Setiap orang pasti gemar mencari peluang positif yang dapat hidup mereka lebih baik lagi.
Namun sayangnya, beberapa orang stuck dan sangat sulit untuk mencari peluang yang baik bagi diri mereka. Saya pun pernah demikian.
Misalnya, ingin buka bisnis apa ya?
Atau, ingin cari tambahan uang bagaimana ya?
Saya memahami jika kebanyakan tujuan kita mencari peluang biasanya untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Meskipun sebagiannya lagi ada yang mencari peluang untuk hal lain, seperti mencari peluang beasiswa, peluang mendapatkan jabatan, hingga peluang mendapatkan seorang pasangan.
Di sini saya menaruh perhatian terhadap orang-orang yang kerap buntu dalam mencari peluang, apa pun peluangnya.
Karena saya pun pernah berada di masa-masa buntu tersebut, kini saya ingin membagikan lima tips yang telah saya terapkan dengan harapan dapat membantu kalian dalam mencari peluang kalian.
Kita semua tahu bahwa peluang itu membantu meningkatkan taraf atau derajat hidup kita, baik dari sisi finansial maupun pengakuan.
Namun justru saya sarankan sebaliknya, yakni hindarilah mencari peluang hanya dengan tujuan uang dan gengsi.
Nyatanya, ini adalah sebab utama kebuntuan orang-orang dalam mencari peluang mereka.
Seseorang pengelola wisata di Jawa Barat bagian selatan sempat berbicang dengan saya, bahwa ia memiliki jasa pemandu dan sewa tenda. Sesaat kemudian ia mengeluh jika ia sulit mendapatkan peluang untuk membantu usahanya.
Saya katakan kepadanya bahwa sepertinya bukan begitu caranya mencari peluang.
Apalagi jika seseorang hanya memburu peluang demi uang dan gengsi saja.
Bagaimana akan terpikirkan sebuah peluang sementara yang ada di pikirannya hanyalah uang dan gengsi semata?
Sekalipun seseorang telah mendapatkan uang dan gengsi dari sebuah peluang yang memang sedang kebetulan hinggap, tetapi dapat dipastikan ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mempertahankan uang dan gengsinya.
Ini terjadi kepada sebagian besar para pebisnis pemula. Mereka hanya membuka bisnis hanya demi uang dan gengsi. Akhirnya mereka hanya memburu penghargaan dan investor, mereka justru hanya melayani pelanggan yang menjadi sumber penghasilan mereka seadanya.
Sebuah bisnis tidak akan bertahan lama jika pelaku bisnisnya seperti itu. Peluang mungkin enggan menghampiri mereka dua kali, selama mereka masih belum belajar.
Ini tidak hanya berlaku untuk peluang bisnis saja, peluang-peluang lain pun memang sebaiknya tidak kita niatkan hanya untuk menumbuhkan ego saja.
Pencarian peluang yang hanya berlandaskan gengsi atau ego justru hanya menghalangi peluang-peluang yang berkeliaran untuk mendapatkan tempat kosong di pikiran kita, sebab pikiran kita memang sudah penuh dengan hal-hal individualistis.
Di lain catatan, peluang justru seringkali hinggap di setiap masalah seseorang.
Saya hanya berpikir saat seseorang berkata, “ada hikmah di balik ujian hidup”, maka salah satunya bentuk hikmah tersebut adalah peluang.
Masih ada kaitannya dengan poin sebelumnya, saat seseorang hanya peduli dengan uang dan gengsi, maka ia sudah pasti hanya memikirkan dirinya sendiri. Ia tidak bisa mendapatkan peluang dari masalah orang lain.
Jika kita perhatikan, banyak orang-orang yang begitu sukses dalam mendapatkan banyak peluang justru karena mereka pandai mencari masalah yang dialami oleh banyak orang dan peduli akannya.
Sekarang mari kita tengok perusahaan-perusahaan besar yang telah berhasil memudahkan aktivitas keseharian kita, terutama dengan bantuan teknologi.
