Dijajah oleh Belanda

Ketika saya melihat seseorang mengajukan pertanyaan, “Mengapa Indonesia tidak lebih maju dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan lainnya?”

Sebuah jawaban cukup menyentil saya, “Beginilah nasib bangsa yang pernah dijajah Belanda. Kalau mereka kan dijajah oleh Inggris.”

Saya bergeming, seakan-akan ada dari jawaban tersebut yang memang menarik untuk dibahas lebih lanjut. Pasalnya, tidak hanya sekali dua kali saja saya mendengar jawaban serupa untuk setiap pertanyaan sama yang diajukan.

Sepertinya perihal menyalahkan “dijajah oleh Belanda” menjadi sesuatu yang sudah umum terpatri pada benak masing-masing masyarakat Indonesia.

Kok bisa?


Strategi yang tidak meleset

“Devide Et Impera” adalah strategi legendaris Belanda untuk menghancurkan bangsa ini menjadi bagian-bagian yang tidak lagi bersatu sehingga mudah untuk dijajah. Padahal, dulunya negeri ini terdiri atas kerajaan-kerajaan yang dapat meluaskan daerah kekuasaannya ke Asia Tenggara atau bahkan hingga ke bagian selatan Afrika.

“Devide Et Impera”, atau “Membagi dan Mengatur”, atau lebih dikenal dengan “Politik Pecah Belah” benar-benar sukses memecah-belah kerajaan tersebut sehingga kita pernah menderita selama tiga setengah abad. Kerajaan-kerajaan yang pernah digdaya tersebut benar-benar tumbang tak tersisa diadudomba.

Kemudian pertanyaan menarik muncul, mengapa Belanda kok pinter banget dan kepikiran gituΒ untuk menggunakan strategi tersebut?


Sisi yang jarang dilirik

Saya justru merupakan dari sekian orang yang bersyukur karena telah dijajah oleh Belanda. Lho kok? Iya dong, mengapa kita tidak pernah menyadari bahwa jalan dari Anyer hingga Panarukan adalah hasil karya dari belanda meskipun mereka mengorbankan masyarakat kita untuk bekerja secara paksa?

Sekarang? Jalanan dari hasil tetesan darah pekerja paksa tempo lawas tersebut bisa kita nikmati hingga hari ini. Di titik ini kita lupa berterima kasih kepada Belanda. Yang lainnya? Jalur kereta yang bahkan masih aktif hingga saat ini adalah karena ‘jasa’ para penjajah terdahulu.

Lihatlah keindahan yang hingga hari ini kita masih wow akannya:

Dijajah oleh Belanda

Partner saya yang berprofesi sebagai sipil sempat membahasΒ kecanggihan bangunan-bangunan Belanda yang pada siang hari yang cukup terik, keadaan di dalam bangunan tersebut tetap sejuk meskipun Air Conditioner atau AC belum ditemukan pada zaman itu. Kok bisa?

Belanda pada saat itu menggunakan ruang bawah tanah khusus untuk menampung air yang mengeluarkan hawa sejuk di tengah panasnya negara tropis ini. Inilah mengapa banyak bangunan Belanda yang masih berdiri hingga saat ini memiliki ruang bawah tanah khusus untuk penampungan yang pada zaman Jepang ada yang digunakan untuk penjara bawah tanah.

Dijajah oleh Belanda Dijajah oleh Belanda

Dan lihatlah bagaimana bangunan-bangunan dan jembatan-jembatan yang dibangun oleh Belanda dulu masih kokoh hingga kini. Apa rahasianya? Itu menjadi tugas kita untuk mempelajarinya lebih dalam. Perlu diingat, zaman dulu belum ada AutoCAD, dan software-software sipil lainnya. Bahkan komputer masih jauh dari kata ditemukan.


Refleksi diri

Saya katakan, “Belanda sudah hengkang dari Negeri Pertiwi bahkan lebih dari 70 tahun yang lalu. Kita masih belum dapat move on dari perlihal menyalahkan ‘Dijajah oleh Belanda'”. Mengapa?

Sekarang balik lagi ke pertanyaan sebelumnya, mengapa Belanda sukses menggunakan sistem “Politik Pecah Belah” untuk menjajah negeri ini? Barangkali memang dari zaman nenek moyang, mental kita memang banyak yang ‘sering lupa’ dan memiliki ego yang sangat tinggi.

Watak tersebut pun masih sangat jelas terlihat hingga sekarang.

Tidak perlu kita bicara gesekan antar suku, antar agama, dan seterusnya. Antara anak desa dengan anak kota saja masih banyak ditemui kegiatan sindir-menyindir, atau lebih parah lagi, masih dalam lingkup Rukun Tetangga, perbedaan wilayah dapat menyulut ego masing-masing warga dan terjadilah praktek pecah-belah tersebut.

Merasa paling unggul, namun sebenarnya hanya pepesan kosong. Merasa memiliki banyak komunitas dan solidaritas, padahal sedikit dari mereka yang mau membantu salah satu anggotanya ketika dalam keadaan susah.

Jika sudah seperti ini, masing-masing pihak sudah tidak ada lagi keinginan untuk mengaku salah dan justru menyalahkan orang lain. Terlebih, mereka justru menyalahkan Belanda yang sudah keluar dari bangsa ini berpuluh-puluh tahun lamanya dan melupakan ‘jasa-jasa’ Belanda dalam membangun infrastruktur negeri yang masih kita nikmati hingga kini.

Meskipun memang Belanda pada saat itu statusnya sebagai ‘penjajah’, namun mereka sudah meninggalkan warisan yang sebaiknya kita ambil manfaatnya dan belajar darinya, bukan dengan mencari-cari kesalahan mereka dengan mengungkit-ungkit “Politik Pecah Belahnya”.

Seandainya Inggris atau negara Eropa lainnya yang menjajah kita dulu, tidak menutup kemungkinan mereka juga memakai strategi yang sama. Yah, memang sudah watak kita dari dulu mungkin.

Jika sebuah negara maju baru dapat dihancurkan dengan nuklir, mungkin negara kita hanya cukup dengan menaruh seorang provokator di tengah-tengah lapisan masyarakat saja. πŸ™‚

Suka
Komentar
pos ke FB
pos ke X
πŸ€— Selesai! πŸ€—
Punya uneg-uneg atau saran artikel untuk Anandastoon?
Yuk isi formulir berikut. Gak sampe 5 menit kok ~

  • Sebelumnya
    Indonesia Itu Indah, Tapi Mengapa Banyak Liburan yang Keluar Negeri?

    Berikutnya
    7 Cara Meningkatkan Standar Diri


  • 0 Jejak Manis yang Ditinggalkan

    Minta Komentarnya Dong...

    Silakan tulis komentar kalian di sini, yang ada bintangnya wajib diisi ya...
    Dan jangan khawatir, email kalian tetap dirahasiakan. πŸ˜‰

    Kembali
    Ke Atas