Kerasukan

Ini adalah pengalaman teman kakak saya sewaktu saya masih SMP. Sebut saja nama teman kakak saya itu Aminah. Waktu itu kejadiannya sekitar tahun 2006, kak Aminah bercerita sewaktu ia menginap di rumah saya.

Waktu itu hanya ada saya dan kakak saya saja, belum lagi waktu itu kami berada di Majalengka, di pangkal desa yang sarat hutan.

Berhubung kejadiannya sudah sangat lama, saya hanya bercerita seingat saya. Mungkin ada bagian yang sedikit saya tambahkan atau saya ubah. Saya tidak tahu.

Rumah kak Aminah ada di desa Leuwi Munding, desa yang sewaktu siang begitu cantik dengan panorama perbukitan dan di belakangnya menjulang Gunung Ceremai.

Namun begitu malam, angkernya kebun-kebun warga yang seakan memiliki kegelapan tanpa ujung mendominasi keadaan.

Belum lagi, tanah pekuburan menjadi sesuatu yang seakan bersahabat menempel di batas pemukiman warga. Berteduhkan kebun-kebun dengan pepohonan besar, membuat kengerian menjadi sempurna.

Tidak heran, tidak ada yang berani keluar selepas maghrib kecuali segelintir saja.

Kak Aminah memiliki seorang kakak laki-laki, sebut saja kang Anton. Waktu itu kang Anton dalam perjalanan pulang ke rumah saat magrib tiba melewati jalan perkebunan yang membelah pemakaman.

Dengan mengendarai sepeda motornya, kang Anton memang agak mengebut pada saat itu.

‘Dug’, di tengah jalan angker itu tiba-tiba mesin kendaraan kang Anton mati secara sangat mendadak, seakan baru saja menabrak sesuatu yang tak terlihat.

Tidak ada seorang pun di jalan itu. Hanya terdengar suara binatang hutan, dan suara-suara kengerian dari sepinya sekitar.

Hari sudah mulai menjadi begitu gelap, segala sesuatunya mulai menjadi sulit untuk terlihat. Sisa cahaya dari langit sudah mulai tertutup oleh rimbunnya dedaunan kebun.

Kang Anton sepertinya abai pantangan pada saat itu, jika ingin melewati pemakaman agar kendaraan memelankan kecepatan sebab banyak sesuatu yang tidak terlihat mungkin sedang menyebrang.

Sepeda motor kang Anton sempat tidak dapat dinyalakan, namun dalam beberapa menit tiba-tiba menyala sendiri mesinnya. Kang Anton langsung pulang dengan terburu-buru.

Kak Aminah yang sedang baru saja selesai mandi dan ingin shalat magrib, mendapati kang Anton yang sedang terbujur kaku di atas tempat tidurnya, menatap langit-langit. Kosong.

Mungkin ia sedang kelelahan. Begitu pikir kak Aminah. Jadi langsung saja kak Aminah shalat di ruangan depan, dekat pintu masuk.

Selesai shalat, tiba-tiba kang Anton telah berdiri di depannya, berjarak hanya beberapa langkah kaki. Matanya merah, menggeram seperti binatang liar.

Ggggrrrrmmmmhhh…

Sempat tidak percaya dengan itu, kak Aminah tidak begitu mempedulikannya dan lanjut wirid.

Namun kak Aminah sadar sesuatu, geraman itu bukan suara kang Anton. Dan matanya… merah menyala. Itu bukan kang Anton, itu adalah sesuatu yang sedang merasuki kang Anton…

Kak Aminah memandang kembali ke arah kang Anton, ingin langsung membacakan ayat-ayat suci. Tetapi kang Anton kini sudah berada tepat di depan Aminah yang sedang duduk.

Suara geraman dari tenggorokan kang Anton mulai terdengar secara lebih mengerikan, dengan nada yang seakan lebih marah dari sebelumnya.

Kang Anton tiba-tiba menunduk, dengan tangan yang cepat ia mencekik leher kak Aminah.

Kak Aminah tidak dapat bernafas. Jangankan untuk berteriak.

Naas, waktu itu orang tua kak Aminah sedang tidak ada di rumah. Jadi kak Aminah tidak dapat berbuat banyak.

