Zaman kini banyak orang yang tergiur terhadap beberapa orang yang katanya telah sukses membuat magnet rezeki di internet. Ada yang dari berjualan secara online, blogging, hingga sekarang yang sedang ramai-ramainya disebut Youtuber. Pada akhirnya, kebanyakan orang meniru hal yang serupa. Ehm, termasuk blog ini.
Namun saya berpikir lebih jauh mengenai tingkat efisiensi dari membuka mata pencaharian dalam jaringan ini, karena saya dengar banyak teman dari teman-teman saya yang ternyata ikut mencari bisnis mandiri sampingan lewat jalur serupa. Inilah kemudian mengapa saya mencoba menulis artikel ini. Mencari uang di internet, seberapa ampuh kah?
Baik, saya kategorikan perihal pencarian uang dari internet menjadi dua macam:
Pencaharian oleh pihak pertama jelas ini yang berhubungan langsung dengan para pemilik bisnis. Contohnya yang paling sering ditemui tentu saja adalah berdagang secara online. Setiap untung dan rugi yang masuk, langsung berimbas kepada pemilik lapak.
Kemudian pencaharian oleh pihak ketiga, merupakan metode di mana pelaku hanya sebatas perantara dalam mencari keuntungan. Namun justru hal ini sering dijumpai oleh para pemilik dunia digital. Contoh yang paling umum dari metode pihak ketiga adalah, mereka mendapatkan penghasilan dari iklan yang ditayangkan atau diklik. Pendapatan utama masuk ke dalam kantong pemilik penyedia perantara iklan, sedangkan pemasang iklan hanya mendapat ‘debu’nya saja.
Pendapatan secara digital oleh pihak ketiga ini tak kalah nge-trend mengingat berjamurnya para Youtubers dan Bloggers yang memasang iklan di lahan mereka. Setiap tayangan iklan dan klik sangat berpengaruh kepada rasio dan nilai pendapatan mereka yang akan dibayarkan jika sudah memenuhi target. Nilai yang diterima pun bervariasi, ada yang hanya receh, dan ada yang bahkan mencapai milyaran.
Selanjutnya mungkin saya lebih baik fokus kepada metode pencaharian oleh pihak ketiga.
Efisienkah pencaharian yang didapat secara online oleh pihak ketiga atau via iklan? Jawabannya, tergantung. Perlu dicatat bahwa sebelumnya antusiasme masyarakat terhadap uang itu sangat tinggi. Maka dari itu, setiap orang pasti berlomba-lomba mencari uang meskipun yang diterima tidak seberapa, termasuk di wilayah online ini.
Banyak para kreator berkompetisi membuat konten kreatif yang sebisa mungkin dilihat dan diterima oleh khalayak luas. Bidangnya pun bermacam-macam, namun yang paling diminati adalah bidang hiburan seperti gaming, komedi, dan musik. Kemudian menyusul beberapa konten travel, eksperimental sains dan teknologi, serta berbagai seni rupa[perlu data lanjutan].
Tetapi sisi negatifnya adalah yang paling sering dilakukan oleh para pencari uang di intenet via iklan, entah itu blogger atau youtuber adalah, mereka seringkali membuat konten dari yang sudah ada. Misalnya, mereka hanya mengkopas artikel-artikel pengetahuan yang bahkan mereka tidak memiliki ketertarikan padanya cuma karena ingin mendapatkan banyak pengunjung.
Contohnya, seringkali saya mencari kata kunci ilmiah, “mengapa xxx memiliki pengaruh terhadap yyy?” Maka kebanyakan yang tampil di Google adalah artikel yang sama persis dan sulit untuk mencari referensi lainnya. Begitu juga dengan pencarian pendapatan via iklan di Youtube. Tak jarang orang memonetizekan video mereka hanya dengan mengupload konten-konten plagiat bahkan hanya dengan merekam acara TV kemudian diviralkan.
Yang paling berbahaya adalah, mereka yang gemar merekam video-video yang kontradiktif atau bahkan memancing emosi kemudian dibuat viral di jagat maya. Memacu orang lain agar membagikan kontennya sehingga kemudian dia terkenal dan mendapatkan banyak uang. Dapat dipastikan, dari sekian banyak para pencari uang via iklan di internet, hanya beberapa saja yang kontennya dapat dikatakan berkualitas.
Kita mungkin terpacu melihat berita-berita mengenai seleb-seleb dunia maya terbaik yang mendapatkan penghasilan lebih via iklan. Namun pacuan tersebut justru tidak diimbangi dengan adanya pengetahuan lebih mengenai bagaimana cara efisiennya dan memang kebanyakan kita hanya ditinggalkan begitu saja melihat mereka-mereka yang katanya telah sukses mencari rezeki dari ranah dunia maya.
