Apa yang kita lakukan saat sedang bosan? Benar, healing atau melakukan kegiatan pemulihan dari rasa bosan dan stres yang kita alami.
Ada yang melakukan healing dengan pergi ke alam terbuka, ada yang ke museum melihat desain yang unik-unik, ada yang bermain game, menonton film, hingga membaca buku.
Saya tidak tahu, ada semacam efek membahagiakan khusus saat kita menemukan hiburan yang tidak biasa. Apalagi dengan sesuatu yang bertema fantasi atau dengan sesuatu yang jarang kita temukan, seolah tidak nyata.
Memangnya ada apa dengan fantasi di sini? Mengapa fantasi seakan memiliki sebuah kekuatan yang dapat memanipulasi emosi?
Manusia pada dasarnya menyenangi komplektivitas, sebab naluri manusia memang berasal dari alam yang strukturnya unik dan kompleks.
Kita secara genetik diprogram untuk menemukan pohon, tanaman, air, dan elemen alam lainnya yang mengasyikkan, kita terserap oleh pemandangan alam dan teralihkan dari rasa sakit serta ketidaknyamanan kita.
– takingcharge.csh.umn.edu
Meskipun desain minimalis dan geometris terlihat lebih rapi dan bersih, namun desain yang kaku tidak memiliki nilai lebih untuk membantu kita melakukan healing karena kurangnya komplektivitas.
Berbeda dengan desain yang kompleks dan ‘meniru’ struktur alam, baik desain lawas atau modern. Contohnya kita bisa lihat bagaimana desain lawas bangunan cagar budaya tetap dapat menarik pengunjung untuk melakukan healing.
Untuk bangunan modern dengan komplektivitas tinggi dan tidak biasa, kita dapat melihat contoh seperti Supertree Groove dan Jewel Changi di Singapura, yang tidak pernah habis-habisnya dikunjungi turis mancanegara. Alasannya, berada di tempat-tempat itu membuat mereka seakan berada di alam lain yang sarat fantasi.
Itulah bagaimana desain yang kompleks yang imajinatif bisa memicu kebahagiaan tersendiri, baik desain natural yang alami maupun desain buatan manusia.
Faktanya, banyak orang Jakarta seperti saya yang masih terpukau saat berhasil melihat gunung Salak dan Gede Pangrango dari kejauhan. ‘Desain’ gunung ternyata masih lebih memanjakan mata daripada ‘desain’ gedung-gedung modern yang mengelilingi pandangan.
Begitu pun dengan lukisan, musik, dan karya seni yang lain yang begitu kompleks dan tidak biasa.
Fantasi membuat kita wondering dan bertanya-tanya, yang menurut para ahli dapat merangsang hormon dopamin dan serotonin, yang merupakan hormon motivasi dan kebahagiaan.
Manusia dituntut untuk produktif dan menghasilkan. Manusia juga memiliki rasa bosan dan berisiko kehilangan semangat.
Maka dari itu, tidak heran jika faktor fantasi ini terkadang menjadi bagian dari teknik pemasaran tempat-tempat wisata. Bahkan beberapa kafe pun menjual fantasi sebagai bagian dari daya tarik. Kita pernah menyebutnya dengan desain “instagrammable”.
Saat kita tidak memiliki waktu healing dengan berlibur ke alam terbuka, kita masih bisa melakukan healing dengan menikmati karya fantasi orang lain. Istilahnya “escapism”, bermakna keluar dari dunia nyata yang abu-abu dan membosankan.
Bahkan dengan hanya membaca buku yang sarat fantasi seperti cerpen dan novel, hal itu dapat membuat kita terlarut dalam proses healing dengan membayangkan latar cerita.
Adakalanya buku, atau permainan jadul dengan grafik yang masih berpiksel dan tidak jelas, bisa mengandung fantasi lebih baik karena menuntut otak kita menggambarkan latarnya dengan jelas di dunia nyata.
Karena alasan inilah, banyak film-film adaptasi dan live action yang gagal mengekstrak latar fantasi tersebut seperti yang telah tergambarkan di buku atau gambar-gambar yang masih dua dimensi.
Berimajinasi akan membantu otak dalam memperbaiki neuroplasticity, menjaganya tetap dapat berfungsi dengan baik. Berimajinasi juga dapat kita sebut dengan latihan otak, yang mana dapat membuat otak lebih sehat dan lebih kreatif [perlu kutipan].
Saya lansir dari situs berikut, imajinasi terbukti dapat menjadi salah satu alat terbaik untuk memperbaiki kesehatan mental. Hal itu terjadi sebab otak mengeluarkan sinyal seakan hal tersebut kita alami sendiri di dunia nyata.
Permainan Super Mario Bros lawas masih banyak digemari oleh setiap kalangan karena kandungan fantasinya yang cukup tinggi meski grafiknya masih sangat terbatas.
Saya tidak anti desain tiga dimensi dan realistis. Justru jika saya memilih, saya sebenarnya lebih memilih desain tiga dimensi yang lebih kompleks daripada desain polos dua dimensi.
Hanya saja, yang saya sayangkan, banyak seniman-seniman hari ini yang sepertinya kurang menanamkan faktor fantasi di desain realistis mereka. Bahkan beberapa seniman modern dengan egonya menyangka bahwa semakin nyata desainnya, mereka akan semakin mendapatkan gengsi dan pengakuan lebih.
Saya saja sudah hampir tidak lagi melirik permainan dengan desain yang terlalu mirip dunia nyata bahkan dengan latar yang membuat depresi seperti di bangunan terabaikan yang sarat grafiti atau di belakang gang-gang sempit yang gelap.
Seperti yang saya sebutkan tadi, fantasi menjadi salah satu healing dalam bentuk escapism karena keluar dari peraturan-peraturan kaku yang telah mengikat kita selama kita stres bekerja.
Nyatanya, membangun latar fantasi ini tidak mudah dan tidak semua seniman dapat melakukannya. Latar fantasi ini memerlukan imajinasi yang tidak menuruti kehidupan realita. Ini merupakan salah satu mengapa saya menyukai animasi Disney.
Beberapa permainan Nintendo modern sudah berlatar realistis namun masih sarat fantasi. Bahkan fantasinya tidak dibatasi, artinya para pemainnya bebas mengeksplorasi seluruh tempat tanpa khawatir terhalang oleh dinding-dinding yang tak terlihat.
Para fans yang terdampak fantasi tersebut akan memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Dengan kesehatan mental yang lebih baik, maka perilaku yang terdampak akan ikut terbawa baik juga. Istilahnya bisa kita sebut dengan “well-being”.
Kita terkadang iri dengan anak-anak yang sepertinya masih ‘kebal’ dengan penyakit mental. Padahal sebenarnya mereka pun cukup rentan dengan penyakit kesehatan mental seperti trauma, insecure, dan stres. Namun karena kehidupan mereka lebih berwarna dan sarat fantasi, kondisi kesehatan mental mereka dapat lebih cepat pulih.
Sedangkan saat kita beranjak dewasa, semakin sulit menemukan hiburan yang berwarna. Kebanyakan hiburan yang kita temukan hanya sebatas ‘keren’ saja, namun faktor berkesannya begitu minim.
Tidak heran jika kehidupan orang-orang yang kurang asupan fantasi berwarna itu begitu kaku dan rawan bergontok-gontokan.
Di satu sisi, saya pernah mendengar kabar bahwa film anak-anak Thomas the Tank Engine memiliki fans dewasa yang jumlahnya cukup banyak. Apakah masih karena faktor fantasi?
Dan saya tidak tahu, saya merasa agak lebih sedikit berbahagia saat saya memilih untuk memiringkan sedikit judul artikel di situs Anandastoon ini. 😋