Situ BagenditPuncak melulu saya jadi agak bosan sih. Ingin jalan-jalan ke tempat yang ‘sedikit’ lebih jauh. Saya tidak tahu darimana ide gila saya ini berasal yang pasti pada saat itu saya terpikir akan Garut. Ah, setelah saya meminta restu dari klien dan partner saya (restu? Emang mo nikah?), saya putuskan untuk berangkat nekat pada hari kerja, tepatnya hari Selasa.

Setelah membaca artikel mengenai Garut, saya akhirnya memiliki 2 opsi, yaitu Situ Bagendit dan Talaga Bodas. Jika saya sampai Garut sebelum tengah hari, Talaga Bodaslah yang akan saya tuju, namun jika tidak maka Situ Bagendit menjadi pilihan terakhir. Saya berangkat ketika sedang mulai memasuki musim hujan, dan saya sadar semua ramalan cuaca tidak ada hasil yang menyenangkan, maksud saya, mendungnya merata.


  • Mudah, dan mudah…

Pagi itu sekitar jam 6 lewat saya memesan ojeg online ke Pool Bus Primajasa yang tepat di sebelah barat halte busway BKN, namun saya memesan dengan tujuan BKN karena tidak tercantumnya nama Pool Bus Primajasa di peta. Tadinya saya ingin naik Transjakarta ke BKN, namun kalian tahu, Jakarta sedang dihajar pembangunan-pembangunan infrastruktur jalan yang dapat menyebabkan saya stuck di dalam bus hingga berjam-jam.

Setibanya di depan Pool Bus, saya agak deg-degan mengingat ini adalah pertama kalinya saya akan bepergian sejauh hampir 200 Km dalam waktu hanya satu hari karena saya memang sedang banyak kerjaan. Di dalam Pool sudah tersedia bus yang sedang menunggu keberangkatan dalam 3 rute, yaitu Bandung, Tasik, dan Garut. Bus jurusan Bandung dan Tasik tersedia cukup banyak sedangkan Garut hanya 1 buah, what?

Saat saya naik bus pada pukul 06.50, pada saat itu memang bus dalam kondisi yang sangat, sangat kosong. Penumpangnya baru hanya ada saya sendiri. Di jendela sudah disebutkan bahwa tarif bus menuju Garut adalah Rp52.000, dan saya sudah siapkan uang 2rb nya. Sambil menunggu bus berangkat, saya sarapan roti dan susu yang saya beli sebelumnya dari minimarket dekat saya tinggal.

Satu per satu penumpang sudah bermunculan dan ternyata bus hanya ngetime sekitar 20 menit untuk berangkat tidak peduli bus masih dalam keadaan kosong. Pukul 07.10, bus sudah keluar pool. Asik.


  • Terjebak, antara pulang dan lanjut

Bus berputar di Exit Tol UKI dan belok kanan di PGC, yang kemudian terjebak macet sampai pertigaan Dewi Sartika. Macetnya lumayan panjang, hingga memakan waktu sekitar hampir 30 menit. Baru sekitar jam 8an, saya masuk tol Cikampek. Apa saya lebih baik pergi ke Garut ketika hari libur saja ya, padahal targetnya sampai garut jam 11an…

Lega rasanya lepas dari kemacetan tadi dan saya masuk tol Cikampek. Sebelum akhirnya saya tarik kembali rasa lega yang menyelimuti saya tadi. You know? Karena adanya 4 pembangunan sekaligus, tol Cikampek sudah macet dari KM 8! Dan macet akan terus berlanjut hingga 2019. Tol Cikampek Layang, LRT, Tol Terusan Cibitung, dan Kereta Cepat Jakarta Bandung menjadi biang kerok.

Hingga jam 9 bus belum ada laju yang berarti, jam 9.30, jam 10.00, dan terus berlanjut. Bahkan bahasa kasarnya saya bahkan sudah bermimpi sampai 3 kali dan bus tetap stuck! Huwwaaaaa mau tiba di Garut jam berapa ini…??? Jika tahu akan begini maka lebih baik saya naik KRL jurusan Cikarang lanjut bus jurusan Garut. Saya tidak pernah ke Terminal Cikarang sebelumnya, tetapi berdasarkan info memang ada bus jurusan Garut dari sana.

