Jika saya sedang terkena masalah yang begitu membuat sesak dan membuat saya sulit tidur, saya hanya melihat-lihat berselancar di Google dan saya mencari sesuatu akannya. Biasanya saya mencari sesuatu yang saya senangi seperti rasa penasaran akan sesuatu yang selalu menghantui.
Misalnya, bagaimana program dapat mengenali wajah manusia? Bagaimana pohon dapat menyelamatkan bumi? Atau, mengapa berwisata ke air terjun begitu diminati?
Dari sana saya berpikir mengenai hobi-hobi saya seperti programming, menulis, bercerita, dan sejenisnya. Mengapa saya tidak menantang saya untuk membuat suatu karya minimal sehari sekali jika saya sedang memiliki waktu luang?
Pada dasarnya manusia menyenangi kesibukan. Dan pada dasarnya, manusia menyenangi prestasi.
Jika saya misalnya menantang diri saya sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan saya lebih awal, kemudian saya menantang diri saya untuk membuat postingan blog minimal sekali seminggu, atau saya menantang diri saya untuk membuat percobaan koding yang lebih.
Atau dari yang hal yang sepele, menantang diri saya untuk tidur lebih awal, atau berolahraga beberapa menit lebih lama, atau membersihkan kamar saya lebih sering.
Terakhir, ditambah tantangan religi. Karena saya muslim, saya mencoba untuk menantang diri saya untuk shalat lebih awal, atau sedekah di nominal Rp50.000 ke atas setiap minggu, atau baca AlQuran satu lembar dari yang biasanya satu halaman.
Meskipun tantangan tersebut masih banyak yang tidak saya lakukan, namun setidaknya saya merasa lebih bahagia di akhir hari karena banyak tugas yang saya telah selesaikan.
Tugas yang terselesaikan dapat mengurangi pemikiran-pemikiran negatif seperti merasa diri tidak berguna.
Sekarang kita ke ranah pekerjaan. Sejujurnya saya paling benci saat ada seseorang yang merendahkan pekerjaannya sendiri seperti, “Apalah diri saya hanya sebagai petugas kebersihan.”, atau “Saya mah cuma seorang supir.”, dan lain sebagainya.
Saya bertanya apa alasan mereka tidak menyenangi pekerjaan mereka itu di saat puluhan orang sedang membutuhkan kerja. Itu sudah jelas bahwa mereka sendiri tidak menghargai pekerjaan mereka, namun menuntut orang lain untuk menghargai mereka.
Di negara maju, Jepang misalnya, saya pernah melihat petugas kebersihan yang menantang dirinya sendiri untuk membersihkan area-area tersulit setiap hari. Jika ia berhasil membersihkan area sulit tersebut, ia akan bangga dengan prestasinya itu.
Atau contoh lain di negara tetangga, Singapura, saya pernah melihat supir bus membawa payung yang jika sedang hujan, sang supir akan mengambil payungnya dan mengantarkan penumpang yang ingin turun ke halte terdekat agar tidak kehujanan. Atau ‘kuli’ bangunan yang sigap menuntun orang tua di jalan yang ingin menyebrang.
Pada akhirnya, orang-orang akan secara otomatis menghargai para pekerja itu tanpa diminta, dan tanpa harus ada drama pekerja yang berteriak “hargailah kami”.
Tanpa disadari, tantangan-tantangan positif tersebut membuat diri seseorang menjadi lebih baik dan lebih dihargai.
Jadi, apa tantangan kalian mulai hari ini?