Dengan Google, dari mulai berkirim email, menonton video di saat senggang, blogging, mencari direksi lewat peta online, hingga menjadi penyimpanan berkas online, semua dapat kita gunakan produk-produk Google tersebut secara gratis.
Google hanya meminta kita agar menikmati konten iklan mereka yang dapat dengan mudahnya kita skip sebab dari iklan itulah Google mendapatkan rezekinya.
Begitu juga dengan Paypal, Microsoft, dan lain sebagainya, meskipun banyak produk mereka yang tidak gratis, namun kita dapat akui produk mereka dapat meringankan kinerja kita.
Jika tidak ada Microsoft Excel, kita mungkin masih bekerja dengan catatan manual lewat kertas dan kalkulator. Apalagi kertas dan kalkulator tidak memiliki otomasi dan rawan rusak atau hilang.
Kembali ke kasus seorang pengelola wisata di Jawa Barat yang saya jabarkan di poin pertama tersebut, saya kemudian katakan kepadanya agar mencari peluang lewat masalah pelanggan.
Misalnya, saat pelanggan sedang lapar di malam hari, bagaimana kita mendapatkan peluangnya? Saya sarankan ia agar bekerja sama dengan warung terdekat, untuk berbagi untung.
Contoh, jika sang pelanggan yang kelaparan ingin memesan mi instan yang harga normalnya Rp10.000, sang pengelola dapat menambahkan jasa pengantaran sebesar Rp5.000 sehingga bukan hanya pelanggan yang mendapatkan pelayanan, pemilik warung dan si pengelola wisata juga akan mendapatkan tambahan keuntungan.
Tetapi saya ingatkan sebelumnya kepada si pengelola agar ia telah menjelaskan atau memberikan daftar menu berikut harganya kepada si pelanggan agar kesepakatannya jelas dan saling menguntungkan.
Pelanggan yang puas akan menjadi sarana pemasaran tanpa kita minta.
Peluang itu seakan bagai bayangan, semakin kita kejar maka akan semakin menjauh.
Mengapa kita tidak berpaling dari mengejar peluang dan sibuk memperbaiki usaha kita sendiri? Mungkin memang kita yang belum pantas mendapatkan peluang itu?
Peluang datang dengan sebuah harga yang harus dibayar. Pertanyaannya apakah kita sanggup membayar peluang tersebut saat ia datang?
Misalnya, saat kita menerima suatu tawaran yang menggiurkan, kita akan dengan mantap menerima tawaran tersebut karena kesiapan kita.
Berbeda dengan orang yang hanya mencari peluang dengan berpangku tangan. Ia bekerja seadanya tanpa terlihat adanya perbaikan. Seakan-akan kesehariannya tidak mencerminkan jika ia peduli dengan peluang yang sebenarnya bersedia menghampirinya.
Seseorang yang memanfaatkan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat minimal bagi dirinya sendiri, maka ia mungkin akan bertemu dengan sebuah peluang tanpa ia sengaja.
Sebagai contoh, kita mengisi waktu luang untuk membuat sebuah karya, entah karya seni atau tulis. Kemungkinan di tengah kesibukan bermanfaat kita itu, kita akan menemukan beberapa hal yang dapat kita poles.
Sepertinya kebanyakan kita sudah tahu jika orang Jepang senang melakukan sesuatu dengan totalitas. Apa yang sudah bagus ternyata masih tetap mereka sempurnakan agar hasilnya lebih baik lagi.
Jika kualitas kinerja kita sudah mumpuni, peluang untuk mendapatkan penghasilan atau bahkan kehidupan sosial yang lebih baik lagi akan lebih cepat kita raih.
Seorang buruh yang rajin dan pandai memperbaiki kinerja sehingga pekerjaannya dapat ia selesaikan lebih cepat, akan mendapatkan peluang kenaikan jabatan lebih besar daripada sisanya.
Atau kita bisa manfaatkan waktu luang kita untuk hal lain. Misalnya menjadi relawan atau pecinta alam.
Peluang apa memangnya yang dapat kita raih lewat kegiatan menjadi relawan atau pecinta alam? Banyak sekali.
