, Galaksi dan bahkan alam semesta ini.
Jadi “Allahu Akbar” bukan berarti “Let’s bombing the fkn people!“
Lalu apa hubungannya “Allahu Akbar” dengan teror-teror bom yang dilakukan oleh seseorang yang mengaku muslim?
Apa hubungannya “Allahu Akbar” dengan teror-teror bom yang dilakukan oleh seseorang yang mengaku muslim? Jihad, tentu saja. Jihad berperang di jalan Allah swt. dengan cara menghancurkan orang-orang kafir dan non-muslim. Pada akhirnya bangunan, pepohonan, rumah ibadah, orang tua, anak-anak, dan orang yang tidak bersalah pun banyak yang menjadi korban.
Namun apakah demikian yang diajarkan Nabi Muhammad saw.? Atau itu semua hanya ulah oknum yang sengaja ingin menjatuhkan nama besar Islam? Jika memang Rasulullah Muhammad mengajarkan hal-hal tersebut, pastinya di zaman Beliau tidak akan pernah ada yang namanya orang kafir apalagi non-muslim.
Dan sejak kapan jihad artinya adalah perang? Dan sejak kapan pula jalan Allah diartikan sebagai jalan yang hanya bisa ditempuh dengan peperangan?
Benarkah Islam pernah melakukan peperangan?
Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq, dan yang lainnya pernah terjadi di zaman baginda Muhammad saw. Namun tidak adakah pertanyaan lain yang dapat mengungkap sisi-sisi menarik dibalik fakta tersebut?
Iya, seperti pertanyaan, “Apakah perang tersebut dimulai oleh muslim?”
Betul, tidak ada satupun dari muslim yang pertama kali sengaja memicu peperangan atau ngajak ribut kepada orang-orang kafir sehingga pecahlah peperangan. Dari apa yang saya baca melalui literatur-literatur, perangnya umat Islam adalah perang defensif atau perang untuk mempertahankan diri.
Lihat? Dari jumlahnya saja, pasukan umat Islam hampir atau memang selalu lebih sedikit dari pihak lawan, seperti perang Badar yang pasukan muslimnya hanya 313, jauh di bawah pasukan musuh yang hingga 1.000.
“Tetapi zaman khalifah pun pernah mengumumkan perang!”
Maksudnya di sini adalah zaman kekhalifahan Abu Bakar ra. yang mengumumkan perang kepada mereka yang tidak ingin membayar zakat mal dan membangkang.
Namun sebentar, ketika khalifah Umar ibn Khatthab ra. yang juga mengumumkan perang kepada orang-orang yang malas, apakah sang khalifah mengirimkan pasukan yang banyaknya ekstrem untuk membunuh-bunuhi mereka-mereka yang malas?
Ketika pemerintah memiliki program untuk memerangi kemiskinan dan pengangguran, apakah itu artinya adalah adanya kewajiban untuk menumpahkan darah orang-orang miskin dan menganggur?
Diluar itu, ada hadits yang berbunyi,
“Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad melawan dirinya dan hawa nafsunya.“
Apakah itu artinya kalian akan melakukan tindakan bunuh diri?
Ketika Islam tidak pernah melakukan peperangan (yang dalam hal ini adalah pertumpahan darah), lalu bagaimana dengan penaklukan-penaklukan negeri untuk perluasan wilayah yang dilakukan Rasulullah Muhammad saw.?
Strategi Beliau kemudian dianut oleh orang-orang Cina yang mengapa cakupan mereka telah hampir berada di seluruh dunia dan sukses memprakarsai beberapa pasar-pasar dunia.
Jika yang kalian pikirkan yang dilakukan oleh orang-orang Cina tersebut adalah produk-produk tiruannya, maka itu sangatlah sempit. Yang mereka lakukan tentu saja menguasai pasar meskipun cara yang dilakukan yaitu meniru produk-produk orang lain adalah hal yang tidak dibenarkan. Namun penguasaan pasar inilah yang memang diperintahkan Rasulullah melalui sahabat beliau yang sangat kaya bernama Abdurrahman bin Auf.
Jihad, terdengar seperti sebuah kata yang menyeramkan dengan diikuti dengan teror-teror mengerikan. Padahal mencari nafkah juga termasuk jihad di jalan Allah, mengapa tidak bersungguh-sungguh dahulu kalian dalam hal tersebut?
Mengapa zaman dahulu perangnya memakai kuda? Karena memang pihak lawan yang memulai memakai kuda. Jika sekarang perang yang dilakukan sudah dengan senjata laras canggih dan jaringan digital, apa umat Islam akan masih akan berperang dengan kuda?
—<(Wallaahu A’lam Bishshawaab)>—