Zaman Dahulu Kala
urban legend by : anandastoon
Pada zaman dahulu kala, di tengah peradaban Eropa abad pertengahan, seorang Charlie kecil, sang pangeran kerajaan, bercita-cita menjadi seorang pahlawan yang menolong banyak orang.
Latihan demi latihan ia jalani dengan gigih dan keras, hingga akhirnya ia berusia 25 tahun dan dikagumi banyak orang.
Suatu hari ia berkelana ke luar desa, bermil-mil jauhnya untuk bereksplorasi dan menantang diri. Charlie juga menggendong perisai dan pedang sebagai bekal pertahanannya.
Di tengah jalan antah berantah yang dikelilingi hutan belantara, ia menemukan seorang paruh baya yang tergopoh-gopoh seakan ketakutan, memberitahunya bahwa ia melihat seorang putri kerajaan lain yang disekap oleh penyihir.
Charlie sadar bahwa ia pernah mendengar praktik ilmu hitam yang selama ini ia kira dongeng. Dengan sumringah merasa ini adalah masanya untuk ia unjuk diri berikut bertemu dengan seorang pasangan hidup, ia memacu kudanya ke tempat yang ditunjuk oleh si bapak paruh baya itu.
Tiga jam ia berkelana, akhirnya Charlie melihat sebuah bangunan tua bak menara benteng yang berwarna hitam, berselimut kabut yang terlihat tidak wajar.
Sayup-sayup, Charlie mendengar seorang wanita berteriak minta tolong.
Ia semakin memacu kudanya dan mendekati bangunan itu. Sang putri mulai terlihat di antara lubang jendela menara.
Seakan tersadar, sang putri melihat ke arah pangeran Charlie dan melambai-lambaikan tangan dengan hebat tanda ingin diselamatkan. Charlie turun dari kudanya dan berlari ke arah menara itu.
Saat Charlie semakin mendekat, tiba-tiba muncul makhluk seperti kuda laut raksasa yang juga hitam legam dari permukaan tanah dan melemparkan bola-bola api.
Bola-bola api itu dengan mudah ditangkis Charlie, merasa bangga karena latihannya bertahun-tahun terbayar sudah.
Apalagi ia semakin bersemangat saat ia didukung oleh sang putri. Ia pun maju dan siap menyerang sang monster.
Sang monster kembali melancarkan serangan, kali ini dengan menyemburkan api biru yang sangat panas dari mulutnya. Charlie sebisa mungkin melindungi dengan perisainya. Serangan api biru tersebut terus dipancarkan sang monster.
Perisai pangeran Charlie perlahan meleleh, tak kuat menahan panasnya api.
Api biru semakin besar dan besar. Kekuatan monster semakin dahsyat terasa.
Perisai hancur, Pangeran Charlie terpanggang…
Setelah beberapa lama, sang monster menghentikan apinya dan masuk ke tempat sang putri disekap, kembali berubah wujud menjadi gadis sebayanya. Sang putri tidak terlihat berkesan, sambil bergumam,
“Dua puluh empat pangeran dan masih tersaji dengan cara yang sama, lain kali coba rebusan.”