Bayiku Tercinta
urban legend by : anandastoon
Lihat, bayiku sangat lucu. Di antara bayi-bayi yang lain, tetap saja bayiku sangat menggemaskan. Dia paling gemuk, kulitnya paling bersinar, dan paling montok di antara yang lainnya. Aku benar-benar tidak ingin meninggalkan ruangan bayi ini. Aku bahkan tidak sabar ingin segera menimangnya di rumahku nanti.
Aku adalah ibu rumah tangga yang baru ditinggal suami 3 bulan lalu, maka dari itu aku sangat merasa kesepian. Aku jujur tidak ingin menikah lagi karena trauma akibat kekerasan rumah tangga yang terjadi padaku. Maka dari itu biarlah anakku itu nanti yang mengobati rasa bosanku yang timbul akibat kesepian. Aku benar-benar tidak sabar dalam menanti waktu yang sudah ditentukan untuk membawanya pulang ke rumah.
Setiap harinya aku mengunjungi rumah sakit itu, melihatnya dengan haru. Rasanya tidak percaya bahwa tidak lama lagi aku dapat menggendong anakku. Aku tidak memikirkan bagaimana biaya untuk menghidupkan anakku nanti. Aku bisa memulai bisnis dengan membuka usaha kecil-kecilan atau setidaknya menumpang bekerja dengan orang lain. Semua kulakukan demi membahagiakan anakku itu.
Waktu demi waktu berlalu. Hingga tibalah saatnya aku benar-benar dapat membawa anakku pulang. Terima kasih! Aku membopongnya dari rumah sakit sambil meneteskan air mata selama perjalanan pulang. Jika ada yang bertanya, mengapa aku sebegitu bahagianya dibandingkan dengan ibu-ibu yang lain yang juga diperbolehkan membawa anaknya dari rumah sakit? Karena anakkulah yang akan mengobati perasaan traumaku atas apa yang telah dilakukan oleh almarhum suamiku itu. Aku bahkan benci mengingat apa yang telah dilakukannya semasa hidup selama genap 1 tahun menikah. Apalagi aku di masa-masa setelah suamiku tiada adalah sebuah suasana yang kosong. Benar, aku sebatang kara, seluruh keluargaku tewas ketika sebuah gempa hebat mengguncang kota Padang beberapa tahun lalu.
Namun kini kehadiran si kecil di rumahku seperti membawa harapan baru untuk kehidupanku di masa berikutnya. Kebahagiaanku justru bertambah ketika melihat dia sedikit tersenyum ke arahku di sela-sela tidurnya yang nyenyak. Dia bahkan belum menangis seperti layaknya bayi yang lainnya sedari aku bawa dari rumah sakit ke rumahku.
Aku kemudian berbicara pada anakku meski sebenarnya aku berbicara pada diriku sendiri.
Anakku, melihat wajahmu yang lucu itu mulai sekarang aku tidak peduli.
Aku tidak peduli dengan bagaimana kondisiku sekarang ini.
Aku tidak peduli meskipun nanti kamu akan merepotkanku.
Dan aku juga tidak peduli jika malam ini rumah sakit itu mengalami keributan karena ada orang tua yang kehilangan anaknya.
Aku tidak peduli…