Perlu diketahui, sampai saat dituliskan artikel ini, saya tidak mendapatkan penghasilan dari iklan yang saya pasang secara signifikan. Paling besar hanya dikisaran dua ribu rupiah dan jarang lebih dari itu setiap harinya, dan itu pun jika yang mengklik adalah orang-orang dari luar negeri. Sebulan, hanya puluhan ribu yang saya dapat dari iklan, dan itu pun tidak dapat ditarik langsung sebelum mencapai target tertentu.
Saya sendiri tidak mengandalkan penghasilan dari internet, yang sebelumnya sudah saya tulis di diari saya berikut ini. Saya sama seperti orang-orang lainnya yang bekerja lelah, menghadapi customer, menerjang resiko kerja, dan berdesak-desakan dalam kendaraan umum. Tidak ada yang spesial bukan?
Resiko-resiko yang mungkin ketika kita mencari rezeki dari perantara iklan adalah, suatu saat mungkin interest orang-orang terhadap konten-konten yang kita buat akan semakin berkurang jika memang ada pemain-pemain baru yang lebih unggul. Perusahaan penyedia jasa perantara iklan tidak selamanya memberikan rasio bagi hasil iklan yang besar, atau buruknya, menurun dalam waktu ke waktu. Para kreator haruslah menyadari resiko yang seperti ini, karena uang yang telah didapat pun kadang belum termanajemen.
Saya pernah memiliki kekhawatiran akan banyaknya orang-orang yang hanya mengandalkan penghasilan lewat iklan sebelumnya. Ketika banyak orang lebih memilih berkiprah sebagai perantara penampil iklan dan mengabaikan pekerjaan yang lain, dikhawatirkan jumlah para cendekiawan akan semakin berkurang dikarenakan anggapan mencari uang yang terlalu mudah sehingga mereka lupa akan kerja keras.
Bahkan karena terlalu instannya, seperti yang saya sudah bilang, hanya mengkopas artikel atau konten yang memang sudah disediakan oleh sebuah situs penyedia artikel gratis baik dalam bahasa lokal maupun dalam bahasa Inggris. Parahnya lagi, tidak sedikit dalam berlebih-lebihan dalam memberikan judul konten dan umpan-umpan yang membuat para pengguna kesal (clickbait).
Kemudian minimnya manajemen dalam menghadapi customer (dalam hal ini disebut follower atau subscriber atau pengunjung) yang merupakan jantung utama dalam memberikan penghasilan. Tidak sendikit bahkan yang menyembaranginya, mungkin karena sudah terlalu banyak pelanggan. Contohnya, banyak pertanyaan masuk yang tidak dibalas secara disengaja, hingga etika yang kurang baik dalam menghadapi customer. Akhirnya, tidak sedikit yang kemudian mencari alternatif yang lebih baik.
Terakhir adalah manajemen penghasilan. Awalnya saya begitu iri kepada mereka yang mendapatkan penghasilan besar dari internet, namun rumput tetangga tidak selamanya lebih hijau. Teman saya berkata bahwa terkadang mendapatkan penghasilan lebih yang kita tidak siap akannya akan cenderung tidak termanajemen dan menguap begitu saja. Tidak sedikit yang tidak siap akan pajaknya, dan cenderung mubazir.
Jadi bagaimana, apakah boleh mencari uang via iklan di internet? Saya jawab tentu saja boleh, karena tidak ada larangannya sejauh ini. Tetapi, buatlah konten kreatif dan menarik hingga pengunjung tidak merasa ‘tertipu’ akan artikel yang disajikan. Kemudian bersahabatlah dengan para customer, karena mereka adalah raja. Mintalah saran mereka, dengarkan keluhan mereka.
Yang terpenting adalah agar selalu memanajemen setiap uang yang masuk. Jangan terburu-buru dipakai untuk hura-hura dan membeli ini itu. Buat apa tinggal di apartemen mewah jika masih khawatir akan cicilannya? Bijaklah dalam mengelola uang, karena masa muda adalah masa di mana emosi dan ambisi sulit dikontrol.
Jangan remehkan pekerjaan lain. Karena bisa saja pekerjaan yang diremehkan tersebut lebih mulia dari sekedar mendapatkan penghasilan via iklan di internet. Karena di balik layar, banyak orang yang bekerja keras membangun sistem periklanan yang akhirnya dapat dinikmati oleh orang-orang pencari keuntungan via iklan. Tidak selamanya matahari bersinar, karena setelah terbenam, setiap orang dipaksa untuk mencari pencahayaan sendiri-sendiri jika tidak ingin terkubur dalam kegelapan.
That’s it.