Temanku Sangat Pendiam
urban legend by : anandastoon
Perkenalkan, namaku Anhar, siswa kelas 2 SMP di salah satu daerah di Kolaka, Sulawesi Tenggara. Kehidupan di sini masih sangat asri karena sebagian besar masih bernuansa pedesaan dan pastinya banyak pepohonan. Kau bisa bayangkan bagaimana bahagianya para murid-murid yang senang menimba ilmu, belajar di tengah keasrian desa dengan udara yang sangat sejuk.
Aku sangat bahagia di sini. Teman-temanku juga adalah orang-orang yang ceria. Kami bahkan sering bercanda dan berbuat sedikit keributan sehingga tidak jarang para guru menyuruh kami diam sebelum mereka mulai pelajarannya.
Tetapi di antara murid-murid di kelasku itu, ada satu orang yang sangat pendiam. Dia selalu menyendiri, tidak pernah ingin bergabung dengan kami. Ketika kami semua tertawa karena seorang guru yang mengajar dengan sedikit humor, dia hanya diam, paling tidak pernah terukir sedikit senyuman dari bibirnya sebagai pelampiasan reaksinya. Bahkan setelah materi olahraga utama selesai, dia tidak pernah ikut dengan kami bermain bola atau semacamnya.
Aku sedikit melihat hal yang misterius dengan dirinya. Mungkin wajar jika dia anak perempuan, namun aku tidak pernah melihat anak laki-laki yang sangat tertutup seperti dia. Bahkan teman-temanku pun tidak ingin mengusiknya atau bahkan menganggapnya seperti tidak ada karena mungkin mereka segan. Sesekali aku pernah menawarkan sedikit bekalku kepadanya, reaksinya sungguh dingin. Dia hanya sedikit mengangguk ke arahku dan sedikit tersenyum tanpa ada ekspresi lain hingga akhirnya aku tidak jadi menawarkan bekalku itu kepadanya.
Desas-desus yang terdengar adalah bahwa dia mungkin pernah mengalami tindakan kekerasan dalam rumahnya, atau mungkin orang tuanya sering bertengkar hingga akhirnya dia broken home. Sayangnya dia terlalu tertutup untuk menceritakan apa yang terjadi padanya hingga ekspresinya selalu nyaris datar seperti itu setiap hari.
Tetapi aku semakin lama semakin sebal saja ketika melihat dia tidak mau ikut dalam acara-acara sekolah berupa studi tour, perkemahan, berenang, dan semacamnya. Hingga akhirnya aku dan teman-temanku tidak pernah menganggap dia ada di kelas ini. Para guru juga sedikit heran dengan kelakuannya, tidak jarang ia dibiarkan berdua bersama beberapa guru dalam waktu yang berbeda untuk angkat bicara mengenai apa masalahnya. Namun itu semua sia-sia hingga para guru pun meninggalkan dia dan tidak ada yang ingin mengajaknya curhat lagi.
Adakalanya di satu sisi, dia sepertinya anak yang sangat pandai. Aku pikir dia sangat rajin belajar hingga setiap guru mengetesnya dia selalu menjawab dengan sempurna. Aku sebenarnya ingin sesekali belajar dengan dia, tetapi itu tadi, ya, kau sudah tahu jawabannya.
Hingga suatu hari, sesuatu yang tidak biasa terjadi. Pada saat itu seperti biasa kami sangat berisik dalam menunggu pelajaran pertama dimulai. Hingga akhirnya guru yang kami tunggu-tunggu masuk kelas dan menyuruh kami agar diam sebelum pelajaran dimulai. Tetapi hari ini hal itu tidak terjadi. Guru itu tidak menyuruh kami untuk diam dan langsung duduk di kursinya. Kali ini sangat berbeda. Kami menjadi diam dengan sendirinya karena keheranan.
Selanjutnya yang guruku itu lakukan adalah menatap temanku yang pendiam itu. Jujur aku dan temanku entah kenapa cukup sedikit ketakutan atas hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya itu.
βLaode!β Guruku memanggil namanya, nama anak yang pendiam itu.
Anak itu perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan berkata lirih, βIya, pak…β
Guruku itu diam sejenak, kami semua tertegun, kemudian melanjutkan, βKamu kemarin tidak ikut acara kemah bersama teman-temanmu. Kiranya kamu dapat ikut dengan Bapak hari ini juga untuk menaburkan bunga di lokasi kecelakaan bus rombongan teman-temanmu yang kemarin masuk jurang dalam perjalanan. Karena kemarin kamu tidak ikut, hanya kamu yang selamat.β
Kasiaannn…
Btw, kripik pasta ini berdasarkan cerita asli, atau nggak? Tapi sepertinya nggak 100% asli, kkkkk
Kripikpasta sama short urban legend di sini bukan nggak 100% asli, tapi memang 100% nggak asli alias karangan saya aja hehe… π