Saya hanya memandang ke luar, iri dengan jalur pulang yang sepertinya tidak ada masalah sedikit pun. Partner kerja saya bahkan ketika tahu hal ini menyuruh saya agar pulang kembali. Saya katakan tidak bisa karena saya sudah bayar full ke Garut (jika hanya ke Cileunyi hanya Rp40.000). Ini namanya tekad, bukan pelit, ehm.

Akhirnya bus kembali lancar di KM 24 pada pukul 11.30! Tol Cikampek pun terlihat berantakan karena proyek yang memakan badan jalan di kiri kanan. Membuat lajur tol hanya menjadi 3 bagian. Bahkan selama macet saya menggerutu sana sini ditambah lagi akan sebuah kenyataan yang harus diterima bahwa macet di sana akan terus terjadi hingga 2019. Bidang yang berwenang hanya dapat memberi himbauan sabar, sabar, dan sabar…

Maka dari itu saya berjanji akan membuat artikel khusus mengenai masalah ini dan bagaimana cara mengatasinya.

Oh wait, saya sudah buatkan untuk kalian. Klik di sini, terima kasih.

Kasihan juga mereka yang berdiri di bus Transjakarta jurusan Bekasi…. selama itu… 🙁


  • Blepotan waktu, namun ada sedikit hiburan

Saya agak sport jantung kembali ketika saya lihat kemacetan di Tol Cipularang karena ada perbaikan jembatan. Pengen nangis, kapan sampainya…? Oh ternyata cuma beberapa ratus meter saja, alhamdulillah. Perjalanan pun lancar hingga keluar tol Cileunyi. Saya pikir sudah dekat ke Garut, ternyata masih 50 Km lagi, dan sudah pukul 14.30. Bus sempat ngetem kembali di Cileunyi walau hanya 5 menit dan dilanjutkan lagi dengan kemacetan karena ada perbaikan jalan setelahnya. Saya hanya menggores sebuah senyuman dengan paksa.

Telepon seluler milik penumpang lain berdering sana sini dan jawaban dengan alasan macet pun menghiasi seisi bus. Phahahah, mungkin orang rumah pada khawatir mengapa mereka belum juga sampai.

Jam 3 sore baru lancar kembali, dan inilah sensasi Garut baru saja dimulai. Saya tidak tahu jika jalannya dibuat membelah gunung seperti di Puncak namun sensasi pegunungannya di sini lebih kental. Saya tidak tahu gunung apa saja itu, yang pasti itu sangat eksotis. Setidaknya ada sedikit penenang setelah rentetan kemacetan tadi.Situ Bagendit

Saya tidak tahu mengapa saya tidak ingin turun di terminalnya, melainkan di pertigaan yang ditunjuk dengan tanda panah pada gambar peta di atas. Saya memberanikan diri untuk maju ke kursi depan dan bertanya perihal Situ Bagendit kepada seorang penumpang yang juga ingin turun di sana. Jawabannya di luar dugaan saya, “Sama saya aja kang…”

WAAHHH! MAKASIIH!!!


  • Wait, wait… oh wait!

Dari pertigaan saya langsung belok kiri diantar oleh penumpang tersebut, yang ternyata tujuannya sama-sama ke Situ Bagendit. Maksud saya, rumah penumpang tersebut dekat situ bagendit. Waktu sudah pukul 15.40, dan kami lanjutkan dengan angkot merah (katanya nomor 05) yang hanya memakan tarif sekitar Rp5.000 dan turun tepat di depan gerbang Situ Bagendit.

