mengakui kesalahan

mengakui kesalahan

Jika orang Amerika kentut dia bilang, “EXCUSE ME”.

Jika orang Inggris kentut dia bilang, “PARDON ME”.

Jika orang Singapura kentut dia bilang, “I’M SORRY”.

Jika orang Indonesia kentut, dia pasti bilang, “NOT ME!! NOT ME!!”

Guyonan di atas merupakan hal sedap yang dapat membuat sumringah seseorang namun dibalik itu tersimpan fakta yang membuat miris. Karena salah satu alasan mengapa seseorang dapat tertawa akan suatu pernyataan, adalah karena begitu benarnya pernyataan tersebut. Itu berarti, kita sendiri mengakui bahwa kebanyakan masyarakat Indonesia telah membudaya untuk ngeles.

Hal ini sangat menarik untuk dibahas, mengingat memang kebanyakan kita sangat sulit untuk mengakui kesalahan yang telah diperbuat. Sebuah pertanyaan yang tak kalah menariknya pun muncul ke permukaan, yaitu apa sebab yang menyebabkan demikian?


Orang tua ingin anaknya menjadi yang terbaik

Lagi-lagi segala sesuatu dimulai dari hal yang paling internal, yakni didikan orang tua. Faktanya, banyak sekali para orang tua yang selalu meng-elu-elukan anaknya di depan publik, merasa anaknya selalu benar di hadapan orang lain. Sang anak kadang diberikan apa saja yang dia mau, menuruti gengsinya, terlalu memanjakannya, hingga akhirnya tinggilah egonya yang menyebabkan dia selalu merasa paling benar.

Di lain pihak, para orang tua mungkin terlalu kejam kepada sang anak dalam memberikan hukuman. Cara mendidik seperti ini seolah mengajarkan kepada sang anak bahwa orang tuanya akan marah besar begitu mengetahui anaknya berbuat suatu kesalahan. Jelas sang anak akan mengambil inisiatif sendiri untuk menyembunyikan kesalahannya dengan cara berbohong. Pada akhirnya, sang anak mulai menikmati kebiasaannya berbohong dan sifat tersebut tertancap kuat, terbawa hingga dewasa.

Di samping itu, kini sudah sangat jarang didapati para orang tuanya yang menanamkan kejujuran pada hati sang anak. Yang ada kebanyakan orang tua itu sendiri yang selalu enggan mengakui kesalahan yang telah diperbuat kepada anak-anak mereka, yang kemudian ditiru oleh sang anak.


Teman-teman selalu ada untuk saya

Karena sudah sangat banyak orang-orang yang sulit mengakui kesalahan, dan mencari pembenaran, orang-orang kini sudah tidak merasa bersalah lagi ketika tidak melakukan kesalahan. Lebih bahaya dari itu, mereka sudah sangat enggan untuk mengakui kesalahan mereka sendiri. Bahkan masih ada yang jauh lebih bahaya lagi, yaitu dukungan dari lingkungannya yang selalu membela mereka dari apapun yang telah mereka perbuat.

Terkadang yang paling berat, adalah memiliki seorang teman yang benar-benar akrab, senang membantu, dan berbuat apapun yang menguntungkan, sehingga masih ada perasaan segan untuk menegurnya ketika berbuat kesalahan. Kita justru membenarkan setiap kesalahan yang diperbuatnya, hingga akhirnya kita terpengaruh oleh sifatnya itu.

Apalagi jika teman-teman seperti itu telah menjadi suatu perkumpulan besar. Jika salah satu berbuat kesalahan dan salah satu anggotanya menegurnya, bisa jadi yang menegur justru dimusuhi dan dikucilkan oleh anggota yang lain.


Ahli menghindar, ahli beralasan, tanda merasa

Saya ingin tahu mengapa ada beberapa anak-anak Sekolah Dasar yang lari jika bertemu gurunya di luar sekolah? Saya hanya ingin tahu mengapa demikian. Lalu jika saya kaitkan dengan peristiwa umum yang sering terjadi di masyarakat apakah ada hubungannya? Peristiwa yang saya maksud saya akan jelaskan di paragraf berikutnya.

Pernahkah kalian melihat seorang atau sekumpulan pengendara, dalam hal ini, pengendara sepeda motor yang berbalik arah karena ada polisi yang di depannya telah menunggu? Kira-kira mengapa bisa terjadi hal demikian? Benar, pengendara tersebut melanggar namun mereka terlalu takut untuk mengakui. Sebabnya karena didikan masa kecilnya yang tidak pernah diajarkan demikian. Atau mungkin sewaktu mereka masih duduk di Sekolah Dasar termasuk dari anak-anak yang kabur ketika bertemu guru di luar sekolah?

Masih seputar pengendara yang melanggar tersebut, ketika tertangkap polisi pun mereka memiliki alasan yang terlalu dibuat-buat, bahkan hingga sedikit tidak masuk akal. Semuanya dilakukannya semata-mata untuk membela dirinya daripada mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Tak heran jika dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat kita masih terkena ‘penyakit’ demikian, yaitu sulit mengakui kesalahan.

Lebih parah lagi? Anggota pemerintahan negara ini awalnya adalah rakyat yang terpilih. Maka bukan suatu hal yang aneh jika para pejabat pemerintah masih bersikap seperti anak kecil ketika tertangkap basah sedang berbuat kesalahan. Adapun alasan klasik mereka untuk membela diri adalah dengan berkata, “Saya dizhalimi…”


Mengakui kesalahan, susahnya dimana sih?

Saya dulu atau bahkan hingga saat ini mungkin masih termasuk ke dalam kategori orang-orang yang sulit mengakui kesalahan, meski saya perlahan-lahan mulai belajar untuk memaafkan diri saya sendiri terlebih dahulu. Saya akhirnya dapat sedikit merasakan bagaimana nikmatnya mengakui kesalahan. Entah mengapa, ada suatu hal yang membuat jiwa semakin percaya diri ketika saya mengucapkan, “Itu salah saya, saya mohon maaf.”

Jika memang kesalahan yang saya lakukan memang memerlukan alasan untuk menghindari suatu kesalahpahaman, maka saya dahulukan permohonan maaf sebelum saya sebutkan alasannya. Saya hanya berpikir bahwa orang lain akan menilai orang yang pandai meminta maaf atau mengakui kesalahannya sebagai orang yang gentle dan berwibawa.

Hal itu terjadi karena keberadaan orang-orang seperti itu sudah semakin jarang. Saya mulai membiasakan diri untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan semenjak saya menyadari orang-orang semakin tidak suka dengan sifat saya yang selalu ingin dianggap benar. Bagaimanapun agak sulit mempraktekan langsung untuk mengakui kesalahan mengingat sedari kecil udah ditanamkan untuk menjadi orang bergengsi tinggi hingga akar-akar gengsi itu tertancap dengan sangat kuat di dalam diri.

Suatu hal yang tambah membuat sedih, adalah ketika menegur orang lain yang berbuat salah, justru orang tersebut membandingkannya dengan yang lebih buruk dan berbalik mengajari si penegur, meskipun sudah diberi teguran dengan sangat hati-hati.


Pecut motivasi

Berikut mungkin 2 sen dari saya untuk para pembaca,

“Setiap anak Adam pasti ada salahnya dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

“Barangsiapa pernah melakukan kezaliman terhadap saudaranya baik menyangkut kehormatannya maupun sesuatu yang lain, maka hendaklah dia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat).” (Al-Hadits)

“Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak percaya itu.” (Ali bin Abi Thalib)

“Kesalahan yg paling sering dilakukan adalah menganggap diri sendiri yang terbaik, padahal itu adalah kesalahan yang cukup besar.”

“Jangan terlalu memaksakan diri untuk melakukan segalanya dengan benar, karena kadang kesalahan membuatmu pribadi yang lebih baik.”

“Hal termudah adalah mencari kesalahan org lain. Hal tersulit adalah mengakui kesalahan diri sendiri.”

“Orang Bijak adalah orang yang menyadari kesalahannya, berani mengakuinya, mau memperbaikinya dan mau belajar darinya.”

Maaf adalah kata sederhana yang bisa mengubah segala suasana.”

“Hal tersulit dari kata maaf adalah orang mulai berpikir bahwa hal yg paling menyakitkan sekalipun bisa diselesaikan dgn kata maaf.”


—<(Wallaahu A’lam Bishshawaab)>—

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
🤗 Selesai! 🤗
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Kripikpasta 17 : Tersandung

    Berikutnya
    Kripikpasta 19 : Fotografer Ekstrem


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. 😉

    Kembali
    Ke Atas