Bisul Bumi

Iseng sewaktu saya membuka Google Maps dan mencoba mencari daerah-daerah hijau dekat Jakarta seperti kawasan Sentul, saya menemukan sebuah penanda di tempat hijau yang kemudian saya klik. Dari sana terdapat foto-foto yang salah satunya memuat pemandangan Gunung Salak.

Namun dari sini saya sudah melihat Gunung Salak sudah dalam perspektif yang tidak sama lagi. Kemudian saya mengacak-acak kategori Gunung Berapi di mbah Gugel, hasilnya membuat saya lebih mengubah cara pandang saya tentang seluruh Gunung Berapi di dunia ini.


Sebuah ketinggian yang menakjubkan

Ketika berbicara gunung, yang saya inginkan adalah sebuah gunung satuan yang berdiri sendiri, bukan dalam bentuk kompleks pegunungan yang berjejer dari timur ke barat, selatan ke utara. Entah kenapa, gunung-gunung berdikari ini lebih menyita perhatian saya dibandingkan rentetan pegunungan yang terlihat sama.

Seperti, pegunungan Himalaya yang saya tidak tahu mana Gunung Karakoram dan Gunung Everest, atau pegunungan Andes, Alpen, atau kompleks pegunungan lainnya. Hampir semuanya berbentuk sama, saya tidak memiliki waktu untuk membedakan mereka satu per satu.

Bisul Bumi

Intinya, saya kurang begitu tertarik dengan pegunungan karena di mata saya, pegunungan itu hanya seperti sebuah dataran tinggi yang sangat tidak rata. Jadi jika ingin berbicara gunung kepada saya, pastikan temanya lebih condong ke gunung satuan.

Entah kenapa, gunung satuan yang berdiri sendiri ini lebih menyita perhatian saya, ada kesan magis tersendiri melihat sebuah dataran yang mencuat sendiri di tengah-tengah hamparan pemandangan alam yang terbentang luas.

Coba lihat gambar berikut:

Bisul Bumi Bisul Bumi Bisul Bumi

Mereka seakan gagah, berwibawa, serta tidak heran jika mereka dijuluki dengan paku bumi karena memang demikian adanya. Lagipula, gunung satuan ini lebih mudah dibedakan daripada pegunungan kompleks.

Maksud saya, hampir tidak pernah ada yang tertukar penyebutan antara gunung dan bukit untuk gunung-gunung satuan ini. Gunung-gunung yang berdikari tersebut lebih mudah dibedakan mana gunung dan mana bukit.

Sebelum akhirnya saya tahu, bahwa akhirnya hampir setiap gunung-gunung satuan itu dapat dipastikan berapi. Seakan tidak ada gunung satuan yang tidak berapi.


Hanya bisul, atau pos bisul, atau entah

Sebelumnya, bumi memiliki inti yang bergolak karena terpaan gravitasi, membuat lempeng-lempeng yang berada di atasnya ‘tidak bisa diam’ karena golakan api yang sangat membara di bawah.

Lempengan tektonik yang terus bergerak itu seringkali merenggang atau bertabrakan, menyebabkan gempa atau bahkan membuat lautan api yang berada di bawah lempeng terjebak dan terdorong keluar. Keluar lewat mana? Ya lewat bisul bumi itu, yang kemudian pecah dan memuntahkan api dari lempengan antar benua.

Bisul Bumi

Tidak heran banyak sekali gunung-gunung satuan (baca: gunung berapi) yang berkumpul di pinggir lempengan tersebut. Sebagai contoh, hampir tidak ada gunung berapi di Eropa, hanya kompleks pegunungan biasa karena sebagian besar daerahnya tidak dilalui patahan tektonik, kecuali di bagian selatannya terkhusus Yunani dan Italia.

Dan inilah mungkin mengapa di Indonesia, hanya Kalimantan saja yang hampir-hampir tidak memiliki gunung satuan yang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Sebab Kalimantan relatif jauh dari lempengan tektonik terdekat.

Dari sini saya mulai menerka-nerka bahwa gunung satuan itu menjadi ‘pos’ untuk keluarnya magma yang mengalami tekanan akibat pergeseran lempeng tektonik itu. Ketika sebuah lempeng saling mendekat, magma yang mengisi antarlempeng tersebut tertekan dan tentu saja, daripada satu daerah meleduk ke atas, lebih baik magma tersebut keluar via pos terdekat yang telah ditentukan saja, yakni salah satu di antara gunung satuan itu.

Intinya, jika ingin berburu gunung satuan, mampirlah ke area pinggiran lempeng tektonik di Bumi seperti Meksiko, Italia, Filipina, Jepang, Alaska, Selandia Baru, dan tentu saja, Indonesia.

Berikut contoh gunung satuan di Meksiko:

Bisul Bumi


Pecahnya sang bisul

Kembali ke pembahasan awal di mana saya menyebutkan bahwa saya sudah memiliki pandangan yang tidak sama lagi saat memandang gunung satuan itu. Kenapa? Karena saya yakin, semenjak gunung satuan itu menjadi suatu pos tempat keluarnya magma bumi, sebagian besar pos atau bisul bumi telah pecah.