Untungnya, kak Aminah berada di samping pintu depan, jadi dengan panik dan sekuat tenaga, pintu depan itu digedornya dengan sangat keras.

Warga kampung sekitar yang mendengar itu secara khawatir berduyun-duyun mendatangi rumah kak Aminah.

Untungnya, rumah kak Aminah cukup dekat dengan musala kampung. Jadi meski rumah warga pada saat itu masih berjarak, warga yang baru selesai shalat magrib langsung mendengar gedoran tersebut.

Warga membuka pintu yang untungnya tidak terkunci, mendapati wajah kak Aminah membiru karena tidak dapat bernafas dan tidak dapat berbuat banyak dengan cekikan kuat dari apa pun yang merasuki kakaknya.

Dengan sedikit bantuan tambahan tenaga dari para warga, kak Aminah berhasil terlepas.

Warga semakin berduyun-duyun mendatangi rumah kak Aminah, termasuk para ibu dan anak-anak, yang ikut menyaksikan para warga yang secara susah payah menghentikan amukan kak Anton yang sedang kerasukan.

Suara geraman semakin menjadi-jadi dan mengerikan. Namun untungnya orang yang paham ilmu agama berhasil didatangkan oleh seorang warga. Mungkin dapat disebut sesepuh.

Ayat-ayat suci dilantunkan. Sekitar delapan orang pria menahan kaki dan tangan kak Anton. Geraman menjadi semakin menakutkan dan menjadi-jadi, membuat gema yang memekakkan.

Tiba-tiba geraman menjadi sebuah suara, mulut kang Anton terbuka, mengeluarkan sesuatu dalam bahasa Sunda. Suaranya begitu berat, dan membahana.

“Orang ini sudah menggaggu saya!!!” Jika diterjemahkan secara kasar, kira-kira begitu maksudnya.

Tiba-tiba delapan warga yang menahan kang Anton terlempar, para warga yang menyaksikan menjerit. Bahkan sang sesepuh ikut terjatuh.

Ada energi yang tidak dapat dijelaskan, membuat seseorang menjadi begitu kaku dan sulit bergerak.

Kemudian seorang anak kecil secara tiba-tiba maju, dengan polosnya membaca surat-surat pendek Juz Amma, seperti surat al-Falaq.

Suasana tiba-tiba begitu hening, hanya ada suara ayat alQuran yang keluar dari mulut anak yang masih polos itu.

Di bawah naungan lampu bohlam kuning yang masih sangat tradisional, suasana semakin hening. Sang anak masih melanjutkan lantunannya.

Tiba-tiba kang Anton bergeliat, bergumam dengan cepat, menggeram dengan lengkingan yang tinggi, seakan kesakitan, atau kepanasan, atau entah.

Bergoyang kesana kemari dengan cepat dan tidak menentu, terlihat seperti apa pun yang berada di dalam tubuh kang Anton ingin secepatnya membeaskan diri.

Tak berapa lama, Kang Anton terjerembab seketika. Tak sadarkan diri.

Kini setiap warga melirik anak kecil yang mungkin masih duduk di bangku SD tersebut, bertanya-tanya. Termasuk sang sesepuh, melihatnya dengan heran.

Akhirnya ada yang membuat kesimpulan, jika apa yang terlantun dari anak itu masih sangat murni, ikhlas, dan masih belum memikul dosa. Jadi seakan energi positif dari lantunan ayat si anak yang polos tersebut, begitu kuat dan sangat efektif.

Esoknya, kang Anton menceritakan apa yang terjadi magrib itu kepada kak Aminah.

Kang Anton benar-benar ketakutan kala magrib itu, sepulangnya di rumah. Sebab saat kendaraannya mati secara tiba-tiba saat ia sedang melaju kencang, memang kang Anton berasa seperti menabrak sesuatu.

Tetapi yang lebih membuat kang Anton menjadi begitu ketakutan, yakni saat ia melihat salah satu batu nisan di sebuah kuburan tua mulai bergerak dengan kencang, seakan ingin terlepas.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    5 Cerita Horor Pengemudi Malam

    Berikutnya
    Rumah Masa Kecil Teman Saya


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas
    Pakai tema horor