Cerita Dari: Uphu Tamfano

Saya adalah Uphu Tamfano, ini adalah kiriman kedua dari pengalaman misteri saya kepada anda-anda sekalian.

Malam ini adalah malam selasa, sama seperti malam biasanya. Dimana dirumahku hanya menyisakan Ibunda dan Ayahku tercinta.

Menjalani waktu, saya memuaskan diri dengan bermain komputer di kamarku yang terletak di lantai dua, dan kamar saya adalah ruang paling sudut yang jauh dari tangga.

Kamar sebelah tak pernah terisi semenjak kakanda saya pergi dengan waktu yang lama, ditambah lagi lampu di lantai 2 sudah putus semua. Jadi saya pun hanya menggunakan lampu belajar untuk penerangan.

Selang waktu menjelang, ayah dan ibuku pergi mengunjungi saudara kami yang sedang sakit di Rumah Sakit Bandung.

Saat ini tepat pukul 11.00 malam. Dimana malam ini sungguh sangat dingin dan sepi sekali. Sambil menunggu ayah dan ibu, akhirnya saya pun turun kebawah untuk menyeduh secangkir kopi. Ketika saya hendak kembali ke kamar, sungguh sangat aneh sekali. Telingaku menjadi saksi dengar atas suara seperti 2 orang bocah sedang berbicara lantang di arah kamarku. Namun saya fikir itu hanyalah halusinasi. Dan akhirnya saya melanjutkan langkah menaiki tangga. Tapi semakin kaki melangkah, semakin nyaring pula suara 2 bocah yang tadi kudengar. Dan suara mendadak berhenti ketika saya membuka pintu kamar saya. Tanpa rasa curiga apapun, saya kembali melanjutkan kesenanganku bermain game di kamar.

Selang beberapa menit. Namun gundah dan dingin malah semakin menusuk. Ditambah lagi tepat dibelakang tubuhku, terdengar hentakan kaki melangkah kencang (seperti sedang berlari). Saya yang kala itu benar2 takut, tak berani menolehkan muka.

Detik terus berganti, namun suara-suara bising terus terjadi. Dimulai seperti suara gagak, sampai kepada suara desisan ular. Dan suara-suara itu kian waktu kian nyaring.

Lama membuat kesal. Dan rasa nekat malah semakin bergelora. Lalu dengan berani saya tolehkan muka saya ke belakang tubuh saya.

Dan, ASTAGA..!!!! Saya melihat dua orang bocah bermuka berdarah dan mata yang satunya keluar dari kelopak sedang menatap dingin dan tajam ke arah mata saya.

Tanpa saya mengerti, mereka seperti hendak berbicara kepada saya. Dengan sangat ketakutan, akhirnya saya pergi meninggalkan kamar. Sambil berlari, ketegangan terjadi lagi. Dengan sangat aneh, mereka memanggil nama saya (Uphu.. Uphu.. Uphu..) dengan nada parau sekali. Tanpa fikir panjang saya pun berlari tanpa mengunci rumah, dan akhirnya saya beristirahat di rumah Om saya.

Dengan adanya ini saya menjadi mengerti bahwa menyendiri di tempat gelap dan terasa angker bukanlah pilihan yang baik.

Sekian dan terima kasih atas penampilan cerita misteri saya ini.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Cerita dari Primbon #21: Seorang Teman & Acara Pesta Yang Misterius

    Berikutnya
    Cerita dari Primbon #23: Sosok Gadis Di Rumah Kosong


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema horor