sumber : inet
Motivasi saya yang paling besar untuk menulis ini adalah karena banyaknya ambigu mengenai jalannya pemikiran seseorang. Saya menganalisa sekian lama lewat media sosial ataupun secara realita, hingga saya akhirnya memutuskan untuk membagi tipe manusia berdasarkan jalan pikirannya. Sebelum itu, ini tidak memiliki hubungan apapun dengan sifat-sifat manusia yang lain seperti sanguin, koleri, melankol, maupun plegmat.
Hingga akhirnya saya memberikan suatu kesimpulan, bahwa kedua tipe manusia tersebut adalah manusia yang memiliki jalan pikiran secara logikal, dan teorikal. Keduanya jelas berbeda, namun setiap orang tidaklah memiliki sebuah jalan pikiran secara seratus persen. Kadang ada orang yang tingkat logikalnya 30% dan sisanya teorikal. Saya tahu mungkin hal ini telah dicetuskan dalam suatu tempat, namun saya hanya ingin menyajikannya dalam ‘versi saya sendiri’ :
- Manusia logikal menggunakan otaknya sebagian besar untuk berfikir, sementara teorikal untuk menghafal. Hal ini tentu membuat kemampuan berfikir dari setiap manusia berbeda-beda, namun dari apa yang saya analisa sebagian besar memang demikian, sehingga :
- Manusia logikal cenderung memiliki IQ yang lebih tinggi. Dikarenakan mereka terbiasa berfikir secara rasional yang dapat mengembangkan kemampuan otaknya. Karena psikotes itu sendiri merupakan tes yang tidak bisa dihafal, melainkan butuh logika tersendiri untuk memecahkan soal secara cepat, bukan karena terbiasa. Sehingga tak jarang,
- Manusia logikal lebih kreatif. Seringnya berfikir membuat manusia-manusia tipe logikal ini dapat mencampurkan segala bentuk yang ia tangkap kemudian mengubahnya seolah-olah itu merupakan sesuatu yang baru, dan tak jarang dapat dinikmati sebagian besar umat manusia yang menggunakannya. Hal ini juga dapat menyebabkan,
- Manusia logikal memiliki jiwa seni yang lebih baik. Di mana teorikal hanya mengikuti seni berdasarkan apa yang menjadi mayoritas saja. Bahkan tak jarang orang-orang teorikal mencemooh apa yang dihasilkan orang-orang logikal hanya karena hasil karyanya tidak selaras dengan ‘jamannya’, meskipun banyak orang-orang teorikal yang kadang tidak begitu mengerti mengenai seni yang mereka nikmati. Perlu dicatat bahwa seni tidaklah hanya sebatas rupa, musik, dan tari semata. Tulisan dan bahasa juga termasuk ke dalamnya.
- Manusia logikal menghabiskan waktu belajarnya dengan menganalisa, sementara teorikal berdasarkan wacana. Sehingga,
- Kesimpulan manusia logikal lebih relatif. Artinya tidak perlu adanya revisi yang berlebihan dan relevan jika dikait-kaitkan dengan sesuatu yang lain. Di mana kesimpulan orang-orang teorikal cenderung berdasarkan kata ini dan kata itu, atau memaksakan buah pemikirannya. Dengan demikian,
- Argumen manusia logikal lebih fleksibel, adapun teorikal cenderung monoton. Kelebihannya, sekalipun mengelak argumen orang-orang logikal masih masuk akal dan tidak terkesan dibuat-buat, karena umumnya mereka tidak membuat opini sendiri. Namun, argumen orang teorikal kadang dapat menjadi sesuatu yang berbahaya karena memang tak jarang sulit disanggah atau dipatahkan. Ini membuat suatu ambigu yang nyata. Namun jika seseorang telah memiliki persentase logika yang tinggi pasti menemukan suatu kelemahan yang mungkin fatal dalam argumen teorikal.
- Sumber wawasan logikal adalah realita, sedangkan teorikal adalah media. Karena orang-orang teorikal menganggap sesuatu yang lebih canggih dan modern adalah lebih layak dijadikan landasan kadang tidak terlalu mempedulikan wacana yang disajikan apakah benar atau tidak. Mereka sepertinya lupa bahwa manipulasi dapat saja terjadi dan membuat suatu berita burukpun disajikan dengan begitu indah. Tak jarang orang-orang teorikal menjadi begitu mudah dipengaruhi bahkan dicuciotaknya walaupun jelas-jelas mereka adalah termasuk orang-orang yang sudah mendapatkan gelar sarjana.
- Manusia logikal cenderung ‘diam’ meskipun cerewet. Di mana orang-orang logikal tidak ingin mengambil sesuatu yang membuang-buang waktu seperti berkomentar dengan frekuensi yang sangat tinggi dan menganggap argumen mereka kuat dikarenakan seperti yang telah disebutkan, wawasan mereka tidaklah berdasarkan sesuatu yang canggih seperti orang-orang teorikal, dan orang-orang logikal umumnya tidak senang berdebat walau kadang dalam berdiskusi dapat memakan waktu yang lama. Orang-orang logikal tidak pernah memaksakan kebenaran, mereka punya cara tersendiri untuk memperjuangkan sebuah kebenaran. Dari sinilah,
- Manusia logikal memiliki cakupan ilmu yang sangat luas dan selalu merasa kurang. Karena mereka paham alam ini tidaklah sempit.
—<(Wallaahu a’lam Bishshawaab)>—