Dekat kos banyak pilihan untuk makan malam, namun biasanya jika saya punya hasrat lain saya memilih yang dekat jalan raya. Karena lewat jalan besar saya agak malas, saya memutuskan lewat gang yang biasa saya lewati sebagai jalan pintas.
Di gang itu memang ada rumah kosong, halamannya ditumbuhi alang-alang namun banyak kucing yang sering saya elus karena lucunya. Sampai suatu saat rumah itu seperti terisi karena halamannya rapi dan catnya seperti baru. Serta gorden yang terbuka meski masih gelap dalamnya.
Walaupun sudah terisi, saya belum pernah sekalipun lihat lampu rumah itu menyala sedikitpun.
Hingga malam ini saya lewat gang itu lagi, saya seperti biasa melihat halaman rumah yang saya tidak yakin sudah ada penghuninya itu, seperti biasa, gelap. Hanya disinari lampu rumah di depannya. Ketika saya melintas terlihat dari jendela yang memanjang vertikal di samping pintunya ternyata ada yang memperhatikan saya.
Alhasil jantung saya berdegup keras dan saya membuang muka.
Saya bertanya dengan orang sekitar,
“Rumah itu sudah ada penghuninya ya?”
“Sudah, sudah ada. Kalo siang suka keliatan.” Jawabnya.
Walaupun jawabannya membuat saya lega, namun ada satu hal yang membuat saya cukup ngeri jika diingat lagi.
Orang yang memperhatikan saya itu seperti wanita, matanya seperti tanpa ada putihnya, dan…
…kepalanya tergeletak begitu saja di lantai. Yup, saya tidak melihat tubuhnya.