Pelamar Kerja

Ada kawan saya komplain kepada saya mengenai ribetnya proses lamaran kerja. Saya bertanya kembali, “Ada masalah apa dengan perihal melamar kerja?”

Ternyata saya tahu jika kendalanya ada di ijazah. Mereka yang sarjana strata namun ijazahnya masih tertahan karena faktor administrasi yang belum selesai, atau mereka yang bahkan tidak lulus sekolah menengah.

Jadi bukan hanya sekali dua kali saya mendengar komplain tentang masalah ijazah dalam perihal lamaran kerja ini. Mereka yang ijazahnya mengalami kendala, pada akhirnya tidak dapat meraih ‘dream job’ mereka yang bertahun-tahun mereka idam-idamkan.

Namun apa di balik alasan banyak perusahaan yang menyaratkan ijazah sebagai salah satu dokumen wajib bagi para pelamar kerja?


Logis dan mudah dimengerti

Perusahaan yang skalanya sudah menengah hingga skala besar (biasanya sudah memiliki 30 staf atau lebih) memiliki bagian personalia atau Human Resources Division (HRD) yang menangani masalah yang berhubungan dengan perorangan, seperti karyawan, pemasok, hingga para pelamar.

Saat suatu perusahaan memerlukan tambahan karyawan, biasanya bagian personalia akan memiliki kegiatan tambahan dalam lingkup kerjanya, yakni menyebarkan lowongan kerja dan memproses seluruh lamaran yang diterima.

Masalahnya, suatu perusahaan mungkin hanya memerlukan karyawan dalam jumlah yang tidak banyak, mungkin sekitar lima hingga sepuluh atau lebih dari itu. Namun para pelamar kerja yang mengajukan lamaran tidak jarang hingga puluhan, atau bahkan hingga ratusan atau ribuan.

Bagi kita yang belum terlalu mengerti manajemen, kita bisa membayangkan betapa kalang kabutnya bagian personalia dalam memproses seluruh lamaran yang masuk. Mereka bisa lembur seharian.

Pastinya perusahaan sudah mengantisipasi hal ini. Inilah mengapa pada fase awal pemrosesan lamaran yang diterima disebut dengan tahap administrasi. Para staf personalia melakukan screening atau penyaringan kasar dari seluruh dokumen yang diterima sebelum masuk ke dalam fase wawancara pelamar.

Mudahnya, para staf personalia yang jumlahnya sangat terbatas itu tentu tidak mungkin mewawancara ratusan hingga ribuan pelamar satu per satu sedang para staf tersebut juga memiliki pekerjaan lain. Makanya tahap penyaringan via dokumen mereka lakukan sebagai tahap awal.

Apa ijazah termasuk ke dalam dokumen yang diperlukan sebagai penyaringan calon karyawan di fase awal atau fase administrasi? Tentu.


Ijazah menjadi barang mewah

Sekali lagi, mengapa ijazah tidak jarang menjadi salah satu dokumen wajib bagi para pelamar kerja?

Sekarang ada pertanyaan dari penyedia lowongan kerja, “Bagaimana kami mengetahui bahwa si pelamar akan bersungguh-sungguh jika nanti menjadi karyawan kami?”

Ijazah menjadi benchmark atau ukuran paling awal. Di belakang ijazah biasanya terdapat transkrip nilai-nilai dan predikat yang pernah diraih para pelamar semasa ia menempuh pendidikannya. Jika tidak ada, maka salinan transkrip nilai atau IPK terakhir wajib dilampirkan.

Dari sini kita tahu bagaimana ‘kelakuan’ para pelamar secara kasar dari semenjak ia menempuh jalur pendidikannya.

Jika perusahaan membutuhkan seorang karyawan IT, pastinya pihak personalia akan melakukan screening dari nilai matematika hingga komputernya.

Intinya, perusahaan bukanlah hal yang main-main. Mereka pastinya membutuhkan karyawan bukan karena faktor kasihan. Para pengusaha membangun perusahaan banyak yang dengan bermodal “prihatin dan air mata”. Makanya para pengusaha berusaha seketat mungkin untuk mendapatkan karyawan terbaiknya untuk membuat perusahaannya lebih baik.

Bagaimana seseorang akan melamar menjadi bagian keuangan sedangkan pencapaiannya dalam bidang terkait tidak ada yang memuaskan?

Dan bagaimana pula seseorang akan melamar kerja sedangkan dulu di sekolahnya ia gemar bolos (atau ‘nitip absen’) dan cenderung malas-malasan?


Alternatif tetaplah ada

Tapi, bagaimana jika pencapaian seseorang yang tertera di ijazahnya buruk, namun dia sudah ‘bertaubat’ dan berusaha memperbaiki diri? Apakah masih ada harapan untuk diterima kerja?

Sebelumnya, memang tidak ada hal yang tidak mungkin. Itu benar. Tetapi perlu diingat juga bahwa perusahaan tidak dibenarkan untuk percaya tanpa bukti. Dari puluhan pelamar dengan ijazah yang buruk, bagaimana kita bisa mengetahui mana yang sudah memperbaiki diri atau belum?

Lalu bagaimana mengakalinya? Apakah selain ijazah ada hal lain yang dapat diterima?

Tentu. Pertanyaannya, sekarang bagaimana cara meyakinkan perusahaan bahwa pelamar kompeten di bidang yang ia lamar? Apakah hanya dengan berkata, “Ya, saya kompeten!” kemudian perusahaan percaya begitu saja? Tidak bisa.

Di sinilah portfolio dan sertifikat-sertifikat pendukung (jika ada) memegang peranan penting di luar ijazah.

Seseorang mahir desain? Mana file-file mentah Adobe Photoshop, Illustrator, atau aplikasi pengolah gambar lainnya? Seseorang berminat melamar di bagian keamanan? Mana bukti bahwa dia pernah mengikuti pelatihan-pelatihan menjadi seorang petugas keamanan?


Penutup

Saya tidak pernah mentolerir dan memandang ketat kompetensi seseorang. Kita tahu bahwa pengalaman itu adalah hal yang mahal lagi berharga. Maka pengalaman inilah yang menjadi ‘mata uang’ seseorang dengan perusahaan agar mereka dapat ‘membeli’ sang pelamar untuk bergabung menjadi timnya.

Bagi kalian yang ingin melamar kerja, yang perlu diperhatikan adalah kalian merayu perusahaan agar mereka yakin kita pantas menjadi bagiannya. Sama seperti seseorang yang meminjam uang kepada kalian, apakah kalian akan secara ‘sembarangan’ meminjamkan uang kalian kepada orang lain?

Misalnya, seseorang meminjam uang kepada kalian untuk membeli kendaraan mewah, padahal kendaraan kalian saja masih dalam tahap kredit. Apakah kalian kemudian bermodal rasa kasihan dan semerta-merta meminjamkan uang kepada orang tersebut?

Yang perlu diingat juga, jika perusahaan memilih karyawan yang salah dan dapat membahayakan perusahaan, maka itu akan berimbas buruk juga kepada karyawan lainnya. Jangan karena satu karyawan tidak kompeten, seluruh karyawan sisanya menanggung getahnya.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    (Hampir) Tidak Ada Orang Pintar yang Jahat

    Berikutnya
    Antara Viral dan Judi Popularitas


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas