Karya Legendaris

Kita hidup di zaman yang begitu mudah dalam mengakses segala sesuatunya. Anak-anak muda kini tidak perlu lagi khawatir dalam menyalurkan hobi dan karyanya. Semuanya sudah memiliki platform dan segala sesuatunya bahkan sudah memiliki tools masing-masing. Baik yang didapat secara online, maupun offline.

Secara rasional, saya akan lebih sering menikmati berbagai karya dan kreativitas dari seluruh dunia, terlebih dari para anak bangsa. Benar, awalnya memang saya begitu menikmati. Namun akhir-akhir ini, saya menjadi agak sulit untuk menemukan hasil karya yang benar-benar membuat saya terkesan.

Saya hanya berpikir, mengapa bisa begitu?


  • Ahli yang turun tangan

Tepat ketika saya menulis ini, saya mendengarkan lagu jadul dari ABBA, yang mana saya sudah hampir sebulan memutar lagu-lagunya tanpa dihinggapi rasa bosan sekalipun. Bahkan justru semakin lagu tersebut diputar, semakin liar inspirasi saya dalam menguatkan keinginan untuk melakukan sesuatu dengan maksimal. Ini adalah sebuah ‘sihir’ yang aneh dan saya tak henti-hentinya bertanya kenapa.

Hingga akhirnya saya lelah dengan karya-karya hari ini yang hanya bermodal keren dan wah saja namun tidak ada yang dapat saya nikmati, dan karya-karya tersebut cenderung membanjiri hidup saya yang saya enggan untuk menoleh sedikit pun kepadanya, padahal saya awalnya memang takjub.

Pada suatu malam saya tidak tahan melihat para kreator yang memakai tema itu-itu saja dan mereka mendapatkan popularitas yang luar biasa, saya memutuskan untuk mengirim email kepada teman saya yang berada di Norwegia demi berbincang masalah ini. Dia adalah orang berbakat yang pernah membuat game dengan bahasa pemrograman assembly, dan saya kenal dia dari sebuah forum internasional.

Dia membalas email saya, padahal saya sudah tidak bergabung dalam komunitas selama lebih dari 5 tahun. Dia menjawab di mana ada salah satu paragrafnya yang membuat saya terkesan,

I can’t say I share those feelings about modern games though.
But I feel at times that people focus too much on high quality and realism, and forget imagination.
I think of it like books. Literal books don’t have pictures at all but still, books come
to life through our imagination. I think games can work in a similar way.

Imajinasi, saya terketuk dengan jawabannya.


  • Opini audien

Saya mendengarkan lagu-lagu ABBA di Youtube, sewaktu saya mendengarkan, saya pun melihat-lihat komentar yang memenuhi videonya. Sebagian besar komentar bahkan yang mendapatkan like terbanyak pada masing-masing video berkata, bahwa mereka pun bingung mengapa hari ini sudah sangat jarang orang-orang yang menghasilkan karya-karya yang luar biasa.

Pada sesi komentar lainnya, seorang netizen memberikan sebuah jawaban yang tidak kalah membuat saya terkesan dengan akurasi opininya. Dia bilang, orang dulu berkarya sebagian besar bertumpu pada hati dan perasaan, namun banyak orang hari ini yang berkarya karena tuntutan industri. Itulah mengapa sulit bagi banyak orang yang menemukan karya fenomenal akhir-akhir ini. Sebagian besar hanya “keren”, “wah”, “amazing”, namun dengan tema monoton yang sudah banyak orang hasilkan.

Ada yang berkata, pada zaman dahulu segala sesuatu sangat sulit untuk dihasilkan dan butuh pengorbanan ekstra, itulah mengapa mereka benar-benar totalitas dalam membuat suatu karya entah itu fotografi, desain, musik, atau bahkan game yang grafisnya masih sangat terbatas. Tidak seperti hari ini yang segala sesuatunya sudah memiliki tools, template, dan tutorial. Bahkan orang yang tidak paham seni pun dapat menghasilkan karya yang tidak kalah bagusnya dengan orang yang sudah mahir.

Justru fenomena yang terjadi sekarang membuat saya sedikit tidak nyaman.

Kini orang hanya melihat dan belajar lewat Youtube, mereka sudah merasa seperti orang hebat. Apalagi didukung dengan hasil karyanya yang ia posting di jejaring sosial dan mendapatkan banyak pujian serta timbal balik positif. Akhirnya kita banyak melihat orang-orang yang ‘terlihat’ hebat namun mereka juga dihiasi oleh sifat angkuh yang berlebihan.

Tidak hanya ilmu dunia, ilmu agama pun demikian.


  • Fakta berbicara

Jika kita pikir-pikir lagi, kita rindu dengan acara-acara zaman dulu yang sewaktu kecil tidak bosan-bosan setiap malam kita tonton. Setiap episode barunya selalu ada yang dapat ditunggu dan dinikmati. Sekali lagi, kita melihat kepada jawaban orang Norwegia di atas. “Imajinasi”, itulah kunci utamanya.

Banyak orang berlomba-lomba mengklaim menggunakan imajinasi mereka untuk membuat suatu karya namun kebanyakan saya lihat mereka gagal untuk membuat audiensnya menikmati karyanya. Yang mereka dapat hanyalah pujian dan pujian yang berlebihan, tetapi sayangnya itu hanya berlangsung sesaat karena ternyata kedepannya banyak yang menghasilkan karya serupa yang sama bagusnya.

Hari ini sebenarnya masih ada orang-orang yang berkarya dengan hati dan imajinasi mereka, saya yakin masih cukup banyak. Namun popularitas mereka tergerus oleh karya-karya yang mengandalkan tools canggih dan tutorial yang mumpuni demi sebuah popularitas instan. Memang diakui karya-karya orang-orang yang hanya mengandalkan tools dan tutorial dengan sedikit bakat tersebut hampir dapat disebut masterpiece, namun ternyata tidak bertahan lama.

Saya agak sangsi ketika ada fotografer yang bertanya kepada saya bagaimana pengaturan foto yang saya ambil secara eksplisit. Mendengar itu jelas saya marah, namun saya memberitahunya dengan baik bahwa fotografi bukanlah masalah setting aperture atau shutter speednya harus berapa, ISOnya harus berapa, tapi saya ingin dia paham bagaimana fungsi semua tools itu.

Begitu pun dengan banyaknya programmer yang berhasil membuat software canggih dan website dengan tampilan memukau namun mereka akhirnya mengakui bahwa itu semua hanya template dan mereka tidak menambahkan apa pun kedalamnya kecuali sangat sedikit, seperti mengubah huruf dan warna saja. Saya hanya geleng-geleng kepala.


  • Akhir kalimat

Saya hanya menghela nafas panjang. Saya memberitahu teman saya untuk hidup “normal” dan menjadi diri mereka sendiri. Jejaring sosial dapat menjadi racun bagi orang yang menjalani kehidupan secara wajar. Saya sendiri sudah banyak memblokir orang-orang yang tadinya membuat saya takjub namun itu semua hanyalah bantuan alat semata. Setidaknya hidup saya menjadi lebih tenang dan membuat saya lebih fokus untuk menggapai target hidup saya yang sebenarnya.

Jangan dapatkan saya salah. Tools dan tutorial dapat membantu kita untuk menyelesaikan karya kita lebih cepat karena saya sendiri pun pakai. Namun yang saya titik beratkan di sini adalah mereka yang hanya memakai tools untuk mencari popularitas dan hanya bertumpu pada industri semata. Well, sebenarnya itu tidak dilarang, yang dipermasalahkan adalah orang-orang yang menyangka bahwa kehadiran orang-orang seperti itu dapat membuat negara lebih maju dan mengabaikan permasalahan di negeri ini, serta membuat mereka berlomba-lomba menjadi seniman demi popularitas palsu yang katanya dapat menghasilkan uang secara instan.

Saya beberapa kali hampir masuk ke jeratan itu, namun saya seperti ada yang menahan dan menyuruh saya untuk hidup secara ‘normal’. Setidaknya, jika saya sedih, saya masih bisa melihat kembali karya-karya saya dan saya kembali tersenyum. Alhamdulillah jika karya-karya saya juga bermanfaat untuk menghilangkan duka orang lain.

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Sistem Promo dan Cashback: Semakin Hemat atau Boros?

    Berikutnya
    Motivasi dan Inspirasi: Perbedaan yang Identik


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas