Mungkin ketika masa-masa kecil perumahan masih agak jarang, jalanan masih banyak yang gelap dan sepi, pepohonan besar di mana-mana, ditambah lagi banyaknya tayangan-tayangan horor yang menyebabkan orang-orang yang lahir di tahun milenial memiliki banyak cerita misteri.
Iya, saya termasuk salah satunya. Makanya saya tertarik untuk mengumpulkan beberapa kisah-kisah masa kecil saya dalam artikel ini.
Berikut sekelebat kisah-kisah yang benar-benar nyata terjadi di ‘zaman saya’ :
Rumah tetangga depan dari tetangga depan saya (maksudnya sebuah rumah yang terhalang rumah tetangga depan saya), memiliki koleksi boneka yang tingginya bahkan hampir menyentuh langit-langit. Boneka-boneka tersebut ditaruh di ruangan yang cukup terisolasi yaitu di lantai paling atas (lantai 3) di sebelah jemuran.
Bibi saya pernah masuk untuk melihat koleksinya namun setelah itu sudah tidak berani karena dia mengatakan bahwa perasaannya sangat tidak enak seakan boneka-boneka tersebut sedang bergerak memandangnya.
Pernah suatu malam sang anak tetangga yang sudah remaja sedang belajar di kamarnya. Dia belajar di meja belajar yang diterangi lampu meja. Namun, lampu meja ternyata dihalangi oleh sebuah helm. Dia yang terganggu, segera menyingkirkan helm tersebut agar mendapatkan pencahayaan maksimal.
Sambil menyingkirkan, ia menggerutu, “Siapa sih yang menaruh helm di sin……….”
Itu bukan helm, melainkan sebuah kepala buntung.
Rumah almarhumah nenek saya berada di desa Leuwilaja, Majalengka. Hal ini terjadi ketika kakak saya pada saat itu mengunci pintu pagar karena sudah malam.
“Neng, ai desa teh di mana? (Neng, kalo desa tuh di mana?)” Sapa seorang bapak.
Bepak tersebut berpakaian batik rapi menenteng bungkusan di tangan kanannya seperti akan menghadiri kondangan. Kakak saya segera menjawab, “Lempeng bae, pak. (lurus saja pak)”
“Hatur nuhun neng. (Terima kasih neng).” Kata bapak tersebut sambil melanjutkan perjalanan.
Selesai mengunci pintu pagar kakak saya memandang ke arah jalan lewat celah pagar. Jalanan yang sepi membuat segala sesuatunya terlihat menyeramkan.
Tetapi ke mana bapak tadi? Masak sudah tidak terlihat? Padahal kakak saya yakin mengunci pagar tidaklah lama. Yang terlihat hanyalah seseorang tanpa kepala dengan kepala yang ditenteng di tangan kanannya… Oh wait!
Cerita ini masih tergolong hangat, karena saya mendapatkan kisah ini setelah saya tinggal di indekos di daerah Warung Jati. Namun sekarang ceritanya sudah tidak pernah terdengar lagi.
Banyak orang yang ‘beruntung’ pada malam hari mendengar ada orang menyapu di area perlombaan burung (yang ini sepertinya tempatnya sudah tidak asing bagi orang di sekitar Jakarta Selatan yang senang berlomba burung, maksud saya, burung peliharaannya).
Di depan area lahan ada warteg. Di mana ketika pengelola warteg melihat keluar sekitar pukul 4 dini hari sembari menyiapkan makanan dan bersih-bersih, sering terdengar suara orang menyapu dari seberang dan beberapa orang anak kecil, bahkan sangat kecil dengan ukuran tidak normal dan berwarna gelap berlari-lari tepat di jalan di depannya.
Suatu malam seseorang yang lewat sana kebetulan juga mendengar suara orang menyapu tersebut, namun kali ini wujudnya terlihat jelas. Dia bukan tukang sapu, dan sama sekali tidak memakai sapu. Dia adalah kuntilanak yang sedang menyapu menggunakan rambut panjangnya.
Almarhumah nenek saya memiliki banyak cerita seram. Nenek saya senang mandi di kali dekat rumah dengan turun melalui tangga alami ke arah kali. Selama mandi, pocong berada di sampingnya, namun nenek saya sepertinya acuh saja. “Mau lihat saya mandi?” Pikirnya.
Selesai mandi, nenek saya naik ke atas sambil tiba-tiba suara soang (sebangsa bebek) entah dari mana asalnya bersahutan dengan keras. Nenek saya mengambil batu dan melempari suara asal soang tersebut berasal. “Itu bukan soang, tapi kuntilanak.” Kata sang nenek.
Pernah nenek saya memergoki seorang gadis desa yang selesai mandi malam-malam dan berjalan hanya menggunakan kain samping. Namun entah kenapa gadis tersebut sepertinya bertambah pendek dan pendek. Setelah nenek saya menyadari bahwa tingginya sudah hampir selutut, gadis tersebut berubah jadi macan. Wait, what?!
Tetapi nenek saya memiliki sisi takutnya. Dia bersembunyi saat melihat sebuah kepala api. Alasannya, “Dia mengisap darah…”
Ibu saya memiliki pengalaman aneh ketika baru melahirkan adik saya. Selama tujuh hari berturut-turut mimpi ibu saya selalu sama. Dia berada di dalam gua antah berantah sendirian. Dia juga melihat adik saya yang masih bayi dalam jarak beberapa meter darinya. Namun, seorang perempuan berwajah hijau, bergaun putih, dan berambut panjang dengan melayang mendekati adik saya.
Ibu saya jelas panik, dia melihat ayah saya ada di luar gua sambil membaca koran, sedangkan perempuan itu semakin dekat dengan adik saya. Tak punya banyak waktu, ibu saya lari ke arah perempuan tersebut kemudian melihat bola matanya yang sebesar bola sepak (ini hanya kiasan bahwa bola matanya benar-benar besar) dan langsung mencolok matanya.
Selama tujuh hari berturut-turut mimpi yang sama terus berulang, dan cara mengusir setan tersebut dilakukan secara berbeda-beda, tetapi yang diingat ibu saya hanya menusuk kedua matanya.
Di lain pihak, tetangga saya yang rumahnya tingkat pernah melihat seorang perempuan berwajah hijau, bergaun putih, dan berambut panjang, melayang di atas genteng rumah saya, kemudian hilang di tangki air.