Dulu saya ingat betul sewaktu sedari saya duduk di bangku Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama, saya senang dengan permainan sederhana yang memiliki level editor sendiri. Atau saya kadang suka senyum-senyum sendiri ketika membuka lagi buku-buku yang masih ada di mana di dalamnya berisikan desain level dari permainan yang saya buat sendiri dalam secarik kertas, kemudian saya menyuruh teman saya memainkannya dengan menggerakkan jarinya di atas kertas tersebut.
Awalnya saya memang menyukai segala sesuatu yang kreatif di mana saya dapat menikmati sebuah karya hidup (dalam hal ini, permainan atau game) dengan jumlah nilai memainkannya kembali yang tak terhingga, jadi bukan bermain sebentar lalu bosan. Karenanya, saya membuat sendiri desain level entah itu di dalam permainannya langsung yang menyediakan fitur level editor, atau saya iseng corat-coret manual di atas kertas. Di mana saya punya impian, suatu saat saya harus dapat mengimplementasikan apa yang saya buat langsung di dunia nyata dan dimainkan oleh khalayak luas.
Pada saat itu saya menyukai jenis permainan yang memiliki tantangan khas dalam setiap levelnya, kemudian dari sinilah saya dapat menyebutkan permainan itu benar-benar kreatif. Saya menyenangi seluruh permainan yang memiliki kriteria tersebut, entah itu permainan yang sejenis Arkanoid atau Breakout, permainan yang bersifat arcade atau permainan yang harus diselesaikan dengan cara melewati level-level tertentu dengan beragam tantangan dan tidak monoton. Seperti ini salah satunya yang saya suka.
Tak jarang permainan-permainan yang hanya berbasis Flash saja saya dapat menyukainya dengan amat sangat jikalau hal itu memang benar-benar dirancang sekreatif mungkin. Seperti halnya di situs ini yang memiliki banyak permainan yang berbasis Shockwave Flash. Bagian yang paling suka terdapat di menu puzzle, di mana dalam kategori tersebut terdapat banyak permainan yang berbasis asah otak yang dikemas dalam suatu tampilan dan gaya permainan yang mungkin belum pernah ada sebelumnya.
Jujur ketika hasrat saya ingin membuat permainan sendiri sudah tidak terbendung lagi, saya mulai searching di dunia maya mengenai bagaimana dan software apa yang direkomendasikan pemula untuk dapat membuat sebuah permainan digital hingga akhirnya saya mendapatkan sebuah software yang bernama Game Maker.
Software tersebut memiliki fitur-fitur yang sangat direkomendasikan bagi pemula dengan sebab fitur-fitur pemrograman dapat digantikan dengan drag and drop ikon-ikon secara berurutan yang telah dikemas sedemikian rupa dan disediakan dalam sebuah tab library yang dapat diekstensi atau diperbanyak dengan mengunduhnya di situs utamanya terutama pada bagian forum yang menyediakan bagian untuk mengunduh resources.
Software tersebut juga mudah digunakan, dan juga terdapat sisi di mana kita dapat menulis bahasa pemrograman sendiri tanpa mesti menarik dan menaruh ikon-ikon yang mewakili suatu pemrograman tertentu dan diatur sesuai urutan. Kode yang ditulis juga tidak sekaligus, melainkan dapat ditulis terpisah yang kemudian dapat digabungkan dengan penempatan ikon-ikon yang telah disusun.
Di sinilah saya pertama kali berhadapan dengan bahasa pemrograman, di mana ekspresi-ekspresi yang muncul pada baris-baris pemrograman merupakan mimpi buruk bagi saya waktu itu. Jujur saya pada saat itu ingin mundur, tetapi keinginan yang kuat meskipun skill sangat tidak memungkinkan membuat saya merancang sebuah komitmen yang mantap dan menghadapi apapun dengan cara belajar dan belajar di berbagai situs di dunia maya.
Semakin banyak ide yang saya miliki semakin besar pula ketidaktahuan saya akan penerapan atau implementasinya. Namun juga semakin besar juga peluang bagi saya untuk terus berselancar di dunia maya guna dapat menjadikan apa yang menjadi ide saya itu sebuah kenyataan. Walau beberapa ada yang sempat stuck dan membuat frustasi, tapi alhamdulillah saya juga sangat puas atas apa yang saya dapat pada saat itu. Oh, iringan doa juga berperan penting selama saya belajar.
Mungkin bahasa kasarnya adalah ‘pamer’ yang saya maksud di sini, namun tentu saja bukan pamer dalam arti sombong, yaitu pamer agar yang lain menjadi tertarik dan juga sebagai ajang pemberian motivasi. Saya juga tidak dapat mengelak, sifat ingin dilihat orang atau ‘riya’ tentu ada pada diri saya bahkan hingga sekarang. Sejujurnya saya sangat bersyukur atas apa yang dikaruniakan kepada diri saya.
Alhamdulillah demonstrasi tersebut berdampak sangat positif atas apa yang saya peroleh kini. Ketika saya lulus dari Madrasah Aliyah Negeri sewaktu umur saya mendekati 17 tahun, saya mendapat tawaran pekerjaan yaitu membuat simulasi permainan 3 dimensi di mana untuk orang seusia saya mungkin ini adalah wujud syukur yang luar biasa karena pada akhirnya saya menemukan ‘hasil’ dari apa yang saya payahkan selama saya terjun ke dalam bahasa pemrograman. Kemudian saya teringat dengan surat Al-Insyirah ayat 4-5.
Lakukanlah sebuah hal baru, tidak perlu memusingkan mengenai timbal balik dari karya yang kamu hasilkan seperti bayaran berupa harta atau yang lainnya. Biar Allah saja yang menilai hasil karyamu di mana niat, tekad, usaha, dan tawakkal benar-benar dibutuhkan di sini. Berburulah kritik dari orang-orang sekitar baik kritik itu membangun atau menyakitkan, karena sukses itu bukanlah pilihan, sukses itu adalah kepastian di mana kegagalan merupakan batu sandungannya.
Yang terpenting ketika kamu ingat beberapa orang yang tersenyum dengan sebab hasil karyamu, kemudian kamu bahagia…