Saya turun persis di sebuah gerbang kecil situ yang tepat di sebelah mushalla, dan ternyata tidak ditagih meski ditulis tarif masuknya adalah Rp5.000. Jadi loketnya benar-benar kosong, jadinya saya shalat Ashar dulu di mushalla Situ Bagendit dan dilanjut shalat Zhuhur yang tertinggal. Setelah itu saya bertanya kepada salah seorang pengunjung mengenai banyak hal yang jawabannya kira-kira begini:

Kalo hari biasa mah kang biasanya nggak ditagih kalo masuk lewat gerbang mushalla. Dan tadi saja saya naik bebek-bebekan tidak dibatas waktu. Jika sudah tidak ada lagi bus menuju Jakarta dari terminal Garut, akang bisa naik angkot ke (aduh daerahnya saya lupa, Limbangan kalo gak salah) soalnya di situ bus ke Jakarta banyak…

Wah makasih lagi… Informatif sekali.

Setelah mencabut chargeran HP dari mushalla, saya masih ada waktu 1 jam untuk keliling situ.

Situ Bagendit

Dan benar, hampir tidak ada tempat makan karena mungkin ini hari biasa. Jadinya saya keliling sambil kelaparan. Tempatnya benar-benar mengingatkan saya akan Studio Alam TVRI karena memang hampir mirip. Banyak rakit ala Indonesia sedang parkir di sana, dan saya tidak dapat menilai tempatnya luas atau tidak karena sudah begitu sore.Situ Bagendit

Namun setidaknya saya dapat menikmati pendopo-pendopo di sana sambil buka laptop sebentar. Banyak permainan bebek-bebekan dan rakit yang sedang tidak beroperasi karena memang tidak ada pengunjungnya. Namun pemandangannya tetap saja enjoyable. Saya mencoba duduk dan benar-benar menikmati apa yang ada di sana.

Situ Bagendit

Fasilitas lainnya ada permainan kereta-keretaan yang mungkin beroperasi ketika hari libur, saya tidak tahu yang ini dikenai tarif tambahan atau tidak, tetapi sepertinya iya. Selebihnya saya tidak menemukan sesuatu yang lain selain pada saat itu sepertinya ada kunjungan dinas pemerintah yang saya acuhkan. *heheSitu Bagendit

Wah sudah jam setengah 5! Bus terakhir jam setengah 6 dari terminal Garut menuju Jakarta. Ayo cepat pulang!


  • Kenangan terukir diluar harapan

Di angkot arah pulang ke terminal Guntur Garut, saya disapa seorang ibu, saya katakan bahwa saya dari Jakarta dan ibu tersebut kaget ketika saya hanya mampir sebentar lalu pulang lagi. Ibu tersebut hanya berpesan agar saya sering main-main ke Garut. Kata-kata lembut dari si ibu membuat saya tersentuh. Baik ibu, saya insyaAllah akan datang ke Garut lagi suatu saat nanti.

Dari angkot saya lihat ada bus Primajasa dari kejauhan, yang saya dapat tebak itu jurusan Jakarta, bukan Bekasi. Saya langsung stop angkot dan segera memberhentikan bus yang ternyata benar jurusan Jakarta itu. Saya naik bus pukul 16.44, dan bus sudah cukup penuh.

Kalian tahu, saya tidak dapat melupakan apa yang tersaji dari sepanjang perjalanan bumi Garut. Kanan Kiri benar-benar kaki Gunung dan rumah penduduk sepertinya sudah bersahabat dengan mereka. Saya lihat banyak sekali rombongan Moge yang sedang touring di sana mungkin karena memang pemandangan yang disajikan tidak main-main sepanjang jalan yang meliuk-liuk.Situ Bagendit Situ Bagendit Situ Bagendit

Garut, thanks…

Karena jalanan lancar, saya sampai di Cililitan BKN pukul 21.30.

Maaf ya, tulisan kali ini tidak begitu membahas lebih dalam tujuan wisata karena saya dihalau waktu. Semoga kalian dapat menikmati sisi lainnya. Terima kasih. 🙂


  • Lokasi Google Maps

[flexiblemap address=”Situ Bagendit” width=”100%” height=”500px” zoom=”15″]

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Tersingkapnya Fantasi : Danau Dora LIPI Cibinong

    Berikutnya
    Tol Cikampek Macet Hingga 2019, Saya Cari Solusi


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas