Candy Crush dan KRL

urban legend by : anandastoon

kripikpasta

Kau sudah tahu Jakarta. Ribuan umat manusia entah darimana datangnya memenuhi ibukota untuk mencari sesuap nasi setiap harinya. Kemacetan panjang pun tak terelakkan setiap jam-jam sibuk yaitu saat pergi, dan pulang kerja. Melihat kondisi yang sangat tidak nyaman seperti itu aku mulai memutuskan naik kereta komuter atau kereta rel listrik (KRL) sebagai moda perjalananku ke kantor.

Pertama kali aku menaiki KRL aku sungguh kaget, pasalnya aku selama ini membayangkan bahwa menaiki moda transportasi umum itu dapat duduk tenang, sambil membaca buku, melihat pemandangan, atau bahkan hingga tertidur. Namun yang kurasakan adalah paru-paruku yang hampir kehilangan fungsionalitasnya. Aku butuh oksigen tambahan. Aku berdiri dan tubuhku terjepit di sana-sini dengan desakan para penumpang. Mungkin jika mendadak ada yang meninggal di sini orang tidak akan ada yang tahu. Tetapi ya sudah, setidaknya waktu tempuhnya lebih cepat. Aku tak lupa melindungi barang-barangku untuk menghindari dari serangan tangan-tangan usil.

Pulangnya akupun memakai moda transportasi yang sama. Begitu yang terjadi setiap hari. Namun ada hal yang sedikit menyita perhatianku. Aku memperhatikan para penumpang yang beruntung mendapatkan tempat duduk tengah asik bermain dengan handphonenya masing-masing. Semakin aku perhatikan mereka selama aku berdiri, sekitar lebih dari setengahnya sedang memainkan permainan yang jenisnya sama. Permainan menyejajarkan tiga buah benda yang sama kemudian skornya bertambah dan menang. Aku tertegun menyaksikan pemandangan yang menurutku baru itu.

Esoknya ketika aku menceritakan kepada rekan kerjaku, barulah aku tahu bahwa nama permainan itu adalah Candy Crush. Merupakan permainan lazim yang dimainkan orang-orang yang menumpangi kendaraan umum. Aku sendiri bukan penggemar permainan seperti itu. Namun aku pikir mereka sepertinya sudah terlalu kecanduan hingga terlihat sedikit tidak peka lingkungan dan sosialnya.

Lama-kelamaan aku sedikit terganggu dengan orang-orang itu. Tidak hanya yang duduk, yang berdiri pun ternyata juga memainkan permainan itu. Bahkan aku pernah sangat merasa kesal karena terhantam smartphone besar yang dinamakan tablet dari salah satu penumpang yang berdiri ketika kereta sedikit mengerem mendadak. Yang kemudian aku perhatikan ternyata penumpang itu juga sedang bermain Candy Crush. Lenganku sampai sakit dibuatnya. Bermain sebuah permainan di angkutan umum itu benar-benar dapat menghilangkan kepekaan.

Malam harinya ketika aku bosan, aku teringat dengan permainan itu. Karena penasaran dan hitung-hitung mengisi waktu, aku mulai mendownload Candy Crush, dan mulai memainkannya. Aku awalnya berpikir apa menariknya permainan ini, mengapa banyak dimainkan, padahal tampilan awalnya saja sudah konyol, benar-benar permainan untuk anak kecil. Aku bermain sepuluh tingkat pertama, aku mulai merasa kecanduan. Semakin kesini aku merasakan permainan ini semakin kreatif. Aku bahkan mulai mengungguli rekan-rekan kerjaku yang juga bermain itu. Namun tetap, aku belum berani memainkan itu di angkutan umum, takut sekiranya aku menyusahkan orang lain.

Sampai akhirnya pada suatu malam aku sengaja pulang agak lembur untuk mencari tempat duduk. Namun begitu aku mendapatkan kereta aku cukup kecewa karena seluruh kursi telah penuh terisi sehingga menyebabkan aku harus berdiri bersama beberapa penumpang lain yang jumlahnya cukup banyak. Mungkin namanya ibukota, malam-malam begini masih penuh. Aku pun sudah cukup malas untuk pindah gerbong, maka dari itu aku mencoba menikmati perjalanan pulangku itu.

Terbesit dipikiranku untuk bermain Candy Crush, melanjutkan perkembanganku ke tahap-tahap berikutnya. Aku hanya penasaran apa tantangan yang akan aku hadapi di permainan itu selanjutnya, karena permainan itu selalu memperkenalkan sesuatu yang baru dari tiap tahapnya. Itulah mengapa aku secara tiba-tiba begitu kecanduan.

Aku mengeluarkan handphoneku. Aku pikir aman untuk bermain sambil berdiri di sini karena penumpang yang berdiri tidak sebanyak saat jam-jam sibuk. Sambil tanganku menggantung di tempat gantungan tangan, aku mulai memainkan permainan itu dengan tanganku yang satunya lagi. Kebetulan aku sedang berada pada tingkat yang sangat sulit. Permainan ini nyatanya tidak semudah yang aku bayangkan. Aku berkali-kali kalah hingga kehabisan seluruh nyawa permainan. Akibatnya, aku harus menunggu selama tiga puluh menit lagi untuk dapat memainkannya kembali.

Aku tidak tahu sudah berapa stasiun disinggahi selama aku bermain, namun sepertinya jumlah penumpang masih belum ada perubahan, padahal aku berharap tadinya ada satu atau dua penumpang yang duduk entah di depan atau di belakangku turun agar aku dapat menggantikan tempat duduknya. Kemudian kusimpan handphoneku dan kutatap pemandangan malam dari jendela luar. Aku kembali menikmati cahaya lampu malam hari di tengah kota dari dalam kereta. Hingga akhirnya kereta masuk ke dalam terowongan di bawah flyover, dan di luar menjadi gelap. Di sana aku langsung kaget setengah mati, seluruh tubuhku merinding dengan sangat.

Memang benar. Bermain permainan di dalam angkutan umum dapat mematikan rasa pekamu terhadap lingkungan sekitar.

Pemandangan di luar menjadi sangat gelap hingga aku dapat melihat bayanganku di kaca jendela KRL, namun yang kulihat hanyalah pantulan bayanganku, tidak ada pantulan bayangan penumpang lainnya, kecuali ada seseorang yang Β menatapku balik lewat pantulan kaca, hanya kepalanya saja.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
πŸ€— Selesai! πŸ€—
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Kripikpasta 13 : Perempuan Itu

    Berikutnya
    Kripikpasta 15 : Skripsi


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. πŸ˜‰

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema horor