Dengan menjadi relawan, kita lebih sering melihat masalah yang terjadi di sekitar kita. Dan tentu saja seperti yang saya telah sebutkan, peluang biasanya hinggap pada masalah orang lain.
Bukan hanya masalah manusia semata, masalah lingkungan pun termasuk di dalamnya.
Kalau kita lihat negara maju (dan memang sudah ada beberapa di negara kita ini), orang-orang yang mendulang untung lewat pengelolaan sampah, perawatan lingkungan, dan sumbangsih amal.
Ilmu yang lebih dapat membawa seseorang untuk mendapatkan peluang lebih.
Saat seseorang menuntut ilmu ekstra, ia akan mendapatkan banyak sajian-sajian baru yang belum pernah ia ketahui sebelumnya.
Jika seseorang berilmu memiliki kepekaan yang tinggi, ia mencoba untuk mencocokkan ilmu-ilmu yang ia dapat tersebut dengan keadaan lingkungan di sekitarnya.
Saat keilmuannya cocok dengan kondisi lingkungan sekitarnya, ia berpeluang besar untuk menerapkan keilmuan yang telah ia dapatkan itu.
Misalnya dalam sisi teknologi, hari ini marak penerapan AI (Artificial Intelligence/kecerdasan buatan) dalam kehidupan sehari-hari. Dari AI tersebut, seseorang dapat mendeteksi kegiatan hanya lewat kamera.
AI dapat memantau perilaku pengendara sehingga memudahkan kinerja polisi lalu lintas. Atau AI dapat memudahkan seorang administrator untuk memasukkan data diri seseorang.
Administrator sudah tidak perlu lagi memasukkan data pengguna satu per satu. Dengan AI, sang admin cukup mengambil gambar formulir pengguna dan biarlah AI yang mengekstrak datanya.
Semakin banyak kita belajar, menjadi banyak tahu. Dengan banyak tahu, semakin banyak wawasan yang kita dapat. Wawasan tersebut dapat mendeteksi peluang-peluang dengan mudah.
Tidak sebatas teknologi, wawasan dapat mencari peluang di bidang lain. Entah itu kuliner, olahraga, hingga seni.
Apalagi hari ini, menggali ilmu lebih dalam dapat dilakukan lewat ponsel yang sehari-hari kita genggam. Namun sayangnya banyak orang lebih memilih menggunakan ponselnya untuk menikmati konten yang minim manfaat.
Kita berkembang atau tidak, dapat kita lihat dari orang-orang yang berada di lingkaran kita.
Jika kita perhatikan, orang-orang yang sering mengeluh pasti akan berkumpul dengan lingkaran yang juga senang mengeluh.
Begitu pun dengan orang-orang yang bermanfaat, lingkaran mereka benar-benar berkualitas.
Sekali pun misalnya seseorang tidak memiliki lingkaran yang berkualitas, ia masih bisa bergabung di grup atau halaman-halaman yang berkualitas.
Sebagai contoh, saya selalu mengikuti berita-berita di negara maju. Jika saya tidak memahami bahasa Jepang atau bahasa-bahasa di negara-negara Eropa, saya mencoba menikmati berita-berita dari Singapura.
Dari sana saya biasanya mendapatkan banyak hal atau teknik-teknik baru, yang mana tentu dapat mengundang beberapa peluang.
Saat saya melihat karya-karya orang Jepang yang selaras dengan hobi saya, biasanya saya terbetik sesuatu yang ingin juga saya terapkan. Inilah yang kita sebut dengan inspirasi.
Orang-orang bermanfaat akan senang berbagi peluang tanpa ada kecemburuan sedikit pun di antara mereka. Bahkan masing-masing akan menyemangati sesamanya.
Masalahnya, bagaimana seseorang ingin mendapatkan peluang bisnis jika ia hanya bergabung dengan solidaritas yang senang gosip dan membicarakan kehidupan orang lain?
Kesimpulannya sekarang adalah, peluang itu sebenarnya bertebaran di mana-mana. Sekarang kembali kepada diri kita, apakah kita ingin membuka ruang bagi peluang untuk hinggap atau memilih cukup hanya berangan-angan seperti beberapa orang di luar sana?