Secara singkat, hampir seluruh gunung berapi di bumi telah meletus.

Bukan suatu hal yang mengagetkan bukan? Tapi bagaimana jika ditilik dari cara mata kita memandang sebuah bisul bumi terdekat kita?

Sekali lagi, saya ambil contoh gunung terdekat dari Jakarta, yaitu gunung Salak. Perhatikan gambar berikut:

Bisul Bumi

Ya, ya, ya. Itu memang pemandangan gunung salak, dengan ciri khas memiliki tampilan empat buah puncak yang menonjol jika kita melihatnya dari arah Jakarta. Terus kenapa? Ada yang salah begitu?

Tentu saja tidak, namun pernahkah kita melihat gunung Salak dari sisi lainnya, seperti gambar berikut?

Bisul BumiDari sini saya menduga bahwa bisul bumi yang bernama Gunung Salak itu sudah pecah dan memotong sebagian puncaknya. Dari gambar di atas bahkan terlihat jelas bekas aliran lahar dari kawah utama.

Masalahnya selama ini saya berpikir bahwa gunung Salak memiliki empat buah tonjolan di puncaknya, namun sebenarnya itu hanyalah sisa tubuh gunung bekas letusan (yang mungkin dahsyat) beberapa ratus tahun lalu.

Karena seperti yang telah sebutkan, saya meyakini hampir semua gunung satuan telah pecah meletus. Hanya saja, untuk Gunung Salak, kita tidak pernah memiliki tampilan sebelum dan sesudah letusan gunung, sebab sebuah letusan gunung dapat membuat gunung menjadi setengahnya atau bahkan hampir tidak tersisa jika letusannya dahsyat.

Berikut adalah contoh tampilan gunung sebelum dan sesudah letusan, saya ambil contoh gunung Saint Helens dan gunung Merapi.

Bisul Bumi Bisul Bumi


Cara pandang yang telah berubah

Tak puas dengan praduga, saya mengacak-acak Google Maps untuk melihat kontur gunung-gunung satuan dari udara. Secara mengejutkan, memang semua gunung yang saya pilih di Indonesia terkhusus di Pulau jawa secara acak telah ‘berlubang’. Artinya, mereka pernah meletus meskipun variasi letusan ada yang dari hanya keluar sedikit lahar hingga benar-benar meledak, tergantung sumbat dan kekentalan lahar di gunung tersebut.

Ibaratnya (saya menggunakan analogi yang agak kotor), seakan sama seperti seberapa besar lubang anus dengan kepadatan kotoran yang akan keluar.

Beberapa tampilan aerial mode medan Google Maps yang saya capture:

Bisul Bumi Bisul Bumi Bisul Bumi Bisul Bumi

Atau via pemandangan aerial sungguhan di mana kalian dapat melihat tubuh gunung yang tersisa setelah sebuah letusan. Saya ambil contoh gunung Tambora, yang katanya letusannya begitu dahsyat hingga mengubah musim di dunia. Tak heran, kini hanya separuh dari tubuh gunung yang tersisa.

Bisul Bumi


Akhir kata

Gunung satuan apa yang terdekat dari tempat tinggal kalian? Apakah menurut kalian gunung tersebut pernah mengalami letusan hebat jika dilihat dari kontur gunung?

Mungkin terakhir, saya berikan contoh gunung yang sudah ‘meleleh’ karena letusannya. Saat saya melihat gunung ini dari bawah (dari google images tentunya hehe), seakan gunung ini masih dalam bentuk kerucut dengan tonjolan puncak kecil di sampingnya. Namun saat saya mendapatkan jepretan gambar dari sudut yang lebih tinggi, barulah saya tahu kalau gunung ini… meleleh.

Ini dia, gunung yang saya maksud adalah gunung Vesuvius di Italia, yang meluluhlantakkan kota Pompeii yang melegenda:

Bisul Bumi

Dan yang paling terakhir, kembali lagi ke gunung Salak.

Saya membuat sketsa kasar via aplikasi Paint Windows tentang bagaimana tampilan brand new gunung Salak sebelum terjadi letusan apa pun pada gunung tersebut. Perhatikan gambar berikut, bagaimana pendapat kalian?

Gunung Salak

Maka dari itu, ada cabang ilmu khusus yang membahas masalah gunung api secara eksklusif. Yakni Vulkanologi, dengan jenis gunung berapi favorit saya, Stratovolcano, atau gunung berapi kerucut. Halo gunung Mayon…! Gambar gunungnya silakan cari di Google hehe…

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Review Film: Disney Raya, The Last Dragon

    Berikutnya
    Setahun Pirikidil: FAQ Belajar Mengendarai Sepeda Motor


  • 2 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    1. Sukanya yang satuan ya mas, ga sekalian lusinan? 😂 Memang gunung satuan paling berkesan. Baca artikelnya kek belajar lagi pelajaran Geografi, anyway. Oh ya sama halnya dengan gunung Krakatau yang terpecah belah sekarang.

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema nostalgia